Berbagai negara di kawasan Timur
Tengah menggelontorkan dana hingga miliaran dolar untuk mencegah
serangan siber di masa depan. (Ilustrasi/Thinkstock/stokkete)
Laporan terbaru dari Pricewaterhouse Coopers menunjukkan jumlah kejahatan siber yang mengejutkan, yaitu terdapat 42,8 juta insiden keamanan informasi yang dilaporkan secara global pada 2014. Jumlah tersebut merupakan kenaikan sebesar 48 persen dari tahun sebelumnya.
Dikutip dari Al-Arabiya, menurut Laporan Keamanan Tahunan Cisco Security, Timur Tengah kini tengah meningkatkan kewaspadaan atas ancaman malware dari serangan siber, terutama di sektor energi yang menduduki peringkat ke lima dalam daftar sektor industri yang paling berisiko terkena malware pada 2014.
Sektor energi global memiliki ancaman 300 persen lebih besar untuk terkena serangan siber ketimbang sektor industri lainnya. Tak heran, negara-negara Timur Tengah yang memiliki lebih dari 60 persen cadangan minyak OPEC, tertarik untuk berinvestasi di bidang keamanan siber.
"Kita harus ingat dunia siber akan terus berkembang. Serangan siber secara global akan terus menerus datang dan menuntut adanya pengembangan solusi dan teknologi yang berjalan dengan cepat," kata Nicky Dawson, Direktur International Security and National Resilience (ISNR) di Abu Dhabi.
"Keamanan siber merupakan isu utama yang akan dibahas di Forum Ekonomi Dunia oleh berbagai negara, termasuk Timur Tengah," kata Dawson melanjutkan.
Credit CNN Indonesia