Peluncuran roket Cina, Long March-5 Y2, di Wenchang, Hainan, Cina, 2 Juli 2017. (REUTERS)
CB, Jakarta - Roket terbesar
milik Cina, yang bernama Long March-5 Y2, gagal meluncur pada hari
Minggu, 2 Juli 2017. Menurut pemerintah Cina, roket ini sedianya akan
mengangkut satelit terberat milik Cina.
“Sebuah
anomali timbul dalam penerbangan roket tersebut. Penelitian lebih
lanjut akan dilakukan,” demikian diberitakan kantor berita Xinhua
setelah roket diterbangkan pada malam hari dari provinsi Hainan di
bagian selatan Cina. Xinhua tidak menyebutkan apakah investigasi
lanjutan akan dilaksanakan.
Pada tahun ini,
tipe roket yang serupa diharapkan bisa melanjutkan usaha Cina untuk
mencapai bulan dan kembali dengan sampel-sampel temuan. Sampai saat ini,
belum ada kepastian bahwa jadwal dari misi ini akan terganggu akibat
gagalnya peluncuran tersebut.
Untuk
meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional, Presiden Xi Jinping telah
memprioritaskan kemajuan program-program luar angkasa dari Cina.
Pemerintah menekankan bahwa inisiatif ini memiliki maksud yang
sepenuhnya damai.
Walau hampir seluruh
program-program luar angkasa berjalan tanpa kendala, Cina masih harus
mengejar ketertinggalan pada Amerika Serikat dan Rusia. Salah satu
program yang signifikan terjadi pada tahun 2013, ketika rover bulan
milik Cina bernama Jade Rabbit mendarat di Bulan dengan berbagai kendala
teknis yang parah.
Korea Utara kembali melakukan uji coba
rudal pada Selasa (4/7) bertepatan dengan hari kemerdekaan Amerika
Serikat. (KCNA via REUTERS)
Jakarta, CB --
Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal
balistik, Selasa (4/7), bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan
Amerika Serikat. Peluncuran rudal tersebut langsung menimbulkan reaksi
dari Presiden Donald Trump yang mendesak China segara melakukan tindakan
untuk “mengakhiri omong kosong ini secepatnya”.
Di sisi lain, analis menyebut peluru kendali terbaru Korea Utara itu bisa mencapai Alaska.
“Rudal
balistik yang tidak dikenal” itu ditembakkan melalui sebuah situs di
Provinsi Phyongan Utara dan jatuh di Laut Timur, menurut Kepala Staf
Gabungan militer Korea Selatan.
“Rudal tersebut sempat terbang sejauh 930 kilometer,” sebut militer Korsel.
Sementara juru bicara kementerian pertahanan Jepang mengatakan pada AFP, rudal tersebut kemungkinan besar memasuki zona ekonomi eksklusif Jepang.
Sekretaris
Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan misil tersebut terbang sekitar
40 menit, yang merupakan rekor terlama dalam uji coba rudal Korut.
Komando
Pasifik Amerika Serikat mengonkfirmasi bahwa rudal tersebut ditembakkan
dari darat dan merupakan misil berjangkauan menengah, sempat terbang
selama 37 menit dan tidak menimbulkan ancaman bagi AS.
Tapi,
David Wright dari Persatuan Ilmuwan Peduli mengatakan bukti-bukti dari
uji coba rudal terbaru itu menunjukkan kemajuan yang signifikan terhadap
perkembangan senjata Korut.
Wright menambahkan, rudal tersebut bisa punya jangkauan yang lebih jauh jika “ditembakkan dengan sudut yang lebih tinggi”.
“Jika
laporannya benar, rudal yang sama bisa mencapai jarak maksimum sejauh
6700 kilometer dengan sudut lintasan standar,” papar Wright dalam blog
allthingsnuclear milik organisasi ilmuwan tersebut.
“Jarak itu tidak bisa mencapai 48 negara bagian di Amerika Serikat, tapi bisa jadi mencapai Alaska,” paparnya.
Di sisi lain, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyebut uji coba rudal terbaru Korut semakin mengancam keamanan di kawasan.
“Peluncuran ini jelas menunjukkan bahwa ancaman senjata Korut semakin nyata,” tutur Abe.
Sementara
itu, Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan akan melakukan diskusi
terpisah saat pertemuan G20 pekan ini, guna membahas ancaman senjata
Korut.
Abe menambahkan dia akan mendesak Presiden China Xi
Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melakukan “tindakan yang
lebih konstruktif.”
Korut kembali meluncurkan rudal
balistiknya ke Laut Timur, yang menurut Kementerian Pertahanan Jepang
jatuh di sekitar perairan zona ekonomi eksklusifnya. (KCNA/via Reuters)
Jakarta, CB --
Korea Utara dilaporkan kembali melakukan uji coba rudal balistiknya pada Selasa (4/7).
Peluncuran rudal
ini dilakukan hanya berselang beberapa hari setelah Presiden Korea
Selatan Moon Jae-In dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu
untuk pertama kalinya dan membahas ancaman Pyongyang yang kian
memprihatinkan.
"Rudal balistik tidak dikenal diluncurkan dari
sebuah situs militer dekat Bangyon di Provinsi Phyongan Utara dan jatuh
di Laut Timur [Laut Jepang]," bunyi pernyataan militer Korsel.
Menurut
juru bicara Kementerian pertahanan Jepang, rudal tersebut diperkirakan
jatuh di sekitar zona ekonomi eksklusif negaranya, perairan yang
membentang sekitar 321 kilometer dari garis pantai Jepang.
Peluncuran rudal Korut hari ini merupakan yang terbaru dari
serangkaian provokasi pemerintahan Kim Jong-un yang telah meningkatkan
ketegangan di kawasan.
Sejak awal tahun Korut terus menjadi
sorotan akibat aktivitas uji coba rudal dan ambisi pengembangan
nuklirnya yang kian mengkhawatirkan.
Negara paling terisolasi itu
pun telah meluncurkan sejumlah rudalnya sejak Presiden Moon Jae-In
menjabat pada Mei lalu, menggantingkan Presiden Park Geun-hye yang
dimakzulkan.
Padahal, sejak menjabat di Gedung Biru, kantor
kepresidenan Korsel, Moon memiliki pendekatan yang lebih halus untuk
bisa berembuk dengan Korut.
Meski begitu, Moon tetap menegaskan bahwa penerapan sanksi atas
Korut tetap penting dilakukan selama Pyongyang tak bisa meredam ambisi
nuklirnya.
Dalam pertemuan perdananya dengan Moon pada akhir
pekan lalu, Trump menyatakan bahwa AS telah habis kesabaran menghadapi
pergerakan senjata Korut.
Dia bahkan menyebut, AS bersama komunitas internasional perlu merespons ancaman nuklir Korut ini secara tegas dan pasti.
"Bersama-sama
kita menghadapi ancaman rezim sembrono dan brutal Korut. Nuklir dan
rudal rezim tersebut memerlukan respons yang tegas," ucap presiden AS
ke-45 itu, seperti dikutip AFP.
PYONGYANG - Korea
Utara (Korut) akhirnya angkat bicara mengenai peluncuran rudal terbaru
yang mereka lakukan. Korut menuturkan, peluncuran rudal terbaru adalah
bagian dari pengembangan rudal mereka.
Dalam sebuah
pernyataan yang dirilis oleh televisi pemerintah Korut, rudal yang
ditembakkan adalah rudal balistik antarbenua atau ICBM baru mereka dan
uji tembak itu dinilai sukses besar.
"Korut sukses melakukan uji
coba ICBM baru di bawah pengawasan pemimpin Kim Jong-un, dan rudal
mampu menyerang negara manapun di dunia," bunyi pernyataan tersebut,
seperti dilansir Al Jazeera pada Selasa (4/7).
"Rudal Hwasong-14 mencapai ketinggian 2.802 km dan mencapai targetnya tepat setelah terbang selama 39 menit," sambungnya.
Rudal
tersebut sendiri diketahui jatuh di wilayah Zona Ekonomi Esklusif (ZEE)
Jepang. Jepang sendiri melemparkan kecaman keras atas peluncuran rudal
terbaru yang dilakukan oleh Korea Utara (Korut). Tokyo menilai
peluncuran rudal tersebut adalah tindakan provokasi Pyongyang, dan
memberikan ancaman serius pada keamanan di kawasan.
