Tampilkan postingan dengan label JEPANG. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label JEPANG. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Januari 2019

AS akan Gelar Latihan Rudal di Jepang


Ilustrasi Rudal

CB, TOKYO -- Militer AS tahun ini akan menggelar latihan rudal pertama di sekitar Pulau Okinawa, Jepang. Rencana latihan tersebut menunjukkan, Washington tampaknya tengah berupaya untuk menangkal dominasi Cina yang semakin kuat.

Surat kabar Sankei Shimbun melaporkan tanpa mengutip sumber, militer AS telah mengatakan kepada Jepang bahwa mereka berencana untuk mengerahkan rudal surface-to-ship di Okinawa tahun ini. Pengerahan dilakukan untuk keperluan latihan rudal yang baru pertama kali digelar AS bersama Jepang.

Latihan itu akan melibatkan peluncur roket bergerak yang dapat dijadikan senjata balasan terhadap potensi serangan rudal balistik surface-to-sea Cina.

Dalam beberapa tahun terakhir, kapal perang Cina telah sering berlayar melalui perairan dekat Okinawa, tempat sebagian besar pasukan AS di Jepang berpangkalan.

Para pengamat mengatakan, aktivitas maritim Cina yang semakin aktif adalah bagian dari rencana untuk membangun kendali perairan. Cina ingin membentuk "rantai pulau pertama" yang menghubungkan Okinawa, Taiwan, dan Filipina.

Beberapa pengamat juga meyakini Beijing tengah berupaya untuk mengakhiri dominasi militer AS di Pasifik barat dengan mengendalikan kendali "rantai pulau kedua". Rantai ini menghubungkan Pulau Ogasawara di selatan Jepang, wilayah AS di Guam, dan Indonesia.

Peningkatan militer Cina yang cepat telah membuat negara-negara tetangganya di Asia gelisah. Kepala pertahanan Jepang tahun lalu mengatakan Cina telah secara sepihak meningkatkan kegiatan militernya pada tahun-tahun sebelumnya.

Channel News Asia melaporkan, Beijing menegaskan kegiatan itu sebagai bentuk pertahanan diri. Meskipun persaingan militer meningkat, AS dan Cina adalah mitra dagang terbesar bagi masing-masing negara. Cina adalah salah satu pemegang utang nasional terbesar AS.

Namun, ketidakseimbangan perdagangan bilateral besar-besaran telah menyebabkan gesekan antara dua ekonomi utama dunia itu. Washington dan Beijing mengenakan tarif mahal untuk barang-barang senilai lebih dari 300 miliar dolar AS dalam total perdagangan dua arah tahun lalu.


Credit REPUBLIKA.CO.ID



https://m.republika.co.id/berita/internasional/amerika/19/01/03/pkqxip382-as-akan-gelar-latihan-rudal-di-jepang




Kamis, 27 Desember 2018

Jepang Menghidupkan Kembali Perburuan Paus Secara Komersial


Jepang Menghidupkan Kembali Perburuan Paus Secara Komersial
Jepang Menghidupkan Kembali Perburuan Paus Secara Komersial

TOKYO - Jepang akan menghidupkan kembali perburuan paus secara komersial pada Juli mendatang di zona ekonomi eksklusif. Mereka juga mengancam akan menarik diri dari International Whaling Commission (IWC).

Australia dan Selandia Baru menyambut baik keputusan penghentian perburuan paus di Antartika. Namun, mereka kecewa karena Jepang akan membunuh lebih banyak binatang mamalia laut itu jika perburuan dilakukan di perairan mereka.

Keputusan tersebut, menurut beberapa pakar, menjadikan Jepang bisa menghemat uang karena biaya perburuan paus ke Antartika memakan biaya yang besar. Namun, perburuan komersial dinilai tidak terlalu ekonomis karena semakin banyak orang yang mau makan ikan paus.

“Dari Juli 2019, setelah penarikan diri dari (IWC) efektif pada 30 Juni, Jepang akan melaksanakan perburuan paus secara komersial di teritorial Jepang dan zona ekonomi eksklusif,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga dilansir Reuters. “Nantinya, kebijakan tersebut akan menghentikan perburuan paus di Samudra Antartika,” tutur Suga.

Dia juga menjamin perburuan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan hukum internasional. “Penangkapan akan dikalkulasikan sesuai dengan metode yang diadopsi sesuai dengan IWC untuk menghindari dampak negatif,” papar Suga.

Jepang menganggap paus yang selama ini dikonsumsi tidak dalam kondisi kepunahan. Mengonsumsi ikan paus juga merupakan bagian dari budaya orang Jepang. Namun, klaim tersebut selalu ditolak oleh IWC. Banyak anggota parlemen Jepang merupakan pendukung utama perburuan kampus. Daerah konstituensi Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe juga merupakan lokasi pelabuhan perburuan paus di Shimonoseki.

Keputusan untuk menarik diri dari IWC menyusul penolakan Jepang untuk mendapatkan izin perburuan paus secara komersial pada September lalu. Suga mengungkapkan, sangat tidak mungkin menjembatani antara anggota pendukung perburuan paus dan anggota anti-perburuan paus.

