Rencong menggantikan kedudukan pedang karena dinilai keberadaannya tidak mencolok. Pada masa itu budaya ngopi sudah akrab dengan masyarakat, sehingga sultan yang ingin ‘blusukan’ memilih membawa rencong untuk berjaga-jaga.
Kini rencong telah bermetamorfosis dan beralih fungsi menjadi cenderamata. Bagi anda pecinta wisata belanja, maka tidak ada salahnya menambah koleksi bertema etnik.
Terlebih lagi sebilah rencong bukan senjata tajam biasa karena benda ini menyimpan nilai historis. Di Aceh, rencong kerap dijadikan sebagai cenderamata bagi tamu kehormatan.
Benda tajam yang terbuat dari besi atau kuningan bergagang tanduk atau kayu berukir ini juga populer sebagai souvenir khas. Pelancong seringkali menyelipkan rencong ke dalam daftar buruan yang diincar untuk ditenteng sebagai oleh-oleh.
Riwayat rencong
Serambi Indonesia berkesempatan menyambangi ‘dapur’ pembuatan senjata tajam legendaris tersebut di Desa Baet Mesjid, Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar. Daerah itu terkenal sebagai sentra pembuatan rencong kekinian.
Pada zaman Kerajaaan Aceh Darussalam yang berpusat di Kutaraja (sekarang Banda Aceh), para perajin berkumpul di Gampong Pande. Pande bermakna pandai. Dinamai demikian karena di situlah para pandai besi berhimpun.
“Perbedaan rencong zaman dulu hanya mengenal satu model, jadi semuanya sama. Kalau sekarang rencong sudah banyak dikreasi khususnya pada bagian gagang, ada yang menggunakan tanduk kerbau ada juga yang memakai kayu atau kombinasi keduanya. Selain itu motif ukirannya juga lebih kreatif,” ujar Zuhri Hasyim (52), seorang perajin rencong dari Desa Baet Mesjid Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar.
Proses pembuatan
Laki-laki yang sejak umur 16 tahun menggeluti profesinya sebagai perajin, biasa membuat rencong sesuai pesanan. Rata-rata dalam sehari ia menyelesaikan pembuatan sebilah rencong.
Prosesnya dimulai dari mengolah bahan baku berupa besi putih atau besi hitam.
Bahan baku tersebut diambil dari bahan bekas yang sudah tak terpakai atau dibelinya dari penggalas. Besi batangan itu lantas dibelah sesuai kebutuhan. Tahap selanjutnya sekaligus yang paling menentukan adalah proses tempa.
Potongan besi dipanaskan di atas bara, kemudian besi yang telah menyala merah itu ditaruh di atas tatakan lantas dihantam berulang-ulang menggunakan semacam palu berukuran ektra besar. Begitu seterusnya hingga mencapai hasil yang diinginkan.
Sementara proses pembuatan gagang dimulai dari memotong kayu atau tanduk. Keduanya lantas dibuat pola untuk kemudian diukir menggunakan kikir. Tempo dulu ukiran yang diterapkan sebatas motif etnik seperti motif pintu Aceh atau pucuk rebung.
Namun seiring perkembangan zaman, kini perajin lebih berani berkreasi dengan menerapkan aneka motif tumbuh-tumbuhan ataupun hewan. Yang terakhir disebutkan tidak mempunyai makna khusus.
Tahap terakhir atau finishing, gagang yang sudah diukir lantas dihaluskan dengan menggunakan alat khusus. Lalu dimasukkan ke dalam besi yang sudah selesai dibentuk. Jadilah rencong Aceh.
ILUSTRASI - Dua penari wanita memperagakan aksi teatrikal sambil memegang rencong untuk melawan penjajah pada pawai budaya di halaman Balai Kota, Banda Aceh, Sabtu (29/1/2011). Pawai budaya yang diikuti ratusan pelajar, pemuda, pegawai negeri sipil, dan masyarakat tersebut dalam rangka mendukung pencanangan program 'Visit Banda Aceh Year 2011'.
Harga dan lokasi
Zuhri melepas karyanya mulai harga Rp 100.000 hingga Rp 120.000 untuk sebilah rencong. Itu kalau membeli langsung ke perajin yang berlokasi sekitar 25 Km dari pusat Kota Banda Aceh. Anda tinggal mengikuti jalan nasional Banda Aceh-Medan dan berbelok ke Desa Baet Mesjid, Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar yang berjarak sekitar 1 Km dari jalan raya.
Untuk menuju kemari anda bisa memilih menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum dengan tujuan Kabupaten Aceh Besar. Jika bepergian dengan menggunakan jasa travel, maka anda tingga meminta untuk memasukkan sentra perajin rencong ke dalam destinasi wisata. Selain Zuhri, di sini terdapat tiga perajin lainnya yang menawarkan karya serupa.
Jika anda tidak berkesempatan menyambangi langsung perajinnya, maka cenderamata itu juga bisa anda dapatkan di toko-toko suvenir di pusat Kota Banda Aceh. Namun tentu dibanderol dengan harga yang lebih tinggi.
Sentra suvenir tersebar di Jalan Sri Ratu Safiatuddin Desa Peunayong Kecamatan Kuta Alam ataupun Jalan Mohd Djam Desa Kampung Baru Kecamatan Baiturrahman atau juga Jalan Tentara Pelajar Desa Merduati Kecamatan Kutaraja.
Tips membeli
Agar tidak berkarat, Zuhri menyarankan membeli rencong yang terbuat dari besi putih. Selain itu jika memesan langsung ke pengrajin, anda bisa order jumlah dan motif serta mendapatkan semacam garansi jika terjadi kerusakan.
Untuk cenderamata tentu lebih menarik kalau dikemas dalam pigura. Anda bisa minta sekalian dibuatkan dengan catatan di luar harga rencong. Bagaimana anda tertarik menenteng oleh-oleh senjata legendaris kesultanan Aceh?
Credit KOMPAS.com