Sekretaris
Kabinet Jepang Yoshihide Suga menuturkan peluncuran rudal tersebut
merupakan masalah serius dalam hal keamanan bagi pesawat terbang dan
kapal, dan ini merupakan pelanggaran mencolok terhadap resolusi Dewan
Keamanan PBB.
Uji Coba Rudal Korut Sukses, Trump Mengamuk di Twitter
Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal pada Selasa (4/7). (KCNA/via REUTERS)
Jakarta, CB --
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengamuk di Twitter
usai Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal terbarunya pada
Selasa (4/7), bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan Amerika
Serikat.
“Korea Utara baru saja menembakkan misil. Apakah orang
ini tidak punya hal lain untuk dilakukan dalam hidupnya?” cuit Trump,
merujuk pada pemimpin Korut, Kim Jong-un.
Dia juga menulis bahwa
negara-negara tetangga Korut tidak melakukan upaya yang cukup guna
menahan Pyongyang melanjutkan ambisi senjatanya.
Dalam cuitan berikutnya Trump juga mendesak China untuk bertindak lebih tegas terhadap Korut.
“Sulit dipercaya bahwa Korea Selatan dan Jepang masih sabar dengan
hal ini. Mungkin China bisa melakukan tindakan keras terhadap Korea
Utara agar bisa mengakhiri omong kosong ini secepatnya!”
Menanggapi amukan Trump di media sosial tersebut, China membela diri.
Juru
bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang menyebut China terus
konsisten berkontribusi menekan Korea Utara soal ambisi senjatanya.
North
Korea has just launched another missile. Does this guy have anything
better to do with his life? Hard to believe that South Korea.....
“China terus melakukan upaya dialog guna menyelesaikan isu nuklir di
Semenanjung Korea. Kontribusi China dalam masalah ini sudah diketahui
luas dan peran China sangat penting,” papar Geng, dikutip AFP, Selasa (4/7).
Dia juga menyebut bahwa China terus mengikuti perkembangan uji rudal
dan nuklir yang dilakukan Korut. Geng menambahkan Beijing turut
mengecam Pyongyang yang menembakkan rudal Hwasong-14 dengan ketinggian
2802 kilometer dan mencapai jarak 933 kilometer sebelum jatuh di
perairan Jepang.
“China menentang Korea Utara yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB melakukan peluncuran," kata Geng.
Selain
itu, China juga berharap semua pihak yang terlibat bisa menahan diri
dan tidak melakukan aksi yang bisa meningkatkan ketegangan di kawasan.
“Kami
berharap semua pihak bisa melakukan upaya perdamaian dan menyelesaian
masalah melalui dialog dan konsultasi,” ujar Geng, menambahkan.
DOHA - Menteri
Pertahanan Qatar, Khaled al-Attiyah menyatakan pihaknya siap
mengerahkan semua yang mereka memiliki untuk membela diri, jika memang
hal itu diperlukan. Namun, dia berharap perselisihan antara Qatar dan
negara Teluk dapat diselesaikan melalui jalur dialog.
"Saya
harap kita tidak mencapai tahap intervensi militer, tapi kita selalu
waspada. Kami siap untuk membela negara kita," kata Attiyah dalam sebuah
pernyataan, seperti dilansir Alaraby pada Selasa (4/7).
Dia
kemudian memperingatkan bahwa Qatar secara historis membuktikan bahwa
negara tersebut bukanlah negara yang mudah untuk dikalahkan.
Attiyah
di kesempatan yang sama juga mengatakan, blok negara-negara Teluk yang
dipimpin oleh Arab Saudi sedang berusaha untuk mencari perubahan rezim
di Qatar. Saudi cs menurut Attiyah berusaha memancing kudeta di Qatar.
"Pada
tahun 1996, terjadi usaha kudeta yang kejam, dan pada tahun 2014
terjadi usaha kudeta yang lunak, dan pada tahun 2017 ada usaha kudeta
yang lunak," ucapnya.
Ketegangan antara Qatar dan negara Teluk
sendiri masih jauh dari kata usai. Ini disebabkan oleh sikap Qatar yang
menolak untuk memenuhi 13 tuntutan yang disampaikan oleh Arab Saudi,
Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir.
Beberapa tuntutan itu antara
lain, Qatar harus memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menutup
pangkalan militer Turki di Doha, berhenti mendanai tokoh dan organisasi
yang dinyatakan sebagai teroris.
Saudi cs sendiri baru saja
mengumumkan perpanjangan tenggat waktu kepada Qatar untuk memenuhi
tuntutan tersebut. Saudi memberikan waktu 48 jam tambahan kepada Qatar,
yang terhitung sejak Senin dihari, untuk memberikan respon atas tuntutan
tersebut.
NEW YORK - Dewan
Keamanan (DK) PBB mengindikasikan tidak ingin terlibat dalam konflik
yang terjadi antara Qatar dan negara-negara Teluk. Indikasi itu
disampaikan oleh Duta Besar China Liu Jieyi, yang memegang jabatan
Presiden DK PBB pada bulan ini.
"Cara terbaik adalah
negara-negara yang bersangkutan mencari solusi melalui dialog dan
melalui konsultasi di antara mereka sendiri, karena kita tidak melihat
alternatif lain untuk itu," kata Liu.
"Apapun yang bisa dilakukan
negara-negara tersebut untuk memperbaiki pagar dan untuk kembali ke
hubungan tetangga yang baik, itu pasti akan disambut oleh China,"
sambungnya, seperti dilansir Al Arabiya pada Selasa (4/7).
Menteri
Luar Negeri Qatari Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani sendiri
telah bertemu dengan anggota DK PBB pada hari Jumat lalu untuk membahas
perpecahan dalam hubungan dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain
dan Mesir.
Thani kabarnya telah meminta anggota DK PBB untuk
mendesak negara-negara yang dipimpin oleh Saudi untuk mencabut
pembatasan penggunaan wilayah udara, dan hubungan transportasi lainnya
dengan Qatar.
NEW YORK - Duta
Besar Arab Saudi untuk PBB, Abdallah Al-Mouallim menyatakan, Qatar
bersikeras untuk memberikan dukungan kepada kelompok teroris. Hal ini,
lanjut Mouallim, menjadikan Qatar sebagai salah satu ancaman dunia.
"Arab
Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir membuat keputusan yang
berdaulat untuk memboikot Qatar guna menjaga keamanan di wilayah, dan
menekan Doha untuk menghentikan dukungannya terhadap terorisme," kata
Mouallimi.
"Qatar telah memilih Iran sebagai sekutunya. Ini telah
mendukung kelompok teroris selama 20 tahun, meskipun ada skema mereka
terhadap negara-negara kawasan," sambungnya, seperti dilansir Al Arabiya
pada Minggu (2/7).
Dia juga mengatakan, bahwa Arab Saudi, UEA,
Bahrain dan Mesir telah memberi Qatar beberapa kesempatan untuk tetap
berada dalam jalur yang benar. Namun, sayangnya Qatar gagal untuk
memanfaatkan kesempatan tersebut.
"Qatar diberi beberapa
kesempatan untuk mengakhiri dukungannya terhadap terorisme, dan tidak
mencampuri urusan dalam negara lain. Yang terakhir dari peluang ini
adalah pada 2013 dan 2014, namun usaha ini gagal karena Qatar tidak
berkomitmen terhadap tuntutan yang diajukan mengenai hal itu," tukasnya.
RIYADH - Seorang
jurnalis Arab Saudi dilaporkan dihukum karena terlalu mengagungkan
pemimpin Saudi, Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud. Jurnalis yang
diketahui bernama Ramadan mendapat hukuman skorsing dari tempat dia
bekerja, yakni surat kabar Al Jazirah untuk batas waktu yang tidak
diketahui.
Anzi dihukum karena menyebut Raja Salman
sebagai al-Halim, atau Maha Penyantun. Al-Halim adalah salah satu dari
99 sebutan untuk Allah, atau yang disebut juga dengan Asmaul Husna.
Hukuman
kepada Anzi dijatuhkan setelah adanya aduan langsung dari Raja Salman.
Pemimpin Saudi itu menulis sebuah surat protes kepada Al Jazirah melalui
Kementerian Kebudayaan dan Informasi Saudi.