Kebijakan perburuan paus itu memang memicu kecaman dari berbagai negara dan organisasi pencinta lingkungan. “Deklarasi hari ini (kemarin) merupakan langkah keluar dari komunitas internasional dan membiarkan perlindungan masa depan laut kita,” kata Direktur Greenpeace Jepang Sam Annesley dilansir CNN. Pemerintah Jepang, menurut Greenpeace, harus berkomitmen terhadap IWC dan memprioritaskan langkah baru untuk konservasi laut.

Yoshie Nakatani, seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Jepang divisi kelautan, mengungkapkan Tokyo akan tetap menghadiri pertemuan IWC. “Itu tidak seperti kita akan memutar haluan dari IWC dan mengabaikan kerja sama internasional,” ujarnya. Dia menegaskan, tidak ada perubahan terhadap penghormatan Jepang terhadap hukum internasional dan kerja sama multilateral.

Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters menyambut keputusan penghentian perburuan paus di Antartika. Namun, dia kecewa dengan pemberlakuan kembali perburuan paus komersial. “Perburuan paus sudah kedaluwarsa dan kebiasaan yang tak dibutuhkan. Kita berharap Jepang mempertimbangkan posisinya dan melindungi ekosistem laut,” kata Peters.

Australia juga meminta Jepang untuk kembali ke IWC. “Australia tetap menentang segala bentuk perburuan komersial ataupun perburuan ‘penelitian’,” demikian pernyataan Menteri Lingkungan Australia Melissa Price dan Menteri Luar Negeri Marise Payne.

 Jepang selama ini mengabaikan protes pelaksanaan perburuan paus bertajuk “penelitian”. Pada 2014, Mahkamah Internasional memerintahkan Jepang untuk menghentikan perburuan paus di Antartika. Jepang hanya menghentikan satu musim, tetapi melaksanakan perburuan pada 2015–2016 dengan kuota 333 paus saja.

Umumnya, daging paus itu dijual di toko. Namun, hanya sedikit orang Jepang yang mau mengonsumsinya. Harian Asahi menyatakan, konsumsi daging paus hanya 0,1% dari konsumsi ikan orang Jepang. Menurut pemilik toko daging ikan paus Koichi Matsumoto, konsumsi daging paus hanya 35 gram setiap orang per tahun.

“Kita mengonsumsi daging paus pada waktu dulu. Namun, kini banyak pilihan lain untuk dimakan saat ini,” ujar perempuan Jepang berusia 77 tahun. “Kita tidak perlu menjelaskan kepada pihak internasional kalau konsumsi ikan paus meningkat. Orang tidak akan paham,” paparnya.

Permintaan ikan paus yang menurun itu menjadikan prospek perburuan ikan paus menjadi tidak pasti. “Perburuan paus sebagai aktivitas skala kecil. Tapi, masih banyak daging ikan paus di restoran. Saya pikir orang mengonsumsi daging ikan paus dengan kuantitas yang sedikit,” kata profesor dari Universitas Asia Pasifik Ritsumeikan, Yoichiro Sato. Menurut dia, harga ikan paus yang terlalu mahal membuat orang enggan mengonsumsinya.

Kemudian, sebagian masyarakat Jepang menganggap mengonsumsi ikan paus kurang populer. “Banyak orang Jepang tidak tertarik dengan paus dan perburuan ikan paus,” kata Nanami Kurasawa dari Iruka dan Kujira (paus dan lumba-lumba) Action Network (IKAN). 




Credit  sindonews.com




Selasa, 25 Desember 2018

Korea Selatan Bantah Incar Pesawat Patroli Jepang

Bendera Korea dan Jepang (ilustrasi)

CB, SEOUL -- Korea Selatan membantah kapal perang mereka telah mengunci pesawat patroli Jepang sebagai target tembakan. Sebuah tuduhan keras dari Jepang yang membuat hubungan dua negara bertetangga tersebut semakin menegang.

Tuduhan ini masuk ke dalam daftar panjang pembicaraan yang didiskusikan para diplomat kedua negara saat mereka bertemu di Seoul, Korea Selatan. Diplomat-diplomat Korsel menjelaskan secara rinci situasi yang sebenarnya kepada diplomat-diplomat Jepang. 

"Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan komunikasi yang dibutuhkan dalam isu ini," kata salah seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Korsel yang tidak disebutkan namanya kepada kantor berita News1, Senin (24/12). 

Hubungan kedua negara sekutu terdekat Amerika Serikat di Asia itu terus memburuk sejak bulan Oktober lalu. Ketika Mahkamah Agung Korea Selatan meminta dua perusahaan baja Jepang membayar kompensasi kepada korban kerja paksa Korsel selama masa penjajahan Jepang di Semenanjung Korea. 

Jepang mengecam keputusan tersebut, menurut mereka kompensasi sudah dibayarkan dalam perjanjian tahun 1965. Pada hari Jumat (21/12) lalu Kementerian Pertahanan Jepang  mengatakan salah satu kapal tempur Korsel mengunci pesawat patroli Jepang sebagai target mereka. 

Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan tindakan tersebut sangat berbahaya. Sementara itu Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan kapal tempur mereka hanya menjalankan operasi rutin. Mereka pun memberikan rincian pergerakan kapal tempur tersebut. 

Salah satu pejabat Staf Gabungan Korsel mengatakan saat sedang menyelamatkan kapal nelayan Korea Utara yang terdampar kapal tempur mereka mendekteksi pesawat patroli Jepang dengan kamera optik. Pejabat tersebut mengatakan pesawat patroli Jepang itu terbang dengan sangat rendah. 

"Selama proses tidak ada gelombang emisi radio sama sekali," katanya. 

Dalam pertemuan ini para diplomat dari kedua negara juga membahas isu nuklir Korea Utara. Serta bagaimana Korsel dan Jepang dapat membantu pembicaraan denuklirisasi Semenanjung Korea antara Korut dengan AS. 

Credit REPUBLIKA.CO.ID


https://m.republika.co.id/berita/internasional/asia/18/12/24/pk8ks5370-korea-selatan-bantah-incar-pesawat-patroli-jepang




Jumat, 21 Desember 2018

AU Jepang Cegat Jet Tempur Rusia di Perairan Internasional


AU Jepang Cegat Jet Tempur Rusia di Perairan Internasional
Angkatan Udara Jepang mencegat pesawat tempur Su-24 Rusia di atas Laut Jepang. Foto/Istimewa

TOKYO - Angkatan Udara (AU) Jepang mengirim pesawat tempurnya untuk mencegat sebuah jet Su-24 Fencer Rusia di Laut Jepang pada Rabu lalu. Ini adalah kedua kalinya dalam seminggu Jepang mencegat pesawat asing, di saat negara itu tengah bergerak mengembangkan armada udaranya secara besar-besaran.

Pesawat tempr Rusia, Su-24, tengah melakukan patroli udara di perairan internasional ketika insiden itu terjadi.

"Jet Rusia tidak melanggar wilayah udara Jepang," kata Kementerian Pertahanan Jepang seperti dikutip Sputnik dari The Diplomat, Jumat (21/12/2018).

AU Jepang dilarang bersifat ofensif oleh konstitusi negara itu. Sebagai gantinya, mereka berkonsentrasi pada operasi pertahanan dan pendeteksian udara.

Diproduksi oleh Sukhoi, Su-24 pertama kali diperkenalkan oleh Uni Soviet pada tahun 1974. Ini adalah jet geometri yang cepat dan bervariasi yang dapat mencapai kecepatan hingga Mach 1,6 pada kecepatan penuh dan mampu membawa senjata nuklir, meskipun jet digunakan untuk menyesuaikan berbagai peran tempur dan pengintaian.

Meskipun ini adalah pertama kalinya dalam lima minggu, AU Jepang bereaksi sangat cepat untuk menghadapi sebuah pesawat Rusia. Insiden ini hanya berselang lima hari setelah sebelumnya sistem pertahanan mereka mendeteksi pesawat mata-mata China di sekitar Okinawa, jauh di selatan, di Laut Cina Timur.

Pada 14 Desember, AU Jepang mencegat pesawat Shaanxi Y-9JB dan pesawat pengintai China. Saat itu, pesawat China juga berada di wilayah udara internasional.

Namun, meskipun Jepang mandat secara konstitusional bersikap netralit, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe baru-baru ini memperluas pengeluaran pertahanan negaranya secara besar-besaran selama lima tahun ke depan, termasuk mengambil biaya konversi kapal perusak kelas Izumo menjadi kapal induk yang mampu memproyeksikan kekuatan udara jauh dari kepulauan Jepang.

Selain itu, Kementerian Pertahanan Jepang juga berencana memiliki lebih dari 100 jet siluman F-35 Lightning II baru dari Amerika Serikat sebagai bagian penting dari rencana itu.

Kementerian Pertahanan Jepang pada hari Selasa meminta tambahan USD244 miliar untuk belanja pertahanan mulai tahun depan, yang mencatat rekor peningkatan sebesar USD46 miliar yang ditetapkan oleh anggaran 2018.

Pada akhir Oktober, Abe dan Perdana Menteri India Narendra Modi menandatangani kesepakatan yang akan memungkinkan kapal-kapal India memiliki kemampuan untuk menggunakan pangkalan angkatan laut Jepang dan memberikan akses AU Jepang ke fasilitas angkatan laut India di Kepulauan Andaman dan Nikobar.



Credit  sindonews.com




Rabu, 19 Desember 2018

Keunggulan Calon Kapal Induk Jepang Kelas Izumo


Kapal Perang Jepang kelas Izumo.[The Drive]
Kapal Perang Jepang kelas Izumo.[The Drive]

CB, Jakarta - Pemerintah Jepang memutuskan untuk mengubah kapal perang terbesarnya untuk menjadi kapal induk yang bisa mengangkut pesawat tempur, terutama pesawat F-35B.
Kapal perusak kelas Izumo adalah kapal perang terbesar Jepang yang dibangun setelah kekalahan di Perang Dunia II.

