Setidaknya 40 orang tewas dalam serangan
dengan menggunakan mobil ambulans di Kabul, Afghanistan. Taliban
mengklaim bertanggung jawab. (AFP/Wakil Kohsar)
Jakarta, CB -- Seorang pria mengemudikan
ambulans berisi bahan peledak, lalu meledakkannya di Kabul, Afghanistan,
Sabtu (27/1). Serangan ini menewaskan 40 orang dan melukai 140 lainnya.
Menurut
juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nasrat Rahimi, serangan ini
terjadi pukul 12.45 waktu setempat, setelah mobil ambulans itu melewati
pos pemeriksaan keamanan.
Polisi lalu mengidentifikasi penyerang di pos pemeriksaan kedua, namun
tidak bisa menghentikannya sebelum ia meledakkan diri di dekat gedung
Kementerian Dalam Negeri.
Dilaporkan
CNN, korban terluka dirawat di rumah sakit-rumah sakit sekitar Kabul.
Juru bicara kelompok Taliban, Zabiullah Mojahid, mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini.
Serangan ini terjadi hanya berselang sepekan setelah kelompok bersenjata menyerang Intercontinental Hotel di Kabul.
Insiden ini menewaskan setidaknya 22 orang, 14 di antaranya merupakan
warga negara asing dan delapan korban lain warga Afghanistan. Enam pria
bersenjata tewas oleh pasukan keamanan Afghanistan.
Taliban juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Sementara
itu, pada Rabu lalu, militan ISIS menyerang kantor lembaga bantuan Save
the Children di Jalalabad, timur Afghanistan, menewaskan setidaknya
empat orang.
Credit
cnnindonesia.com
Siapa Haqqani, Otak Bom Ambulans di Kabul
Korban ledakan bom ambulans di Kabul, Afghanistan, Sabtu (27/1). (Foto: REUTERS/Mohammad Ismail)
Kabul, CB -- Jaringan Haqqani, kelompok
yang berafiliasi ke Taliban, mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom ambulans yang mengguncang Kabul, Sabtu (27/1) siang waktu setempat. Sebanyak 95 orang tewas dan 158 terluka. Sebenarnya siapa Haqqani ini?
Dilansir dari AFP,
kelompok itu dipimpin oleh Sirajuddin Haqqani, wakil pemimpin Taliban
Afghanistan, yang sudah melancarkan aksi brutal di negeri itu sejak
invasi Amerika Serikat.
Kelompok ini didirikan oleh Jalaluddin
Haqqani, sebelumnya adalah seorang komandan mujahidin yang melawan
Soviet pada 1980-an dengan bantuan Amerika Serikat dan Pakistan. Atas
keberaniannya, Jalaluddin Haqqani mendapat perhatian Amerika Serikat,
khususnya CIA. Bahkan, anggota kongres AS Charlie Wilson, pernah
mengunjunginya secara pribadi.
Jalaluddin Haqqani juga menjalin kontak yang dekat dengan kelompok
jihad Arab Saudi, termasuk dengan Usama bin Ladin. Dia kemudian menjadi
menteri dalam rezim Taliban saat berkuasa di Afghanistan.
Awalnya
dipuji, kini kelompok Haqqani mendapat label teroris dari Amerika
Serikat. “Saat Anda mendengar pejabat AS bicara siapa yang paling
menakutkan bagi mereka, mereka akan selalu bicara soal Haqqani,” kata
analis Michael Kugelman dari Wilson Center di Washington, seperti
dikutip
AFP. Haqqani terkenal karena kerap melakukan
aksi bom bunuh diri dengan ledakan yang besar. Mereka dituding berada di
balik bom truk di jantung Kabul pada Mei tahun lalu yang menewaskan 150
orang. Meski, Sirajuddin Haggani membantah tuduhan tersebut.
Kelompok
ini juga dituduh membunuh pejabat-pejabat top Afghanistan dan menculik
orang-orang barat untuk dimintai tebusan. Termasuk Joshua Boyle asal
Kanada, dengan istrinya Caitlan Coleman yang asal AS, dan tiga anak
mereka yang lahir selama penculikan. Mereka juga disebut menculik
tentara AS Bowe Bergdahl, yang telah dibebaskan pada 2014.
Saat
AS melakukan invasi banyak pejuang Taliban yang melarikan diri ke
Pakistan dan kemudian melancarkan aksi terhadap orang-orang AS. Begitu
juga kelompok Haqqani, yang kerap menyerang NATO dari perbatasan di
Miran Shah, kota terbesar di Waziristan Utara, salah satu daerah semi
otonomi di Pakistan.
Bercokol di Pakistan, ini membuat kelompok Haqqani disebut dekat
dengan badan intelijen Pakistan, terutama dalam konfrontasi dengan
India. Kelompok itu sudah beberapa kali berada di balik serangan
terhadap instalasi milik India di Afghanistan. Haqqani disebut ‘dipakai’
untuk menekan keberadaan India di Afghanistan.
Sudah lama Amerika Serikat menekan Pakistan untuk membasmi kelompok militan, dengan Haqqani sebagai prioritas utama.
Presiden
AS Donald Trump bahkan pernah menuding Pakistan memainkan permainan
ganda di Afghanistan dan melindungi pembuat kekacauan.
Pakistan
berkali-kali membantah tudingan itu dan menuduh Washington mengabaikan
ribuan orang Pakistan yang tewas akibat kelompok militan. Pakistan
bahkan membantu membebaskan keluarga Boyle.
Credit
cnnindonesia.com