"Masalah seperti itu
telah mengganggu kita dan kita tidak dapat menerima atau mentolerirnya.
Kami tidak menginginkannya dan kami tidak mengakuinya. Kami sangat
menyadari keseriusan dan bahaya bersikap lunak terhadapnya," kata Raja
Salman, sepeti dilansir Russia Today pada Selasa (4/7).
"Semua
surat kabar dan media harus menyadari sepenuhnya, bahwa hal-hal tersebut
tidak boleh dipublikasikan dan bahwa semua pihak yang tidak mematuhi
akan dimintai pertanggungjawabannya," sambungnya.
Al Jazirah
sendiri dilaporkan bukan hanya memberikan hukuman kepada Anzi, namun
mereka juga telah menyampaikan permintaan terbuka kepada Raja Salman.
LOS ANGELES
- Presiden Dewan Kota Los Angeles mewacanakan untuk mengganti nama
sebuah jalan dengan nama mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack
Obama. Inisiatif di umumkan di akun twitternya.
Anggota Dewan
Kota, Herb J. Wesson Jr, mengatakan bahwa ia ingin mengubah nama sebuah
jalan di distriknya dari Rodeo Road menjadi Obama Boulevard. Untuk
diketahui, Wesson adalah orang Afrika-Amerika pertama yang memegang
posisi sebagai presiden Dewan Kota Los Angeles.
"Sembilan tahun
yang lalu saya mendapat kehormatan untuk mengenalkan Senator Obama pada
kampanye pertamanya yang diadakan di Rancho Cienega Park di Rodeo Road.
Dewan distrik kami adalah rumah bagi Washington," cuit Wesson men-tweet
seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (22/6/2017).
Rodeo
Road, yang panjangnya kira-kira 5 km, adalah tempat Senator Obama
mengadakan kampanye pertamanya di Los Angeles setelah mengumumkan
pencalonannya sebagai presiden pada tahun 2007 lampau.
Los
Angeles sudah memiliki sejumlah jalan yang dinamai mantan presiden,
termasuk Washington Boulevard, Adams Boulevard dan Jefferson Boulevard.
Ini
bukan rencana pertama untuk menghormati Obama di kota terbesar kedua di
Amerika Serikat itu. Senat Negara Bagian California bulan lalu
mendukung sebuah rencana untuk mengganti nama jalan bebas hambatan yang
berjalan melalui pinggiran utara LA dengan Obama, yang menghadiri
Occidental College di daerah Eagle Rock di dekatnya pada tahun 1979.
SANAA
- Uni Emirat Arab (UEA) diam-diam mengoperasikan penjara penyiksaan
rahasia di Yaman untuk para tersangka teroris. Para personel Amerika
Serikat (AS) ikut terlibat dalam interogasi.
Investigasi AP
mengungkap jaringan “situs hitam” yang dioperasikan UEA di negara yang
dilanda perang tersebut. Laporan investigasi itu menyebut setidaknya ada
18 penjara klandestin di Yaman selatan yang dioperasikan UEA maupun
pasukan Yaman yang dilatih negara-negara Arab.
Menurut laporan
yang dirilis hari Kamis tersebut, diperkirakan ada 2.000 tahanan di
penjara-penjara rahasia di Yaman. Mereka mengalami penganiayaan dan
penyiksaan dan tidak memiliki perlindungan hukum.
Militer AS,
lanjut laporan itu, menyediakan daftar pertanyaan untuk para tahanan dan
menerima transkrip interogasi yang dilakukan di penjara-penjara
“hitam”, yang berpotensi melibatkan para personel AS dalam penyiksaan
tahanan.
Laporan investigasi AP ini juga bersumber dari
wawancara dengan puluhan orang, termasuk mantan narapidana, anggota
keluarga orang-orang yang ditahan, pengacara, serta pejabat Yaman dan
AS.
Sebagian besar sumber berbicara dengan syarat anonim, karena
khawatir terkena tindakan serta tidak memiliki wewenang untuk membahas
masalah ini dengan media.
UAE adalah bagian dari koalisi
negara-negara yang dipimpin Arab Saudi yang melakukan agresi di Yaman
sejak Maret 2015 untuk memerangi kelompok pemberontak Houthi, musuh
Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi. AS tak terlibat langsung dalam
agresi, namun memberikan bantuan pengisian bahan bakar pesawat-pesawat
tempur koalisi Arab dan data intelijen.
Penjara-penjara
penyiksaan rahasia yang dijalankan UEA itu berbasis di pangkalan
militer, termasuk di seberang laut di Eritrea. Penjara-penjara rahasia
itu tersebar di pelabuhan, bandara, vila pribadi dan bahkan kelab malam.
Para
mantan narapidana menceritakan bagaimana mereka dimasukkan ke dalam
kontainer pengiriman dan bahkan diolesi tinja. Beberapa dari mereka
dicambuk dengan kabel, dikunci di dalam sebuah wadah dengan api yang
menyala. Ada juga yang diikat dalam lingkaran api.
”Kami bisa
mendengar jeritan tersebut,” kata seorang mantan tahanan, yang
menghabiskan setengah tahun di sebuah penjara yang terletak di bandara
Riyan dekat Kota Mukalla, Yaman timur.
Dia mengklaim bahwa
”hampir semua orang sakit” dan sisanya meninggal akibat disiksa.
Sementara itu, para pejabat AS yang dikutip oleh AP mengaku
tidak memiliki informasi perihal keterlibatan personel AS dalam
pelanggaran langsung. Namun, anggota unit khusus Yaman (Hadramawt
Elite), yang diciptakan oleh UEA, mengklaim pasukan AS berada di dekat
mereka selama proses tersebut.
Unit operasi khusus yang dilatih
UEA tersebut beroperasi di Mukalla dengan target kelompok cabang
Al-Qaeda. sekitar 400 orang ditangkap di daerah tersebut karena diduga
memiliki hubungan dengan Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP).
Beberapa
pejabat Yaman mengatakan bahwa orang-orang Amerika melakukan interogasi
terhadap tersangka teroris dengan kapal-kapal dari pantai Yaman. Salah
seorang dari pejabat mengatakan bahwa dia telah menyaksikan tahanan
dibawa untuk diinterogasi ke sebuah kapal dimana dia bertugas pada saat
itu. Menurutnya, interogasi dilakukan oleh para ahli Amerika.
Setelah laporan penyiksaan tahanan di penjara-penjara rahasia di Yaman
menyebar, Pentagon menyatakan akan menyelidiki tuduhan penyiksaan
tersebut.
”Kami tidak akan menutup mata, karena kami berkewajiban
melaporkan pelanggaran hak asasi manusia,” kata juru bicara Pentagon
Dana White, Jumat (23/6/2017). “AS selalu mengikuti standar tertinggi
perilaku pribadi dan profesional.”
RIYADH
- Mohammed bin Nayef, 57, secara mengejutkan dicopot dari statusnya
sebagai Putra Mahkota atau calon raja Arab Saudi dalam sebuah perombakan
kabinet. Padahal, dia pangeran yang disegani CIA atas perannya dalam
perang melawan terorisme dan merupakan didikan FBI Amerika Serikat (AS).
Mohammed
bin Nayef bin Abdulaziz Al Saud adalah keponakan Raja Salman bin
Abdulaziz al-Saud, penguasa Saudi saat ini. Posisinya sebagai Putra
Mahkota digantikan oleh sepupunya, Mohammed bin Salman, yang tidak lain
adalah putra Raja Salman.
Penyebab perombakan kabinet pada 21
Juni 2017 yang membuat Mohammed bin Nayef tersingkir masih misterius.
Tak hanya dicopot dari posisinya sebagai Putra Mahkota, sosok “Pangeran
Kontra-Terorisme” ini juga dibebaskan dari semua perannya, termasuk
sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri.
”Saya
puas,” ucap Pangeran Mohammed bin Nayef tentang penunjukan sepupunya
sebagai pengganti posisinya. ”Saya akan beristirahat sekarang, semoga
Tuhan membantu Anda,” katanya lagi, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (22/6/2017).
Mohammed
bin Nayef memiliki pengalaman dalam pekerjaaan intelijen selama
bertahun-tahun. Julukan sebagai “Pangeran Kontra-Terorisme” melakat
padanya karena dia telah memainkan peran penting dalam kebijakan
keamanan internal Saudi.