Menurut laporan The Independent, yang dikutip 19 Desember 2018, Jepang mengucurkan US$ 1,2 miliar atau Rp 17,2 triliun (kurs Rp 14,380.01/Dolar AS) untuk membuat Izumo pada 2013. Izumo adalah kapal perusak namun memiliku ukuran besar dengan dek landasan yang bisa beralih fungsi dari kapal perusak

menjadi kapal induk.
Kapal Perang Jepang kelas Izumo.[The Drive]
Dilansir dari The Royal Institute of Naval Architect, rina.org.uk, Izumo dibuat setelah kapal kelas Hyuga senilai US$ 1,1 miliar atau Rp 15,8 triliun pada 2004 dan 2006. Konstruksi Izumo dimulai pada 2011 di IHI Marine United di Yokohama. Peletakan lunas pertama pada 27 Januari 2012, diluncurkan pada 6 Agustus 2013 dan uji pelayaran pada 29 September 2019 hingga resmi ditugaskan untuk Angkatan Pertahanan Laut Jepang pada 25 Maret 2015. The Royal Institute of Naval Architect melaporkan total produksi kapal sekitar US$ 1,5 miliar atau Rp 21,5 triliun (The Independet melaporkan US$ 1,2 miliar).

Kapal perusak kelas Izumo memiliki panjang 248 meter dengan lebar 50 meter, tinggi 33,5 meter dan kedalaman 7,5 meter. Bobot bersih sekitar 19.500 ton, sementara bobot kotor 27 ribu ton. Kapal ini mampu mengangkut 400-500 awak dengan lima level tingkat.


Kapal perusak kelas Izumo Jepang adalah kapal terbesar yang dimiliki Jepang pasca-Perang Dunia II.[nationalinterest.org]






Dek kapal Izumo mampu mengoperasikan 5 helikopter secara bersamaan, sementara hangarnya bisa menampung 14 helikopter. Secara keseluruhan jika dek parkir difungsikan, maka total bisa menampung 25 helikopter lebih.
Izumo mampu melaju dengan kecepatan maksimum 30 knot dengan Combined gas turbine and gas turbine (COGAG).
Selain pengangkut helikopter, Izumo juga dilengkapi dengan rudal pertahanan Mk 41 VLS dan ESSM. Dilengkapi dengan sistem tempur ATECS dan radar OPS-50 AESA, radar OPS-28 yang mampu melacak obyek permukaan, radar navigasi OPS-20, sonar OQQ-23, NOLQ 3D-1 untuk perang elektronik, dan varian sistem komunikasi lain. Kapal juga dilangkapi dengan enam Mk 137 peluncur torpedo dan sistem anti-torpedo OLQ-1.

Meskipun kapal Izumo masih berpostur untuk pertahanan, namun kelas Izumo bisa saja diubah menjadi kapal induk.
Japan Times melaporkan, pemerintah Jepang telah sepakat mengaplikasikan pedoman pertahanan baru untuk anggaran fiskal tahun 2009. Pedoman pertahanan baru Jepang memodifikasi kapal perusak Izumo menjadi kapal induk yang mampu mengangkut F-35B, varian F-35 yang bisa lepas landas secara vertikal.



Credit  tempo.co





Jepang Putuskan Bangun Kapal Induk Pertama Sejak Era PD II


Kapal perusak Jepang kelas Izumo.[Defencyclopedia]
Kapal perusak Jepang kelas Izumo.[Defencyclopedia]

CB, Jakarta - Selasa kemarin, Jepang akhirnya memutuskan untuk membangun kapal induk untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II.
Kapal induk adalah salah satu dari rencana kebijakan pertahanan Jepang yang baru dalam 10 tahun ke depan, termasuk perang siber dan luar angkasa.
pedoman panduan pertahanan nasional Jepang, yang akan memperbolehkan Jepang untuk modifikasi kapal induk helikopter agar bisa menampung pesawat tempur F-35B, diadopsi oleh pemerintah setelah melihat aktivitas militer Cina yang terus meluas, menurut laporan Japan Times, 19 Desember 2018.

"Kita perlu mengembangkan kemampuan pertahanan yang efektif, daripada memperbanyak pertahanan yang sudah usang," kata pemerintah yang mengesahkan anggaran fiskal 2019 yang diajukan PM Shinzo Abe.

Pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35B mendarat di atas kapal induk serbu amfibi USS di perairan pulau paling selatan Jepang Okinawa 23 Maret 2018. F-35B mampu melaju dengan kecepatan maksimum Mach 1.67 atau 2.065 km per jam. REUTERS/Issei Kato
Dalam panduan pertahanan yang baru, pemerintah Jepang mengatakan aktivitas militer Cina di Laut Cina Timur dan kawasan perairan sekitar menjadi kekhawatiran Jepang, sementara Cina juga membangun supremasi di luar angkasa dan siber yang dikhawatirkan bisa mengganggu sistem komando dan kontrol negara.

