Kedua negara memiliki peran yang penting di kawasan Asia Tenggara.
Jenderal militer Amerika Serikat, Martin Dempsey (sebelah kiri) menyalami Menteri Pertahanan baru, Ash Carter. ( REUTERS/Gary Cameron)
CB - Kepala Staf Gabungan Angkatan
Darat Amerika Serikat, Martin Dempsey, mendorong agar Pemerintah
Australia menjalin hubungan yang lebih erat dengan Indonesia. Sebab,
dengan menjalin hubungan yang lebih erat di antara kedua negara
tersebut, bisa meningkatkan stabilitas di kawasan Asia Tenggara.
Harian Australia,
The Australian, Rabu, 25 Februari 2015, melansir Australia memiliki peranan yang begitu penting di kawasan.
"Saya
pikir begitu, (perlu untuk menjalin hubungan baik dengan Indonesia) ke
tingkat di mana hubungan antara Australia dan Indonesia bisa terus
berlanjut, atau dapat berkembang. Saya kira, hal tersebut bisa membawa
ke tingkat kestabilan di kawasan Asia Tenggara," ujar Dempsey.
Media
Australia, kemudian ramai-ramai mengaitkan pernyataan itu dengan
situasi hubungan kedua negara yang tengah tegang akibat pelaksanaan
hukuman mati. Dua gembong Bali Nine, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan,
dilaporkan segera dipindahkan ke Lapas Nusakambangan pada pekan ini.
Berbagai
manuver dilakukan, agar dua warga Sydney itu bisa terbebas dari
eksekusi mati. Bahkan, hingga mengungkit kembali bantuan bencana tsunami
bagi Aceh pada 2004 lalu.
Sementara itu, terkait kerja sama
secara global antara Negeri Paman Sam dan Australia, Dempsey turut
menyinggung mengenai koalisi untuk melawan kelompok militan Islamic of
State of Iraq and al Sham (ISIS) di Irak.
Dia menyebut, ada kemungkinan instruktur dari kedua negara di masa
depan akan ikut berperang bersama pasukan Irak. Menurut data, terdapat
200 instruktur asal Australia yang terlibat.
Saat ini,
instruktur itu tengah bekerja di pangkalan militer Irak. Mereka bertugas
untuk memberikan masukan dan bantuan. Namun, saat ini, mereka belum
ikut turun untuk berperang.
"Ketika kampanye ini terus
berkembang, kami akan membuat keputusan apakah perlu untuk ikut turun
berperang ke lapangan," ungkap Dempsey.
Hingga saat ini, lanjut Dempsey, kedua negara belum ada di tahap tersebut.
"Jelas
sekali, ketika kita melihat kekuatan ISIS, dalam beberapa kasus, mereka
tidak begitu kuat di area terbuka. Sementara itu, di kasus lain, mereka
memiliki kekuatan penuh, contohnya di kota Sadr. Kami akan memutuskan
hal tersebut, namun saat ini belum ada di tahap itu," tambah dia.
Kerja sama erat militer kedua negara terlihat di pangkalan udara al-Asad
di bagian barat Provinsi al-Anbar. Komando Australia turut beroperasi
bersama pasukan khusus AS di sana. Pangkalan militer itu sudah terlihat
seperti kota kecil di AS.
Selain menjadi pangkalan kedua negara, tempat itu juga menjadi markas Divisi Infantri ke-7 militer Irak.
Pasukan
koalisi memiliki fasilitas pertahanan sendiri di area sekitar pangkalan
militer. Namun, ISIS baru-baru ini menembakkan roket dan bom mortar ke
pangkalan tersebut.
Dempsey mengatakan, pasukan di pangkalan
udara tersebut, memiliki peralatan untuk mengetahui sumber tembakan,
sehingga bisa melancarkan serangan balik yang dilakukan oleh pasukan
Irak.
"Saya tidak mengatakan kepada Anda, tidak ada bahaya di
pangkalan udara al-Asad. Ini justru merupakan sebuah simpul penting
dalam rencana kampanye kami dan kami melakukan semua yang kami mampu
dengan bantuan pasukan dari Australia untuk melindungi personil kami,"
ujar Dempsey.
Ditanya mengenai posisi ISIS yang kian terjepit,
Dempsey menyebut, pasukan koalisi harus memastikan serangan harus tetap
berlanjut.
"Aksi militer yang sukses baru akan dimulai dan harus
didukung dengan cara yang efektif untuk menanggulangi pesan kaum
ekstrimis. Selain itu, kita juga perlu menghentikan arus para pejuang
asing dan aliran dana. Kita juga perlu membangun kembali Irak dan
memastikan pemerintahan yang inklusif," kata Dempsey.
Credit
VIVA.co.id