Sosoknya juga dikenal sebagai pemimpin
paling pro-Amerika di antara kepemimpinan Saudi. Dia menjadi sosok utama
dalam pertempuran melawan al-Qaeda.
Dia bersekolah di AS, yakni
kuliah di Lewis & Clark College di Portland, Oregon. Pada akhir
1980-an, Mohammed bin Nayef belajar di Biro Investigasi Federal (FBI)
sebelum menggantikan posisi ayahnya di Kementerian Dalam Negeri. Dia
juga mengikuti kursus "anti-terorisme" di Scotland Yard Unit.
Sebelum
serangan 11 September di AS, Mohammed bin Nayef telah mengembangkan
hubungan dengan pejabat AS sebagai tokoh yang dihormati dalam "perang
melawan terorisme".
Dia memimpin sebuah tindakan keras terhadap
al-Qaeda di Arab Saudi antara tahun 2003 dan 2007. Badan Intelijen Pusat
AS (CIA) menganggap Mohammed bin Nayef sebagai kunci untuk mengalahkan
al-Qaeda.
George Tenet, mantan direktur CIA, menggambarkan Mohammed bin Nayef sebagai ”lawan bicaranya yang paling penting”.
Pada
tahun 2009, Mohammed bin Nayef selamat dari upaya pembunuhan oleh
al-Qaeda setelah setuju untuk bertemu dengan Abdallah Asiri, seorang
anggota al-Qaeda yang membingkai dirinya sebagai mantan petempur yang
bertobat. Selama pertemuan di Jeddah, Asiri meledakkan sebuah rompi
bunuh diri, namun akhirnya hanya sedikit melukai Mohammed bin Nayef.
Sejak
saat itu, Mohammed bin Nayef tetap tangguh dalam keamanan internal. Dia
ditunjuk sebagai Menteri Dalam Negeri pada tahun 2012 dan Wakil Perdana
Menteri pada tahun 2015. Namun, semua jabatan itu kini dicopot.
Pada tahun 2017, Mohammed bin Nayef dianugerahi medali oleh direktur
baru CIA, sebagai penghormatan atas kontribusinya terhadap kerja
kontraterorismenya.
WASHINGTON
- Korea Utara (Korut) dilaporkan telah melakukan uji coba mesin roket
yang dapat digunakan untuk menembakkan rudal balistik antar-benua
(ICBM). Laporan itu diungkap para pejabat Amerika Serikat (AS) yang
memiliki informasi terkait uji coba peralatan rudal Pyongyang.
Rezim
Kim Jong-un yang berkuasa di Korut berambisi memiliki rudal balistik
antar-benua yang bisa menghantam daratan AS. Jika Pyongyang berhasil
menguji coba ICBM, Washington berada dalam bahaya karena ICBM bisa
membawa hulu ledak nuklir.
Pejabat AS yang berbicara dalam kondisi anonim kepada Fox News,
Jumat (23/6/2017), mengatakan, tes mesin roket Korut diduga dilakukan
pada hari Rabu di Stasiun Peluncuran Satelit Sohae. Situs itu menjadi
lokasi tes serupa sebanyak tiga kali di bulan Maret lalu.
Laporan
itu juga dikonfirmasi oleh pejabat AS lainnya, yang mengatakan bahwa
tes tersebut dapat dilakukan untuk tahap terkecil dari mesin roket untuk
ICBM.
Rezim Kim Jong-un sendiri melalui medianya sudah
mengisyaratkan bahwa mereka akan menguji coba ICBM dalam waktu dekat.
Tes ICBM, menurut Korut, diperlukan untuk membantu Pyongyang dalam
mengatasi kebijakan bermusuhan AS.
Selama bertahun-tahun,
Pyongyang terus mengembangkan teknologi nuklir dan rudal dengan target
mampu menyerang daratan AS, yang jaraknya sekitar 9.000 km (5.500 mil).
AS dan sekutunya di kawasan tersebut baru-baru ini merasa cemas bahwa
Pyongyang akan melaksanakan uji coba senjata nuklir untuk keenam kalinya
setelah melakukan lima kali uji coba senjata nuklir sejak tahun 2006.
Sebuah
rudal dianggap ICBM jika bisa menempuh jarak setidaknya 5.500 km (3.400
mil). Namun, ada pula yang dirancang untuk mencapai target 10.000 km
(6.200 mil). Teknologi ICBM memerlukan metode dan sarana teknik yang
rumit agar berhasil mengirimkan muatan ke target yang ditentukan tanpa
mengalami kegagalan melalui tiga tahap penerbangan.
Sejauh ini,
Pyongyang telah melakukan sejumlah uji coba rudal jarak pendek dan
menengah. Namun, para ahli Barat yakin bahwa Pyongyang belum memiliki
teknologi untuk memproduksi rudal balistik antarbenua yang bisa
dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir.
Meskipun diremehkan para
ahli Barat, media Korea Utara pada awal bulan ini mengklaim militer
Pyongyang akan menguji tembak ICBM dalam waktu dekat.
”Rangkaian
uji senjata strategis baru-baru ini menunjukkan bahwa kita tidak terlalu
jauh dari uji coba rudal balistik antar-benua,” tulis surat kabar
Partai Buruh yang berkuasa di Korut, Rodong Sinmun, dalam editorialnya.
WASHINGTON
- Amerika Serikat (AS) bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan
Jepang melakukan uji coba sistem pertahan udara baru di lepas pantai
Hawaii. Namun, rudal tersebut gagal mencegat sasaran, kata Badan
Pertahanan Rudal AS dalam pernyataannya.
Dalam pertanyaan
tersebut diungkapkan jika yang menjadi target adalah rudal balistik
jarak menengah yang diluncurkan dari Kauai. USS John Paul Jones
mendeteksi dan melacaknya dengan radar AN / SPY-1 menggunakan sistem
senjata Aegis Baseline 9.C2.
"Setelah memperoleh dan melacak
target, kapal tersebut meluncurkan rudal yang dipandu SM-3 Blok IIA,
namun rudal tersebut tidak berhasil mencegat target," demikian yang
dinyatakan rilis tersebut seperti dikutip dari Sputniknews, Kamis (22/6/2017).
Badan
Pertahanan Rudal AS bermaksud untuk melakukan analisis ekstensif
terhadap data uji coba dan menyelesaikan sebuah tinjauan. Pada bulan
Februari 2017 lalu, sebuah tes mencegat serupa berhasil, menurut rilis
tersebut.
MOSKOW - Rusia
dilaporkan sedang menyiapkan aksi balasan atas keputusan Uni Eropa (UE)
memperpanjang sanksi kepada Moskow. UE memperpanjang sanksi atas Rusia
untuk satu tahun ke depan.
"Tentu saja, prinsip utama
respon terhadap sanksi adalah prinsip timbal balik, jadi cukup
dimengerti dan jelas. Tindakan penanggulangan sekarang sedang dilakukan
dan dirumuskan di tingkat ahli," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov
dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis
(22/6).
Selain UE, Amerika Serikat (AS) juga turut memberikan
sanksi tambahan kepada Rusia terkait dengan krisis Ukraina. Dalam
putaran sanksi baru tersebut, AS menjatuhkan sanksi kepada 38 individu
atau perusahaan yang diduga mendukung aksi Rusia di Ukraina.
Putaran
terakhir sanksi tersebut menargetkan pejabat Ukraina dan Rusia, serta
perusahaan di AS yang diduga membantu Rusia memperketat cengkeramannya
di Semenanjung Crimea.
Pengumuman sanksi baru tersebut dilakukan
tepat sebelum Presiden Ukraina Petro Poroshenko bertemu dengan Wakil
Presiden Mike Pence di Gedung Putih dan kemudian mampir ke Oval Office
untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump dan Penasihat Keamanan
Nasional H.R. McMaster.
"Keputusan ini ditujukan untuk
mempertahankan tekanan pada Rusia untuk bekerja menuju solusi
diplomatik. Pemerintahan ini berkomitmen pada proses diplomatik yang
menjamin kedaulatan Ukraina, dan seharusnya tidak ada sanksi tambahan
jika Rusia memenuhi kewajibannya berdasarkan kesepakatan Minsk," kata
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.