Untuk memperkuat pertahanan di Samudera Pasifik dan kawasan lain di mana tidak banyak landasan pesawat tersedia, pemerintah memutuskan memperbarui kapal pengangkut helikopter kelas Izumo agar bisa mengangkut pesawat tempur seperti F-35.
Pemerintah mengatakan akan memperbarui kapal perusak tersebut agar bisa digunakan untuk lepas landas vertikal jika diperlukan. Ini akan masuk dalam rencana lima tahun program pertahanan bersama panduan pertahanan keseluruhan.

Media online Sputnik, edisi 13 Maret 2017, menulis bahwa Jepang akan mengirim kapal induk Izumo ke Laut Cina Selatan. Kapal perang terbesar Pasukan Bela Diri Jepang ini akan melakukan pelayaran selama tiga bulan melalui Laut Cina Selatan yang sedang memanas akibat klaim Tiongkok. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Namun langkah ini dikritik oleh pakar pertahanan karena dianggap melanggar konstitusi pasifis Jepang pasca-perang. Menurut UU Konstitusi Jepang pasal 9, yang dikutip dari Law Library of Congress, Komando Tertinggi Pasukan Sekutu melarang Jepang untuk memiliki angkatan bersenjata. Konstitusi melarang jepang untuk membangun langkah-langkah potensial menuju perang.

Namun AS mengubah kebijakan demiliterisasi Jepang dan Inggris meminta AS untuk membagi beban keamanan Jepang. Konstitusi sendiri tidak melarang Jepang untuk mengembangkan kemampuan pertahanannya.
Menampik pelanggaran terhadap konstitusi, pemerintah menyatakan program pertahanan tidak ditujukan untuk kemampuan ofensif.
"Rencana modifikasi kapal induk kelas Izumo untuk meningkatkan kemampuannya," kata Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya.



Credit  tempo.co



Selasa, 18 Desember 2018

Lawan Rusia-China, Jepang Beli Banyak Jet Siluman Termasuk F-35


Lawan Rusia-China, Jepang Beli Banyak Jet Siluman Termasuk F-35
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Foto/REUTERS

TOKYO - Jepang memutuskan untuk membeli lebih banyak jet tempur siluman canggih termasuk F-35, rudal jarak jauh dan peralatan lainnya selama lima tahun ke depan. Tujuannya, untuk mendukung pasukan Amerika Serikat yang menghadapi militer China dan Rusia di Pasifik Barat.

Rencana itu adalah indikasi paling jelas dari ambisi Jepang untuk menjadi kekuatan regional ketika militer China dan Rusia bangkit kembali untuk menekan sekutu AS di Asia tersebut.

"Amerika Serikat tetap merupakan negara yang paling kuat di dunia, tetapi persaingan sedang muncul dan kami mengakui pentingnya persaingan strategis dengan China dan Rusia saat mereka menantang tatanan regional," bunyi laporan garis besar program pertahanan 10 tahun yang disetujui oleh pemerintah Perdana Menteri Shinzo Abe pada hari Selasa (18/12/2018).

Menurut laporan itu, Amerika Serikat, diikuti oleh China, Korea Utara dan Rusia, adalah negara-negara yang paling memengaruhi pemikiran militer Jepang terbaru.

China, ekonomi terbesar kedua di dunia, telah mengerahkan lebih banyak kapal dan pesawat untuk melakukan patroli di perairan dekat Jepang. Sedangkan Korea Utara belum memenuhi janji untuk membongkar program nuklir dan rudalnya.

Rusia, yang terus menyelidiki pertahanan udara Jepang, mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah membangun barak baru untuk pasukannya di sebuah pulau utara yang dicapolok dari Jepang pada akhir Perang Dunia II.

Jet Tempur Siluman

Jepang berencana untuk membeli 45 pesawat jet tempur siluman F-35 Lockheed Martin Corp senilai sekitar USD4 miliar, di samping 42 jet yang sudah dipesan. Angka-angka itu merupakan data rencana pengadaan peralatan militer lima tahun yang disetujui pada hari Selasa.

Pesawat baru akan mencakup 18 short take off and vertical landing (STOVL) B varian F-35 yang ingin disebarkan di pulau-pulau Jepang di sepanjang tepi Laut China Timur.

Pulau-pulau itu adalah bagian dari rantai yang melintasi Taiwan hingga ke Filipina yang menandai batas dominasi militer China di sebelah timur Laut China Selatan yang disengketakan.

Laporan itu juga mengonfirmasi bahwa dua kapal induk helikopter jumbo, Izumo dan Kaga, akan dimodifikasi untuk mengakomodasi operasi F-35B.

Kapal-kapal kelas Izumo sepanjang 248 meter (814 kaki) adalah kapal yang seukuran  kapal induk Jepang pada Perang Dunia II.

Dua pejabat Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan kepada Reuters mengatakan kapal-kapal itu akan membutuhkan geladak yang diperkuat untuk menahan ledakan panas dari mesin F-35 dan bisa dipasang dengan landai untuk membantu lepas landas pendek.



Ancaman Perang Dagang

Pesanan F-35 baru juga dapat membantu Jepang menghindari perang dagang dengan Amerika Serikat.

