Rabu, 12 Oktober 2016

Korsel Bersiap untuk Pembelotan Masif Warga Korut


 
Korsel Bersiap untuk Pembelotan Masif Warga Korut  
Presiden Korea Selatan Park Geun-hye mengungkapkan pemerintahnya tengah mempersiapkan pembelotan besar-besaran dari Korea Utara. (Reuters/Kim Hong-Ji)
 
Jakarta, CB -- Presiden Korea Selatan Park Geun-hye mengungkapkan pemerintahnya tengah bersiap untuk menyambut pembelotan besar-besaran dari warga Korea Utara. Pernyataan ini diungkapkan Park hanya beberapa hari setelah Korsel menyerukan langsung agar warga Korut meninggalkan negara mereka yang terisolasi.

Serangkaian pembelotan warga Korut terjadi belakangan ini, termasuk wakil dubes Korut untuk Inggris, Thae Yong Ho, dan sejumlah pekerja restoran Korut di China. Sejumlah pembelotan ini semakin menguatkan propaganda untuk Korsel.

Berbicara pada pertemuan kabinet pada Selasa (11/10), Park menegaskan kembali seruannya agar warga Korut segera membelot dan menekankan pentingnya persiapan untuk menampung para pembelot.

"Para pembelot tak ubahnya warga unifikasi yang tiba lebih awal, dan ini merupakan percobaan menuju unifikasi," kata Park, dikutip dari AFP.

"Saya berharap kami dapat dengan cepat mengamankan sistem dan kapasitas yang cukup untuk menampung warga Korea Utara yang datang mencari kebebasan," katanya menambahkan.

Bulan lalu, dalam pidatonya pada peringatan Hari Angkatan Bersenjata, Park berjanji akan "tetap membuka jalan" untuk para pembelot. Park bahkan mendesak warga Korut untuk "datanglah menuju kebebasan di [Korea] Selatan."

Terkait hal ini, Pyongyang menyebut Park "pelacur tak tahu malu dan kurang ajar" dalam laporan surat kabar partai yang berkuasa, Rodong Sinmun.

Pemerintah Korsel saat ini mengelola dua pusat pemukiman untuk para pembelot Korut dengan kapasitas gabungan sekitar 1.100 orang.

Harian Korea Selatan, Chosun Ilbo, melaporkan pada Sabtu (8/10) bahwa pemerintah merencanakan proyek sebesar US$1,8 miliar untuk membangun sebuah kamp pembelot yang akan menampung hingga 100 ribu orang.

Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan lintas batas, menolak untuk mengkonfirmasi laporan itu.

Hubungan antara kedua Korea berada di titik terendah sejak puncak Perang Dingin pada 1970-an, akibat serangkaian uji coba rudal dan nuklir Pyongyang.

Selama bertahun-tahun, hampir 30 ribu warga Korea Utara melarikan diri dari kemiskinan dan penindasan di negara mereka dan menetap di Korea Selatan.


Credit CNN Indonesia