BRUSSELS
- NATO mengkonfirmasi bahwa pesawatnya telah dikejar oleh tiga pesawat
Rusia di atas Laut Baltik. Insiden itu terjadi karena pesawat NATO tidak
menanggapi konvertor lalu lintas udara atau memberikan informasi
tentang identitas mereka.
Sebelumnya,
pesawat tempur F-16 NATO berusaha mendekati pesawat Menteri Pertahanan
Rusia Sergei Shoigu dalam perjalanan ke kota Kaliningrad paling barat
Rusia di atas perairan Baltik yang netral namun dikejar oleh jet Rusia.
"NATO
dapat memastikan bahwa tiga pesawat Rusia, termasuk dua pesawat tempur,
dilacak di atas Laut Baltik. Karena Pesawat tidak mengidentifikasi diri
mereka atau merespons pengendalian lalu lintas udara, jet tempur NATO
bergegas untuk mengidentifikasi mereka, menurut prosedur standar," kata
perwakilan NATO.
"NATO tidak memiliki informasi mengenai siapa
yang berada di pesawat. Kami menilai perilaku pilot Rusia melakukan
tindakan yang aman dan profesional," ujar perwakilan aliansi itu lagi
seperti dikutip dari Sputniknews, Kamis (22/6/2017).
Pesawat
tempur Sukhoi Su-27 Rusia, salah satu pesawat yang mengawal pesawat
Shoigu, kemudian menunjukkan senjatanya, mendorong F-16 untuk mundur.
Sebelumnya,
pada tanggal 6 Juni lalu Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa
mereka mengirim pesawat tempur superior Su-27 di atas Laut Baltik untuk
mencegat dan mengawal pembom strategis B-52 Amerika Serikat (AS) yang
mendekati perbatasannya.
Pada 12 Mei, kementerian tersebut
mengatakan Moskow mengirim pesawat tempur Su-30 pada 9 Mei di atas Laut
Hitam untuk mencegat pesawat pengintai AS.
PARIS - Pemerintah
Prancis secara mengejutkan mengatakan, mereka tidak lagi ngotot ingin
melengserkan Presiden Suriah Bashar al-Assad dari posisisnya saat ini.
Kebijakan ini merupakan langkah baru yang diambil oleh Presiden Emmanuel
Macron.
Macron mengatakan dalam sebuah wawancara dengan
delapan surat kabar Eropa, ia ingin bekerja lebih dekat dengan Rusia
untuk mendapatkan solusi di Suriah dan mengatakan bahwa kekuatan luar
negeri terlalu terfokus pada Assad sebagai pribadi.
"Pandangan
baru yang saya hadapi dalam masalah ini adalah saya belum menyatakan
kepergian Bashar Assad adalah syarat penting untuk semuanya, karena
tidak ada yang menunjukkan kepada saya penggantinya yang sah," ucap
Macron, seperti dilansir AP pada Kamis (22/6).
Sebelumnya,
Prancis bersama dengan Amerika Serikat (AS) adalah negara-negara yang
ngotot untuk melengserkan Assad. Mereka menilai Assad adalah sumber
masalah di Suriah, dan harus disingkirkan.
Sementara itu, Macron
dalam wawancara tersebut kembali menegaskan Prancis tidak akan
segan-segan menyerang Suriah jika pemerintah Assad terbukti menggunakan
senjata kimia untuk menyerang pemberontak, dan warga sipil.
MOSKOW
- Pejabat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia mengatakan besar
kemungkinan bahwa pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi tewas dalam
serangan udara pada akhir Mei lalu. Pernyataan ini sekaligus mempertegas
pernyataan sebelumnya yang menyatakan al-Baghdadi telah tewas bersama
para pendukungnya pertengahan bulan ini.
Pada 16 Juni lalu Moskow
mengklaim bahwa pemimpin ISIS diyakini telah terbunuh dalam sebuah
serangan udara yang menargetkan pertemuan para pemimpin kelompok
ekstrimis itu di luar Raqqa.
Kabar terbaru mengenai kepastian tewasnya al-Baghdadi ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Oleg Syromolotov.
"Menurut
Kementerian Pertahanan Rusia, dapat dikatakan dengan probabilitas
tinggi bahwa pemimpin ISIS, al-Baghdadi, tewas sebagai hasil serangan
oleh militer Rusia jelang akhir Mei. Informasi ini sekarang diperiksa
melalui berbagai saluran," kata Syromolotov seperti dikutip dari CBS News, Kamis (22/6/2017).
Tidak
segera jelas apakah Syromolotov telah menyinggung data intelijen
terbaru, atau hanya mengulangi klaim Kremlin tentang tewasnya
al-Baghdadi.
Beberapa jam sebelumnya, dalam sebuah briefing
harian, juru bicara Kemlu Rusia mengatakan bahwa dia tidak memiliki
informasi baru mengenai kondisi al-Baghdadi.
Seorang pejabat
mencatat bahwa ISIS tidak diragukan lagi berhasil dikalahkan di medan
perang baik di Suriah maupun di Irak, dan bahwa kelompok dan negara lain
sangat ingin mengklaim beberapa tanggung jawab atas kekalahan tersebut.
Abu
Bakr al-Baghdadi belum pernah terdengar kabarnya sejak akhir 2016 lalu.
Pemimpin ISIS ini hanya pernah muncul dalam video, berbicara dengan
para pendukung di sebuah masjid yang menjadi ikon di jantung Mosul yang,
kebetulan, dihancurkan oleh ISIS pada kemarin Rabu karena pasukan Irak
mengepungnya.
Kemunculannya
itu terjadi pada tahun 2014, saat Baghdadi mendirikan khalifah Muslim
yang memproklamirkan dirinya sendiri sebagai khalifah.
Terakhir
kali Baghdadi merilis sebuah pesan audio pada 3 November 2016, saat dia
merilis sebuah pernyataan audio yang mendesak para pengikut untuk terus
memperjuangkan Mosul.
Rusia Klaim Bunuh Pemimpin ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi
MOSKOW
- Rusia mengatakan mereka yakin salah satu serangan udaranya
kemungkinan telah membunuh pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Kematian
komandan militan tersebut telah dikabarkan beberapa kali sebelumnya.
Kementerian
Pertahanan Rusia menyatakan di Facebook bahwa pihaknya sedang memeriksa
informasi yang berkaitan dengan serangan tersebut. Rusia mengatakan
serangan tersebut menargetkan sebuah pertemuan tokoh-tokoh senior ISIS
dekat benteng kelompok itu di Raqqa, Suriah, pada 28 Mei.
Dikatakan
sekitar 30 komandan lapangan dan 300 gerilyawan tewas oleh serangan jet
tempur Su-35 dan Su-34. Baghdadi kemungkinan hadir dalam pertemuan
tersebut.
"Menurut informasi yang sedang diperiksa melalui
berbagai saluran pemimpin ISIS hadir dalam konferensi tersebut dan
dihancurkan oleh serangan tersebut," pernyataan Kementerian Pertahan
Rusia yang dimuat di Facebook seperti dikutip dari NBC News, Jumat (16/6/2017).
Militer
Rusia mengatakan telah mengatakan kepada Amerika Serikat (AS) tentang
serangan tersebut yang mungkin telah membunuh pemimpin ISIS. "Mitra
kami, AS, telah diberi tahu sebelumnya tentang waktu dan lokasi serangan
udara Rusia melalui saluran komunikasi," demikian pernyataan itu.
ANKARA
- Pejabat Turki mengatakan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Jim
Mattis, meyakinkan Turki bahwa senjata yang diberikan kepada pejuang
Kurdi Suriah akan ditarik kembali. Senjata-senjata tersebut akan ditarik
kembali setelah ISIS berhasil digulingkan dari benteng utama mereka di
Suriah, Raqqa.
Hal itu diungkapkan Mattis dalam sebuah surat.
Dalam surat itu, Mattis juga meyakinkan Menteri Pertahanan Turki Fikri
Isik bahwa AS secara teratur akan menyediakan daftar senjata kepada
militan Kurdi kepada Turki. Sementara penasihat militer AS di lapangan
akan memastikan bahwa senjata tersebut tidak berada di luar zona
pertempuran Suriah.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Turki Ertan Omeroglu mengkonfirmasi surat tersebut seperti dikutip dari CBS News, Kamis (22/6/2017).