Presiden AS Donald Trump, yang mengancam akan mengenakan tarif atas impor mobil Jepang, berterima kasih kepada Abe karena membeli F-35 ketika keduanya bertemu pada pertemuan puncak di Argentina beberapa waktu lalu.

Peralatan militer buatan buatan AS lainnya juga masuk dalam daftar belanja Jepang, di antaranya dua radar pertahanan udara Aegis Ashore yang berbasis darat untuk mempertahankan diri terhadap rudal Korea Utara, empat pesawat pengisi bahan bakar Boeing Co KC-46 Pegasus untuk memperluas jangkauan pesawat Jepang, dan sembilan pesawat peringatan dini Northrop Grumman E-2 Hawkeye.

Jepang berencana membelanjakan 25,5 triliun yen untuk peralatan militer selama lima tahun ke depan, atau 6,4 persen lebih tinggi dari rencana lima tahun sebelumnya.

Jepang hanya menghabiskan sekitar 1 persen dari produk domestik bruto (PDB) untuk pertahanan, tetapi dengan ukuran nilai ekonominya telah membuatnya sebagai pemilik salah satu kekuatan militer terbesar di dunia.

"Anggaran meningkat dan telah ada percepatan untuk menyebarkan kemampuan sesegera mungkin," kata Robert Morrissey, kepala unit Raytheon Co di Jepang.

Waspada terhadap janji-janji Korea Utara untuk meninggalkan pembangunan rudal balistik, militer Jepang membeli rudal intermiten Raytheon SM-3 jarak jauh untuk menyerang hulu ledak musuh di luar angkasa.



Credit  sindonews.com


Rabu, 12 Desember 2018

Jepang Akan Punya Kapal Induk Pertama Pasca-Perang Dunia II

       
Kapal perusak kelas Izumo Jepang adalah kapal terbesar yang dimiliki Jepang pasca-Perang Dunia II.[nationalinterest.org]
Kapal perusak kelas Izumo Jepang adalah kapal terbesar yang dimiliki Jepang pasca-Perang Dunia II.[nationalinterest.org]

CB, Jakarta - Jepang tengah berupaya untuk memiliki kapal induk pertama sejak Perang Dunia II, untuk menampung pesawat tempur siluman buatan AS. Ini adalah rencana rencana pertahanan 10 tahun Jepang yang baru.
Dilansir dari Washington Post, 11 Desember 2018, Rancangan garis besar rencana pertahanan baru Jepang, yang disampaikan oleh pemerintah pada Selasa, mengusulkan untuk mengubah kapal pengangkut helikopter yang ada menjadi salah satu kapal induk yang dapat membawa pesawat siluman F-35 buatan AS yang mampu melakukan lepas landas pendek dan pendaratan vertikal.

Kapal yang akan diubah menjadi kapal induk Angkatan Laut Jepang adalah Izumo, kapal perang sepanjang 250 meter yang dapat membawa 14 helikopter.
Perdana Menteri Shinzo Abe menghapus program saat ini setelah lima tahun, dengan alasan perubahan cepat dalam lingkungan keamanan yang memerlukan pencegahan lebih tinggi untuk mengatasi ancaman dari Korea Utara dan Cina.
Pedoman Program Pertahanan Nasional yang baru rencananya dirilis minggu depan.
Kapal perusak kelas Izumo Angkatan Laut Jepang.[The Japan Times]
Garis besar rancangan mengatakan Jepang membutuhkan lebih banyak pesawat pendaratan pendek dan vertikal (short take-off and vertical landing aircraft/STOVLS) seperti F-35B untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara di Pasifik. Jepang berencana membeli 99 F-35 untuk menggantikan beberapa armada F-15.
Kritik mengatakan memiliki kapal induk akan memberi Jepang kemampuan menyerang yang melanggar konstitusi pasifis Jepang yang diteken setelah Perang Dunia II.

Rancangan garis besar juga menyerukan untuk menyiapkan unit yang mengkhususkan diri dalam sektor luar angkasa, serangan siber dan peperangan elektronik, ketika mengintegrasikan kekuatan laut dan udara darat untuk mengoordinasikan operasi yang lebih baik.

Pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35B mendarat di atas kapal induk serbu amfibi USS di perairan pulau paling selatan Jepang Okinawa 23 Maret 2018. F-35B mampu melaju dengan kecepatan maksimum Mach 1.67 atau 2.065 km per jam. REUTERS/Issei Kato
Dikarenakan Jepang mendapat tekanan dari Presiden Donald Trump untuk mengizinkan lebih banyak ekspor dari AS, pembelian senjata Amerika yang mahal akan menjadi cara untuk mengurangi defisit perdagangan AS, sekaligus meningkatkan kerja sama militer di antara sekutu.
Membeli lebih banyak senjata Amerika, bagaimanapun, akan menjadi kemunduran bagi industri pertahanan Jepang, yang mengembangkan pesawat tempur sendiri yakni F-2 produksi Mitsubishi.

