Foto: Michael Agustinus
Hassi Messoud - Aljazair, negara di Afrika Utara yang hampir seluruh pendapatannya berasal dari minyak bumi, punya ikatan historis dengan Indonesia. Negeri ini berhasil melepaskan diri dari penjajahan Prancis pada 1962 setelah mendapat dukungan kuat dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955.
Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia, dikenang di Aljazair sebagai tokoh dunia yang turut mendorong kemerdekaan mereka.
Bagi Indonesia, Aljazair juga punya catatan manis. Di sinilah untuk pertama kalinya PT Pertamina (Persero), BUMN perminyakan Indonesia, mengoperasikan lapangan migas di luar negeri. Ini merupakan bukti, Pertamina tak cuma 'jago kandang', tapi juga bisa menggarap ladang minyak di negeri orang.
Ladang minyak yang dioperasikan Pertamina adalah Lapangan Menzel Lejmat North (MLN). Lapangan yang termasuk dalam Blok 405A ini terletak di tengah Gurun Sahara, 800 kilometer (km) dari Kota Alger, 200 km dari perbatasan dengan Libya.
Di lapangan ini, Pertamina lewat anak usahanya, PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), memiliki Hak Partisipasi (Participating Interest/PI) 65%, sisanya 35% dimiliki Talisman. Produksi minyak dari Lapangan MLN tahun ini rata-rata 15.500 barel per hari (bph).
Ada sekitar 300 orang dari 16 negara yang dipekerjakan Pertamina di MLN, 12 orang di antaranya adalah insinyur-insinyur perminyakan dari Indonesia. Orang-orang Indonesia ini menduduki posisi-posisi paling strategis, misalnya Operations Manager.
"Pekerja kita multietnis dari 16 negara, tapi Indonesia yang memimpin. Kita mengelola ratusan orang di padang pasir," kata Presiden Direktur PIEP, Slamet Riadhy, saat berbincang dengan media di Alger, beberapa waktu lalu.
detikFinance berkesempatan untuk melihat langsung Lapangan MLN di Gurun Sahara pada 30 September 2016 lalu. Seperti apa penampakan ladang minyak Pertamina di padang pasir ini?
Dari ibu kota Aljazair, Alger, pertama-tama harus ditempuh penerbangan selama 2,5 jam dulu ke Kota Hassi Messoud untuk menjangkau MLN. Lalu dari Hassi Messoud naik pesawat lagi sekitar 50 menit.
Setelah itu perjalanan dilanjutkan melalui darat menyusuri padang pasir dengan mobil selama sekitar 30 menit. Di sepanjang jalan, terlihat unta-unta milik suku nomaden berkeliaran bebas di sekitar pipa-pipa minyak Pertamina. Matahari cukup terik, hampir 40 derajat Celcius. Di puncak musim panas, suhu di sini bisa mencapai 58 derajat Celcius.
Kemudian saat tiba di Lapangan MLN, ada pos militer yang harus dilalui. Di Aljazair, blok-blok migas termasuk zona militer, maka harus dijaga ketat keamanannya.
Begitu masuk MLN, Operations Manager Lapangan MLN yang berkebangsaan Indonesia, Aznaldi Agustia, menyambut bersama para pekerja-pekerjanya.
Aznaldi Agustia
|
Setelah memberikan briefing singkat, Aznaldi mengajak berkeliling area camp. Camp tampak seperti oase di tengah padang gurun, penuh dengan rerumputan hijau, pohon palem, kolam ikan, hingga kolam renang. Air diperoleh dari kedalaman 500 meter di bawah pasir.
Ada 260 kamar untuk pekerja di sini. Tiap kamar luasnya kira-kira 40 meter persegi lengkap dengan kamar mandi dan perabotan seperti kasur, lemari, air conditioner, pemanas air. Jalanan di sini sudah diratakan dan dilapisi balok. Ada juga fasilitas olahraga seperti lapangan futsal.
Lalu Aznaldi menunjukkan lokasi pengeboran minyak dari atas bukit. Terlihat jelas berbagai fasilitas untuk pengeboran dan pengolahan minyak mentah. detikFinance pun sempat diajak berkeliling melihat dari dekat fasilitas ini. Pipa-pipa minyak, tangki, mesin-mesin dioperasikan para pekerja di tengah sengatan matahari di Gurun Sahara.
Setelah penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pertamina dengan Sonatrach, BUMN perminyakan Aljazair, pada 27 September 2016 lalu, diharapkan akan ada lebih banyak lagi lapangan di tengah padang pasir yang dioperasikan Pertamina.
Hingga 2019, Pertamina menargetkan produksi migasnya di Aljazair menyentuh angka 200.000 barel setara minyak per hari (barel oil equivalent per day/boepd). Demi ketahanan energi nasional, Pertamina memang harus makin agresif dan ekspansif menguasai cadangan-cadangan migas di luar negeri karena cadangan di dalam negeri tinggal sedikit.
"Seperti harapan Bapak Presiden, kita tidak boleh hanya jago di kandang saja. Mudah-mudahan langkah ini akan menjadi referensi baru Pertamina di dunia internasional," kata Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, saat meresmikan Kantor Pertamina di Alger, beberapa waktu lalu.
Credit detikFinance