Selasa, 18 Oktober 2016

Pentagon Rahasiakan Pihak yang Merudal Kapal Perang AS di Yaman

 
Pentagon Rahasiakan Pihak yang Merudal Kapal Perang AS di Yaman
Kapal perang perusak USS Mason di Laut Merah, lepas pantai Yaman, sudah dua kali jadi target serangan rudal dari wilayah yang dikuasai Houthi Yaman. Foto/REUTERS
 
WASHINGTON - Pentagon menolak mengungkap pihak yang menembakkan rudal dengan target kapal perang perusak Amerika Serikat (AS) USS Mason yang ditembakkan dari Yaman. Meski tidak menyebut pemberontak Houthi sebagai pelakunya, AS terlanjur menghancurkan tiga situs radar Houthi dengan rudal Tomahawk.

Kapal USS Mason yang berlayar di lepas Pantai Yaman, Laut Merah sudah dua kali jadi target serangan rudal dari arah Yaman. Serangan pertama terjadi pada Sabtu dua pekan lalu dan serangan kedua pada Kamis pekan lalu.

”Kami masih menilai situasi. Masih ada beberapa aspek bahwa kami mencoba untuk mengklarifikasi di mana kami diberikan ancaman. Potensi ancaman terhadap untuk orang-orang kami,” kata juru bicara Pentagon, Peter Cook, pada konferensi pers hari Senin, tanpa bersedia mengungkap pelaku penyerang kapal USS Mason, seperti dikutip Reuters, Selasa (18/10/2016).

Kepala Operasi Angkatan Laut AS, Admiral John Richardson, membenarkan bahwa kapal USS Mason kembali jadi target serangan di Laut Merah. Semua serangan terhadap kapal USS Mason gagal.

Kelompok Houthi sudah berkali-kali membantah sebagai pelaku penembak rudal terhadap kapal USS Mason. Houthi sendiri masih marah setelah prosesi pemakaman kelompoknya diserang Koalisi Arab dengan korban tewas sekitar 140 orang.

Arab Saudi sebagai pemimpin Koalisi Arab semula menyangkal bahwa koalisi sebagai penyerang acara pemakaman kelompok Houthi di Sanaa. Namun, kemarin Saudi akhirnya mengakui bahwa koalisi yang melakukan serangan dengan klaim tidak sengaja.

AS telah mengecam serangan terhadap acara pemakaman kelompok Houthi dengan menyebutnya sebagai serangan “mengerikan”. AS juga berjanji untuk meninjau ulang bantuan militer AS kepada Koalisi Arab, meski realisasinya hingga kini belum jelas.



Credit  Sindonews