Pesawat tempur F-2 Jepang. [Air Force Technology]
Abe mengatakan bahwa Jepang harus melepaskan diri dari konsep konvensional pertahanan darat, maritim dan udara untuk mereformasi sistem pertahanan Jepang.
Bagaimanapun pemerintah tetap mengambil sikap agar menyesuaikan konstitusi pasca-perang di mana Jepang tidak diizinkan untuk mengoperasikan kapal induk serang. Berdasarkan perjanjian dengan sekutu pasca-perang, kemampuan tempur Jepang dibatasi hanya pada pertahanan regional. Asahi melaporkan, parlemen telah mendiskusikan nama kapal induk baru agar sejalan dengan konstitusi tersebut.
Salah satunya mengajukan nama "Defensive Aircraft Carrier" atau kapal induk pertahanan yang diusulkan oleh Liberal Democratic Party (LDP), namun Komeito, partai yang lebih muda, menentang penggunaan kata "Aircraft Carrier".

Kedua partai berkuasa Jepang tersebut akhirnya sepakat mengubah nama kapal perusak kelas Izumo menjadi "multi-purpose operation destroyer" atau kapal perusak mulitiperan.
Pemerintah Jepang dijadwalkan mengadopsi pedoman pertahanan baru pada 18 Desember.




Credit  tempo.co




Hilang Usai Kecelakaan di Jepang, 5 Pilot Militer AS Tewas

                   
Hilang Usai Kecelakaan di Jepang, 5 Pilot Militer AS Tewas
Ilustrasi F-18. (LCPL JOHN MCGARITY, USMC via Wikimedia)


Jakarta, CB -- Militer Amerika Serikat menyatakan lima pilotnya yang sempat hilang dalam kecelakaan pesawat di lepas pantai Jepang sudah tewas dan mengakhiri misi pencarian.

"Setiap upaya telah dilakukan untuk mencari kru kami dan saya berharap keluarga dari para kru gagah berani ini mengerti atas upaya luar biasa yang telah dilakukan pasukan AS, Jepang, dan Australia selama misi pencarian," ucap Letnan Jenderal Eric Smith dari Korps Marinir AS, Selasa (11/12).

Pengumuman ini menjadikan jumlah korban tewas dalam insiden pada 6 Desember lalu ini bertambah menjadi enam orang, dari total 7 kru pesawat yang terlibat dalam insiden itu.


Kecelakaan pada Kamis pekan lalu itu melibatkan jet tempur F/A-18 yang berisikan dua awak dan pesawat pengisi bahan bakar KC-130 yang mengangkut lima kru.


Kedua pesawat itu bertabrakan pada Kamis dini hari sekitar pukul 01.42 waktu lokal di lepas pantai sekitar 321 kilometer dari Pantai Iwakuni, Jepang.

Laporan awal militer menyebut insiden tersebut terjadi ketika kedua pesawat tengah melakukan operasi pengisian bahan bakar di udara dalam latihan rutin militer AS di wilayah itu.


Meski begitu, militer AS menyatakan laporan tersebut belum bisa dikonfirmasi dan Washington masih harus menyelidiki lebih lanjut kecelakaan tersebut.

Militer Jepang dan Australia ikut membantu misi pencarian. Jepang bahkan mengerahkan 10 pesawat dan tiga kapal militernya dalam misi pencarian tersebut.

Sekitar 50 ribu personel militer AS berbasis di Jepang dan kecelakaan ini bukan yang pertama kali terjadi.

Pada November lalu, sebuah jet tempur AS jatuh di selatan Pulau Okinawa, Jepang. Dua kru pesawat berhasil diselamatkan.

November 2017, pesawat C-2A "Greyhound" dengan 11 kru jatuh di Laut Filipina. Delapan kru berhasil diselamatkan, sementara tiga lainnya yang hilang dinyatakan tewas setelah operasi pencarian berlangsung selama dua hari.

Helikopter Osprey milik AS yang berbasis di Jepang juga beberapa kali mengalami insiden pendaratan darurat. Salah satu insiden yang terparah adalah ketika helikopter AS jatuh di sebuah kompleks sekolah di Jepang beberapa waktu lalu.




Credit  cnnindonesia.com






Kamis, 06 Desember 2018

Satu Awak Pesawat Militer AS yang Jatuh di Jepang Ditemukan


Satu Awak Pesawat Militer AS yang Jatuh di Jepang Ditemukan
Ilustrasi. (LCPL JOHN MCGARITY, USMC via Wikimedia)


Jakarta, CB -- Tim SAR menemukan satu dari tujuh anggota Marinir Amerika Serikat yang dilaporkan hilang setelah dua pesawat militer mereka bertabrakan di lepas pantai Jepang pada Kamis (6/12).

Menteri Pertahanan Jepang, Takeshi Iwaya, mengatakan bahwa personel marinir tersebut dalam kondisi stabil dan sudah diamankan di Pangkalan Udara Korps Marinir Iwakuni.


Menanggapi kabar tersebut, Korps Marinir melansir pernyataan berbunyi, "Kami berterima kasih kepada Pasukan Pertahanan Maritim Jepang karena langsung merespons dengan operasi SAR."

