Rabu, 08 Juli 2015

Jet Tempur Ringan Generasi V MiG: Terus Dikembangkan Walau Tak Ada Pemesan

Biro desain tersohor ini mempertaruhkan pengalaman mereka, brand awareness, dan fakta bahwa, menurut Korotkov "pasar global untuk jet tempur ini cukup besar". MiG memutuskan untuk mengikuti jejak kompetitornya, Sukhoi, yang dilakukan pada 1990-an. Langkah tersebut melibatkan perubahan target pasar pada pasar global dan menarik investasi asing untuk menciptakan pengembangan baru. Bedanya, kali ini MiG harus melakukan upaya tersebut tanpa kehadiran kontrak pertahanan.

Sukhoi Jadi Prioritas
Sejak tahun 2000, negara menjadikan pengembangan yang dibuat Biro Desain Eksperimental Sukhoi sebagai prioritas. Hal tersebut karena perusahaan itu berhasil bertahan di tengah situasi sulit berkat kehadiran pesanan dari luar negeri dan membuktikan efektivitasnya. Di saat yang sama, proyek pesawat generasi kelima diambil dari Biro Desain Eksperimental MiG dan prioritas diberikan untuk proyek S-37 Sukhoi. Bahkan pada 1999, MiG 1.42 telah melakukan penerbangan pertamanya (prototipe pertama pesawat tempur generasi kelima MiG 1.44, atau Multifunctional Frontline Fighter/MFF).
Pada akhirnya, meski negara siap menampung pesawat yang dibuat oleh MiG, pemerintah memilih untuk memprioritaskan pendanaan bagi proyek Sukhoi. Bahkan setelah jelas bahwa C-37 ditakdirkan untuk hanya menjadi model eksperimen, proyek MiG tetap diabaikan, dan pemerintah lebih memilih mengembangkan PAK FA, yang baru dimulai pada 2002, dan terbang untuk pertama kali pada 2010.
Pengembangan MiG 1.44 dimulai pada awal 1980-an, dan ketika Uni Soviet runtuh, desain awal dan model pesawat tersebut sudah siap, sehingga ia sangat layak untuk dikembangkan menjadi jet tempur generasi kelima. Pada tahun 1990-an, bahkan tanpa kehadiran dana, tim MiG membawa proyek ini ke tahap pengembangan sampel terbang pertama. Namun, sepertinya pemerintah tak membutuhkan hasil dari upaya tersebut.

Mencari Investasi
Pada 2006, MiG menjadi bagian dari United Aircraft Corporation (UAC), yang kemudian mengurangi independensi dan prospek promosi bagi proyek biro desain eksperimental tersebut. Menurut Ovanes Mikoyan, putra dari pendiri MiG di era Soviet dan kini menjadi perancang pesawat di Biro Desain Eksperimental Mikoyan, pesawat generasi kelima yang dibuat oleh Mikoyan telah 'hancur'. Menurut Mikoyan, dalam sistem industri aviasi Rusia saat ini, 'ia yang punya lebih banyak uang dan pengaruh akan bertahan'. Sedangkan menurut veteran aviasi Soviet dan Rusia, MiG dan Sukhoi selalu mengembangkan pesawat tempur dengan tipe berbeda (MiG mengembangkan pesawat ringan, Sukhoi mengembangkan pesawat berat), sementara kompetisi baru dimulai saat 'kepentingan pendanaan mereka mulai bertabrakan'. Sederhananya, MiG kalah dalam perebutan pendanaan dari pemerintah.

Saat ini, perusahaan MiG tak punya pesanan. Kontrak besar terakhir untuk memasok pesawat tempur MiG-29K bagi Angkatan Laut Rusia dan India telah selesai. MiG kalah dalam tender untuk memasok pesawat tempur ringan untuk India, yang dimenangkan oleh perusahaan Rafale Prancis. Proyek desain UAV yang ditawarkan oleh MiG tak mendapat pendanaan pemerintah. Sehingga, kini manajemen perusahaan harus mencari kesempatan untuk memperbaiki portofolio pesanan, termasuk mencari mitra atau pembeli bagi pesawat tempur generasi kelima. Ini tak akan mudah dilakukan tanpa produk yang sudah ditangan, dan perusahaan kini harus membuat setidaknya prototipe terbang atau demonstrasi teknologi.
Namun, UAC telah menyatakan bahwa pengembangna pesawat tempur generasi kelima kelas ringan bukan prioritas perusahaan. Selain itu, proyek PAK FA juga menjadi beban finansial yang berat untuk pemerintah, dan jumlah PAK FA yang akan dibeli pemerintah secara konstan menurun. Oleh karena itu Sergey Korotkov mulai bicara tentang perlunya mengganti MiG-29, "yang tersebar di seluruh dunia". Namun, perihal akankah pesawat tempur generasi kelima kelas ringan Rusia bisa memasuki pasar global masih tanda tanya.


Credit  RBTH Indonesia