Keputusan
AS untuk meluncurkan serangan guna menguasai Raqqa bekerja sama dengan
Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi telah memperumit
hubunganya dengan Ankara. Turki memandang kelompok pejuang Kurdi
tersebut sebagai perpanjangan tangan dari kelompok teroris Kurdi yang
beroperasi di Turki.
Ankara takut senjata yang diberikan kepada
pejuang Kurdi akan berakhir di tangan para pemberontak di Turki dan
telah mengancam akan menanggapi setiap ancaman.
Seorang pejabat
Ankara mengatakan Mattis mengatakan kepada ISIS bahwa 80 persen kekuatan
yang akan merebut Raqqa akan terdiri dari orang-orang Arab dan pasukan
Arab akan menguasai kota tersebut.
Jika dikonfirmasi, pernyataan
Mattis mengenai senjata-senjata tersebut akan diambil kembali setelah
peperangan Raqqa berakhir dengan konflik dengan komentar baru-baru ini
yang dibuat oleh pejabat koalisi pimpinan AS melawan ISIS.
Juru
bicara koalisi bulan lalu, Kolonel John Dorrian mengatakan, senjata yang
dipasok ke Kurdi tidak akan diambil kembali oleh AS setelah misi
spesifik selesai. Namun AS akan memantau dengan hati-hati di mana dan
bagaimana mereka digunakan.
Ada beberapa laporan yang kredibel
sejak aliansi militer pimpinan AS dibentuk untuk membantu memerangi ISIS
di Suriah dan Irak dari senjata buatan Amerika yang jatuh ke tangan
milisi, dan bahkan ISIS sendiri dalam jumlah yang lebih kecil.
Dalam
beberapa kasus, senjata AS dipasok ke pasukan Kurdi berakhir dengan
milisi Syiah yang juga sedang memerangi ISIS, namun terlibat dalam
pembunuhan dan penyiksaan Muslim Sunni di daerah yang direbut dari ISIS.
RAMALLAH
- Petinggi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Mustafa Barghouti
yakin, Arab Saudi tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Setidaknya hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
"Saya
tidak berpikir Arab Saudi atau negara-negara Arab lainnya akan menerima
untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Ini adalah isu yang sangat
sensitif, Yerusalem adalah masalah yang sangat sensitif. Bagaimana
mungkin Arab Saudi memiliki hubungan normal dengan Israel, sementara
Israel menduduki tempat religius ketiga paling penting bagi umat Muslim,
yakni Masjid al-Aqsa?" tanya Barghouti.
"Jika hubungan normal
terjadi antara Israel dan negara-negara Arab tanpa menyelesaikan masalah
Palestina, Israel berpikir bahwa dunia akan melupakan masalah
Palestina," tambahnya, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (22/6).
Pernyataan
Barghouti ini merupakan respon atas seruan yang dibuat oleh Menteri
Intelijen dan Transportasi Israel, Yisrael Katz. Katz menyerukan
pemimpin Arab Saudi Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud untuk menggelar
pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, untuk
memperbaiki hubungan kedua negara.
Katz
juga meminta Raja Salman untuk mengirim Putra Mahkota Saudi yang baru,
yakni Mohammed bin Salman ke Tel Aviv untuk membahas mengenai ancaman
yang ditimbulkan oleh Iran terhadap kawasan, khususnya terhadap Israel
dan Saudi.
TEL AVIV
- Menteri Intelijen dan Transportasi Israel, Yisrael Katz menyerukan
pemimpin Arab Saudi Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud untuk menggelar
pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dia
menyebut, pertemuan ini harus dilakukan agar terciptanya hubungan
diplomatik antara kedua negara.
Katz juga meminta Raja Salman
untuk mengirim Putra Mahkota Saudi yang baru, yakni Mohammed bin Salman
ke Tel Aviv untuk membahas mengenai ancaman yang ditimbulkan oleh Iran
terhadap kawasan, khususnya terhadap Israel dan Saudi.
"Saya
memanggil Salman, Raja Saudi, untuk mengundang Perdana Menteri Israel
Netanyahu untuk mengunjungi Arab Saudi," kata Katz dalam sebuah
pernyataan, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (22/6).
"Kami
melihat betapa indahnya sambutan yang Anda berikan ketika Presiden
(Donald) Trump ada di sana. Anda juga bisa mengirim ahli waris Anda yang
baru, Pangeran Mohammed bin Salman. Dia adalah seorang yang dinamis,
dia adalah inisiator dan dia ingin membuat sebuah terobosan,"
sambungnya.
Serupa serupa juga disampaikan oleh Menteri
Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman. Dia mengatakan, terjalinnya
hubungan diplomatik antara Israel dan Suadi akan mempermudah
penyelesaikan masalah di kawasan, termasuk di dalamnya masalah dengan
Palestina.
"Kesepakatan damai harus dicapai dengan negara Sunni
yang moderat, sebelum kesepakatan damai dapat dilakukan dengan
Palestina," ucapnya merujuk pada Saudi.
India akan menjadi negara dengan penduduk terpadat di dunia pada 2050. (AFP PHOTO / Dibyangshu SARKAR)
Jakarta, CB --
Populasi manusia di dunia saat ini yang berjumlah
7,6 miliar jiwa akan terus membengkak hingga mencapai angka 9,8 miliar
di tahun 2050, sebut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporannya.
Selain itu, PBB menyebutkan di tahun 2050 nanti, India akan melampaui China sebagai negara dengan penduduk terpadat di dunia.
Sementara Nigeria akan menempati posisi populasi terbanyak ke-tiga, di bawah China, menggantikan Amerika Serikat.
Hal itu terungkap dalam laporan Departemen Urusan Sosial dan Ekonomi PBB yang dirilis Rabu (21/6).
“Dengan perkiraan kasar peningkatan penduduk sebanyak 83 juta orang
per tahun, tren populasi dunia akan terus meningkat bahkan saat angka
fertilitas menurun,” sebut laporan itu, seperti diberitakan AFP, Kamis (22/6)
Mengacu
pada kecepatan itu, populasi dunia akan mencapai angka 8,6 miliar jiwa
pada 2030, kemudian meningkat hingga 9,8 miliar jiwa di 2050 dan menjadi
11,2 miliar jiwa di tahun 2100.
India, yang kini berada di
populasi terpadat ke-dua setelah China akan menjadi nomor satu di 2024
nanti. Saat ini, India memiliki 1,3 miliar penduduk sementara China
berada di angka 1,4 miliar.
Adapun Nigeria dinilai sebagai
negara dengan pertumbuhan penduduk tertinggi. Di samping itu, penduduk
di negara-negara Afrika juga akan berlipat ganda selama 33 tahun
mendatang.
Penduduk dengan usia 60 tahun ke atas juga
diperkirakan naik dua kali lipat pada 2050 dan meningkat lebih dari tiga
kali lipat di 2100.
Laporan itu juga menyebutkan penduduk usia
lanjut dunia diprediksi meningkat dari angka 962 juta jiwa pada 2017
menjadi 2,1 miliar di 2050 dan bertambah hingga 3,1 miliar pada 2100.
Duterte memperingatkan kemungkinan
pecahnya perang sipil jika baku tembak antara militer Filipina dan
kelompok militan di Marawi tak kunjung usai dan meluas. (Reuters/Erik De
Castro)
Jakarta, CB --
Presiden Rodrigo Duterte memperingatkan kemungkinan
pecahnya perang sipil jika baku tembak antara militer Filipina dan
kelompok militan Maute di Marawi tak kunjung usai dan meluas hingga ke
seluruh Mindanao.
Duterte mengatakan, perang sipil sangat mungkin
terjadi karena jika kelompok militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS
mulai merambah ke wilayah lain, warga Kristen akan bersiaga dengan
mempersenjatai diri.
"Semuanya akan kacau karena orang Kristen di
Mindanao juga akan mempersenjatai diri sendiri. Kita tidak bisa
membiarkan itu karena jika warga sipil mempersenjatai diri, akan ada
perang sipil," ujar Duterte di hadapan para tentara yang terluka akibat
bentrokan dengan Maute di Marawi.
Untuk mencegah terjadinya
perang sipil, Duterte mendesak jajaran kabinetnya untuk segera
merampungkan perundingan damai dengan kelompok pemberontak Fron
Pembebasan Islam Moro (MILF) yang dipimpin oleh Al-Hajj Murad Ebrahim.
