WASHINGTON. Defisit anggaran Amerika Serikat (AS) membengkak. Pada tahun fiskal 2016, defisit anggaran AS mencapai US$ 587 miliar.
Menurut Departemen Keuangan AS seperti dikutip Reuters, pengeluaran paling besar untuk program jaminan sosial dan kesehatan. Defisit ini meningkat setara dengan 3,2% dari produk domestik bruto (PDB) AS pada 2016.
Menurut angka dari The Congressional Budget Office (CBO, peningkatan defisit ini pertama kali terjadi sejak 2009. Namun, pada tahun 2009, defisit terjadi karena ada krisis keuangan. Saat itu, nilai defisit AS mencengangkan yakni US$ 1,4 triliun.
Pada tahun lalu, defisit fiskal AS mencapai US$ 439 miliar dengan rasio defisit terhadap PDB sebesar 2,5%. Defisit terjadi lantaran pendapatan AS di 2016 hanya tumbuh 1% menjadi US$ 3,27 triliun. Namun, pengeluaran naik lebih gede yakni 5% menjadi US$ 3,85 triliun.
Departemen Keuangan AS seperti dikutip Reuters menyebut, pengeluaran naik karena jumlah populasi yang semakin meningkat dan menua. Akibatnya, belanja untuk jaminan sosial dan kesehatan pensiun serta kesehatan ikut terkerek.
New York Times memaparkan, orang AS yang berumur lebih dari 65 tahun diperkirakan meningkat hampir 40% dalam satu dekade. Imbasnya, belanja untuk kesehatan dan jaminan sosial juga ikut meningkat.
Presiden AS Barack Obama selama masa jabatannya tidak pernah berhasil mengusulkan kenaikan pajak yang signifikan bagi orang kaya dan perusahaan. Strategi ini diharapkan bisa menekan angka defisit anggaran AS.
Sementara itu, Partai Republik mengusulkan untuk memangkas pengeluaran biaya kesehatan masyarakat. Defisit masa depan Departemen Keuangan AS seperti dikutip Bloomberg menjelaskan, peningkatan beban pemerintah juga berasal dari bunga utang pemerintah yang membengkak.
Sementara itu, pajak yang dikenakan di AS justru berkurang. New York Times menulis, peningkatan anggaran belanja bakal berlanjut hingga 2018. Pasalnya calon pengganti Obama yakni Hillary Clinton dan Donald Trump tidak memiliki strategi lebih tegas untuk mengurangi defisit.
Clinton calon dari Partai Demokrat mengusulkan kenaikan pajak seperti yang dilakukan Obama. Tapi pendapatan baru ini untuk membayar pengeluaran termasuk pendidikan. Sehingga potensi pengurangan defisit tak akan signifikan.
Sementara itu, Trump dari Partai Republik justru akan memotong pajak bagi orang kaya dan perusahaan. Trump juga berjanji akan memotong utang. Trump ingin membelanjakan lebih banyak untuk program infrastruktur.
Trump memperkirakan bisa menghabiskan sebanyak US$ 500 miliar untuk program infrastruktur. Menurut dia, usulannya itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi utang.
"Perlambatan hasil pemungutan pajak membuat data pasar tenaga kerja yang saat ini membaik, tidak bisa terangkat," ujar Gennadiy Goldberg, Analis Strategi TD Securities LLC di New York seperti dikutip Bloomberg.
Dia menambahkan, tingginya defisit anggaran menyiratkan kebutuhan pinjaman Departemen Keuangan membengkak. Pekan lalu, Dana Moneter Internasional alias International Monetary Fund (IMF) mengingatkan Negeri Paman Sam atas risiko meningkatnya beban utang pemerintah.
IMF menyarankan para pembuat kebijakan menggunakan instrumen kebijakan fiskal untuk mencegah risiko.
Credit Kontan.co.id