Dengan demikian, Duterte dapat meminta bantuan MILF untuk bernegosiasi
hingga bisa meredam kekuatan kelompok-kelompok militan yang terinspirasi
ISIS, seperti Maute dan Abu Sayyaf.
"Kami berharap dapat
mempercepat proses damai dan saya akan mengatakan kepada Murad dan MILF,
'Kalian urus semua wilayah yang kalian inginkan, di pusat Mindanao,
Lanao, Cotabato, Sultan Kudarat," tutur Duterte, Kamis (22/6).
Selama
belasan tahun, pemerintah Filipina dan MILF memang sudah menggodok
perjanjian yang akan memberikan kewenangan bagi kelompok pemberontak
tersebut untuk mendirikan pemerintahan otonom di sejumlah wilayah.
Namun, perundingan itu tak kunjung rampung.
Menurut Duterte,
lebih baik pemerintah merelakan sejumlah wilayah menjadi daerah otonom
ketimbang harus melihat perang sipil pecah di selatan negaranya.
Duterte juga mengatakan, ia sesungguhnya tidak ingin memberlakukan
darurat militer di Mindanao pasca pecahnya bentrokan antara tentara dan
Maute di Marawi. Namun, ia terpaksa melakukannya agar perang tidak
meluas.
"Saya sangat tidak ingin memberlakukan darurat militer.
Saya terpaksa karena jika tidak, kekacauan di Mindanao akan meluas. Kita
kemudian akan kesulitan," katanya, sebagaimana dikutip Inquirer.
mengindikasikan adanya operasi militer
bersama antara Indonesia, Filipina dan Malaysia demi memberantas ISIS
di Asia Tenggara. (REUTERS/Beawiharta)
Jakarta, CB --
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Wiranto mengatakan patroli militer demi menangkal peredaran
ISIS yang dilakukan Indonesia, Filipina, dan Malaysia, belum memikirkan
ke arah operasi militer bersama.
Namun, Wiranto mengindikasikan bahwa operasi militer gabungan itu bisa dilakukan.
"Kita
sendiri punya pengembangan prosedur operasi, tak bisa tiba-tiba
kompak," kata Wiranto saat ditemui di kantor Kemenko Polhukam, Kamis
(22/6).
Wiranto menjelaskan untuk bisa sampai ke taraf operasi
bersama, perlu ada penyesuaian yang harus dilakukan oleh militer dari
ketiga negara.
Salah satu penyesuaian yang menurut Wiranto telah
sejalan adalah patroli maritim yang beberapa hari lalu diresmikan di
Tarakan, Kalimantan Utara. Dalam peresmian itu Menteri Pertahanan dari
tiga negara hadir, termasuk Menhan Indonesia Ryamizard Ryacudu.
"Dari situ nanti ada peningkatan dan kita mencoba untuk melakukan prosedur operasi bersama," ujarnya.
Selain
masalah prosedur, Wiranto menekankan bahwa keinginan tiga negara
tersebut untuk memberantas peredaran ISIS di Asia Tenggara, menjadi
aspek yang tak kalah penting.
Wiranto juga menambahkan adanya
persetujuan dari Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk melakukan
patroli darat di negaranya, guna mengantisipasi penyebaran kelompok ISIS
di Asia Tenggara.
Namun, itu tak serta merta membuat militer
Indonesia bisa masuk begitu saja ke Filipina. Dia mengatakan tetap harus
ada prosedur konstitusional, sebelum akhirnya operasi tersebut bisa
dilakukan.
"Semua ada prosedurnya, sementara kita pelajari dulu
operasi bersama itu bagaimana karena Indonesia tak bisa tiba-tiba
(operasi) di negara lain," ujar mantan Panglima ABRI itu.
Kini, militan Maute dilaporkan hanya menguasai sekitar 1 kilometer persegi daerah di Marawi. (Reuters/Romeo Ranoco)
Jakarta, CB --
Setelah lima pekan bertempur di Marawi, militer
Filipina berhasil memukul mundur militan Maute dan mengepung kelompok
militan tersebut di salah satu sudut kota.
"Pasukan kami menyerbu
dari timur dan utara dan kami sudah mengepung tiga jembatan," ujar
salah satu komandan tentara Filipina, Christopher Tampus, sebagaimana
dikutip Reuters.
Kini, kata Tampus, militan Maute hanya menguasai
sekitar 1 kilometer persegi daerah di Marawi. Sisa pasukan Maute pun
kini diperkirakan sudah menurun drastis, hingga hanya sekitar 100 orang.
Militer
Filipina menganggap perkembangan ini sebagai satu kemenangan. Namun,
negara tetangga seperti Malaysia justru khawatir para militan yang mulai
terdesak akan kabur ke wilayah mereka.
"Kami khawatir mereka akan masuk ke negara ini dengan menyamar menjadi
imigran ilegal atau nelayan asing," ucap Komandan Keamanan Sabah Timur,
Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid.
Namun, militer Filipina akan
berusaha untuk memberangus kelompok Maute sebelum perayaan Idul Fitri.
Mereka optimistis, terutama setelah mengetahui strategi tempur Maute.
Para militan itu masih menggunakan strategi klasik, menembak dan melemparkan bom tangan dari dalam sekolah atau masjid.
Mereka juga kerap memaksa warga sipil berjaga di ruas-ruas jalan untuk menjadi tameng manusia jika militer datang.
Strategi ini dapat terbaca setelah militer berhadapan langsung dengan militan Maute sejak bentrokan pecah pada 23 Mei lalu.
Bentrokan
ini bermula ketika militer Filipina melancarkan operasi penangkapan
pemimpin kelompok militan Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon.
Tak berapa lama setelah bentrokan pecah, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, langsung mendeklarasikan darurat militer.
Filipina Bikin ISIS Terpojok di Marawi, Malaysia Ketir-ketir
MARAWI - Militan loyalis kelompok Islamic State
atau ISIS telah terpojok setelah digempur militer Filipina selama lima
minggu terakhir. Namun, serangan Filipina itu membuat Malaysia khawatir
kelompok ISIS menyeberang ke wilayah mereka di Sabah.
Kekhawatiran
Kuala Lumpur muncul ketika Filipina, Indonesia dan Malaysia sendiri
sepakat meluncurkan patroli bersama untuk mengendalikan pergerakan
kelompok militan di wilayah kepulauan mereka.
Para menteri luar negeri ketiga negara juga berkumpul di Manila pada hari Kamis (22/6/2017) untuk melakukan pembicaraan.
”Kami
khawatir mereka bisa masuk ke negara (Malaysia) dengan menyamar sebagai
imigran gelap atau nelayan asing,” kata Kepala Komando Keamanan Sabah
Timur (Esscom) Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid, seperti dilansir Bernama.
Esscom telah membuat daftar buron yang mencakup dua pentolan militan yang mempelopori usaha untuk menduduki Marawi.
Mereka
adalah pemimpin kelompok Abu Sayyaf Isnilon Hapilon, yang
diproklamirkan sebagai emir ISIS Asia Tenggara, dan Abdullah Maute, yang
pengikutnya sekitar 400-500 milisi. Kedua pentolan militan pro-ISIS ini
dianggap terlibat pembunuhan orang-orang non-Muslim dan penyanderaan
puluhan warga sipil di Marawi.
Pertempuran di Marawi pecah mulai
23 Mei 2017. Menurut data militer Filipina, total korban tewas telah
mencapai sekitar 369 orang, dengan tiga perempatnya berasal dari kubu
kelompok militan.
Juru bicara militer Filipina Letnan Kolonel
Jo-Ar Herrera mengatakan bahwa jumlah militan yang berada di Marawi
telah menyusut menjadi sedikit di atas 100 orang.
Pejabat militer
Filipina Letnan Kolonel Christopher Tampus menambahkan; ”Wilayah mereka
telah berkurang menjadi hanya 1km persegi.”
”Pasukan kami datang dari timur dan utara dan kami menghalangi tiga jembatan,” katanya, seperti dikutip Reuters.
Masjid al-Nuri dihancurkan oleh ISIS karena hendak direbut oleh pasukan Irak. (Iraqi Military Handout/via Reuters TV)
Jakarta, CB --
"Ketika saya melihat ke luar jendela dan melihat
menara tidak lagi berdiri di sana, saya merasa sebagian dari diri saya
telah mati."
Untuk Ahmed Saied, guru berusia 54 tahun, dan banyak
warga lainnya, Mosul tidak akan lagi sama setelah militan ISIS
meledakan mnenara condong yang sudah menghiasi kota selama 850 tahun.
Militan
menghancurkan Masjid Agung Al-Nuri pada Rabu malam berikut menara
terkenalnya, yang akrab disebut al-Hadba atau si bungkuk oleh warga
Irak. Dalam cahaya fajar, yang tersisa hanya dasar bangunan di antara
puing-puing.
Penghancuran ini dilakukan ketika pasukan pemerintah Irak merangsek
mendekati masjid yang juga menjadi simbol penting bagi ISIS ini.
Pemimpin kelompok teror itu, Abu Bakar al-Baghdadi, menggunakannya untuk
mendeklarasikan kekhalifahan gadungan yang membentang di Suriah dan
Irak.
Bendera hitamnya telah berkibar di atas menara setinggi 45
meter itu sejak 2014, setelah pasukan ISIS membanjiri Irak dan merebut
wilayah besar di negara tersebut.
Para pemberontak memilih untuk
meledakan masjid itu ketimbang melihat bendera tersebut diturunkan oleh
pasukan Irak yang didukung AS. Mereka bertempur di antara
bangunan-bangunan dan jalanan Kota Tua, distrik terakhir yang masih
dikuasai ISIS di Mosul.
"Dini hari, saya naik ke atap rumah saya
dan terkejut melihat menara Hadba sudah hilang," kata Nashwan, seorang
buruh harian yang tinggal Khazraj, melalui sambungan telepon. "Saya
menangis, saya merasa kehilangan anak."
Menara itu dibangun dari
tujuh lapis bata dekoratif dalam pola geometris rumit yang juga
ditemukan di Persia dan Asia Tengah. Kemiringan dan kurangnya perawatan
membuat menara itu rentan terhadap ledakan.
Kantor media militer Irak menyebarkan gambar yang diambil dari udara,
menunjukkan masjid dan menara itu hanya tersisa puing-puing di antara
rumah-rumah dan jalan kecil Kota Tua. Video di media sosial menunjukkan
menara itu runtuh secara vertikal, menyisakan debu.
"Pasukan
keamanan Irak terus mendorong ke kawasan ISIS yang terisa, kata Kolonel
Ryan Dillon, juru bicara koalisi internasional yang membantu pasukan
Irak melawan ISIS.
"Hanya ada dua kilometer persegi yang tersisa
di Mosul Barat sebelum seluruh kota bisa dibebaskan," ujarnya kepada
Reuters melalui telepon.
Untuk banyak orang, kehancuran menara
itu menjadi tanda kejatuhan terakhir kekuasaan ISIS di Mosul dan
meramalkan kekalahannyta di Irak. "Menghgancurkan al-Hadba dan al-Nuri
sama dengan mengakui kekalahan secara resmi," kata Perdana Menteri
Haider al-Abadi di situs webnya.
Sebelum dihancurkan ISIS, masjid al-Nuri menjadi salah satu objek sejarah zaman pertengahan di Irak. (REUTERS/Erik De Castro)
Jakarta, CB --
Masjid Agung al-Nuri yang dihancurkan oleh kelompok
teror ISIS adalah salah satu peninggalan bersejarah yang ada di Mosul,
Irak. Karena itu, kehancurannya dapat dikatakan sebuah kerugian besar
bagi negara yang dilanda konflik tersebut.
Walau demikian,
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi justru berkata sebaliknya.
"Menghancurkan menara al-Hadba dan Masjid al-Nuri adalah bentuk
pengakuan kekalahan secara resmi," ujarnya melalui komentar singkat di
situs web, Kamis (22/6).
Dari masjid zaman pertengahan inilah
pemimpin kelompok teror itu, Abu Bakar al-Baghdadi, mendeklarasikan
kekhalifahan gadungan yang membentang di wilayah Suriah dan Irak.
Warga Irak menyebut menara condong setinggi 45 meter di masjid itu
sebagai al-Hadba atau si bungkuk. Bendera hitam khas Baghdadi yang
menyalahgunakan kata 'tiada Tuhan selain Allah' berkibar di atas menara
tersebut sejak 2014 lalu.
Sejumlah pejabat pemerintahan Iraq
secara pribadi sempat berharap masjid itu bisa direbut kembali sebelum
Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Hari pertama Idul Fitri di Irak jatuh
pada 25 atau 26 Juni.
Jika Mosul berhasil direbut, maka separuh
khalifah Baghdadi yang ada di Iraq bisa dikatakan resmi runtuh, walau
ISIS masih mempunyai wilayah di bagian barat dan selatan kota tersebut.
Nama
masjid tersebut diambil dari Nuruddin al-Zanki, bangsawan dari wilayah
feodal di masa lalu yang meliputi Turki, Suriah dan Irak, yang berperang
melawan para tentara salib. Masjid itu dibangun pada 1172-73, tak lama
sebelum kematiannya, dan menaungi sebuah pesantren.
Ketika Ibnu Batuta, pengembara sekaligus cendekiawan terkemuka zaman
pertengahan, mengunjungi masjid tersebut dua abad kemudian, menaranya
condong. Kemiringan itu membuat masjid tersebut disebut Si Bungkuk.
Masjid
tersebut dibangun dengan tujuh lapis bata dekoratif dalam pola
geometris rumit yang juga ditemukan di Persia dan Asia Tengah.
Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan kekhalifahannya di Masjid al-Nuri. REUTERS/Social Media Website via Reuters TV)
Nabeel Nouriddin, sejarawan dan arkeolog yang diwawancara Reuters,
menyebut menara itu belum pernah direnovasi sejak 1970, membuatnya
sangat rentan akan ledakan meski tidak terkena hantaman langsung.
Baghdadi
mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai kalif atau pemimpin semua
Muslim dari podium masjid bersejarah itu pada 4 Juli 2014, setelah para
pemberontak menguasai wilayah besar Suriah dan Irak.
Pidato Baghdadi dari masjid itu adalah pertama kalinya ia menampilkan
diri ke dunia, dan video yang kemudian disiarkan menjadi satu-satunya
rekaman di mana ia menyebut dirisebagai kalif.
Kehancuran lokasi
itu terjadi ketika unit Badan Kontra-Terorisme (CTS) elit Irak, yang
selama ini bertempur menembus Mosul, sudah berjarak 50 meter dari
masjid, kata pernyataan militer Irak.
Seorang juru bicara militer Irak menyebut ledakan itu terjadi tepatnya pada 9.35 waktu setempat.
"Ini
adalah kejahatan terhadap warga Mosul dan seluruh Irak, dan merupakan
bukti mengapa organisasi brutal ini harus dihancurkan," kata Mayor
Jenderal Martin dari militer AS.
Ankara (CB) - Presiden Turki Tayyip Erdogan melakukan
pembicaraan telepon dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud
dan putra mahkota baru, bersepakat untuk meningkatkan usaha mengakhiri
ketegangan dengan Qatar, kata sumber dari kantor Erdogan pada Kamis.
Turki menawarkan dukungan kuat kepada Qatar setelah Arab Saudi,
Mesir dan beberapa negara lain menuduh Qatar sebagai pendukung terorisme
dan memutuskan semua hubungan ekonomi serta diplomatik mereka.
Erdogan berbicara dengan pemimpin Saudi itu pada Rabu malam dan
kedua pihak menekankan tekad memperkuat hubungan Turki-Saudi, sementara
Erdogan juga mengucapkan selamat kepada Muhamad Bin Salman atas
penobatannya sebagai putra mahkota, kata sumber tersebut.
"Kesepakatan dicapai dalam upaya mengakhiri ketegangan kawasan terkait dengan Qatar," kata sumber tersebut dalam pernyataan.
Pernyataan itu mengatakan bahwa Erdogan dan Raja Salman juga setuju
untuk melakukan tatap muka pada pertemuan G20 di Hamburg bulan depan.
Raja Salman menobatkan anaknya itu sebagai raja berikutnya sesuai
urutan takhta pada Rabu, menyerahkan kekuasaan kepada pemuda 31 tahun
itu untuk memperbaiki ekonomi kerajaan, yang bergantung pada minyak,
serta menghadapi ketegangan dengan negara pesaing terberat di wilayah
sekitarnya, Iran, demikian Reuters.