Personel tersebut merupakan awak jet tempur F-18 yang bertabrakan dengan pesawat pengisi bahan bakar KC-130 sekitar pukul 02.00 waktu setempat, setelah lepas landas dari Iwakuni.


Seorang pejabat AS mengonfirmasi kabar kecelakaan tersebut kepada Reuters, tapi enggan mengungkap penyebabnya.


Menurut pejabat itu, penyelidikan sedang berlangsung dengan dugaan kelalaian dalam operasi.

Satu pejabat lainnya mengatakan kepada AFP bahwa insiden tersebut terjadi ketika kedua pesawat melakukan operasi pengisian bahan bakar.                




Credit  cnnindonesia.com





Tabrakan Dua Pesawat Militer AS di Jepang, Tujuh Awak Hilang


Tabrakan Dua Pesawat Militer AS di Jepang, Tujuh Awak Hilang
Ilustrasi F-18. (LCPL JOHN MCGARITY, USMC via Wikimedia)



Jakarta, CB -- Setidaknya tujuh orang hilang usai dua pesawat korps marinir Amerika Serikat dilaporkan bertabrakan di lepas pantai Jepang pada Kamis (5/12).

Korps Marinir melaporkan bahwa insiden ini terjadi ketika para awak pesawat tersebut melakukan latihan rutin.


Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa insiden itu terjadi pada pukul 02.00 waktu setempat, setelah pesawat lepas landas dari Pangkalan Udara Marinir Iwakuni.

Pejabat tersebut enggan menjelaskan penyebab kecelakaan, tapi mengonfirmasi bahwa insiden tersebut melibatkan satu jet tempur F-18 dan pesawat pengisi bahan bakar KC-130 dengan total awak tujuh orang.


Salah satu pejabat AS lainnya mengatakan kepada AFP bahwa insiden tersebut terjadi ketika kedua pesawat melakukan operasi pengisian bahan bakar.


Ia memastikan bahwa tim SAR Jepang langsung merespons dan melakukan upaya pencarian di koordinat terakhir kedua pesawat.

Sementara itu, korps marinir AS juga langsung menggelar penyelidikan lebih lanjut.



Credit  cnnindonesia.com




Jumat, 30 November 2018

Jepang Ingin Modifikasi Kapal Induk untuk Jet F-35, Ini Reaksi China


Jepang Ingin Modifikasi Kapal Induk untuk Jet F-35, Ini Reaksi China
JS Izumo, kapal induk pembawa helikopter Jepang. Kapal ini akan dimofikasi untuk mengangkut jet tempur siluman F-35 Lockheed Martin Amerika Serikat. Foto/REUTERS/Kim Kyung-Hoon

TOKYO - Jepang memutuskan akan memodifikasi kapal induk pembawa helikopter, JS Izumo, menjadi pengangkut jet tempur siluman F-35 Lockheed Martin Amerika Serikat (AS). China merespons dengan memperingatkan Tokyo untuk tidak melupakan sejarah sebagai agresor di Asia-Pasifik selama Perang Dunia II.

Nikkei Asian Review dalam laporannya yang mengutip sumber pemerintah mengatakan Tokyo mencapai kesepakatan untuk membeli 100 unit jet tempur F-35. Beberapa pesawat yang akan dimasukkan dalam paket ini adalah jet tempur F-35B versi pendaratan vertikal yang cocok untuk operasi berbasis laut.

Keputusan itu membuat Angkatan Laut Pasukan Bela Diri Jepang harus meretrofit atau memodifikasi kapal induknya.

Kementerian Luar Negeri China pada hari Kamis menyatakan, upgrade kapal-kapal kelas Izumo oleh Jepang akan mengubahnya dari aset pertahanan dirinya menjadi alat untuk ekspansi militer. Peringatan serupa juga muncul dalam laporan surat kabar pemerintah China, Global Times.

"Jepang tidak boleh melupakan sejarah yang terkenal dari negara itu dan penyerbu wilayah di kawasan Asia-Pasifik selama Perang Dunia II," tulis media tersebut mengutip ahli militer Beijing, Song Zhongping.

"Dengan memiliki F-35B pada operatornya, Jepang akan diminta untuk memainkan peran yang lebih besar dalam strategi militer global Amerika Serikat sejauh mungkin yang bisa untuk Jepang dalam mengerahkan pasukannya ke seluruh dunia," kata Song.

Tokyo selama ini berupaya memodernkan setengah dari armada F-15 yang sudah tua dan mengganti sisanya dengan F-35. Laporan Asia Review Nikkei tidak secara khusus menunjukkan bahwa Tokyo memiliki rencana untuk memperluas armada udara.

Pada hari Kamis, sumber pemerintah Jepang mengatakan kepada Asahi Shimbun bahwa rencana untuk membeli 100 F-35 adalah "aspiratif". Sumber lain yang tidak disebutkan identitasnya mengatakan kepada CNN bahwa kesepakatan itu untuk 100 unit jet tempur F-35 total, yang 40 di antaranya adalah varian F-35B.

Tokyo diperkirakan akan merilis rencana pengadaan dan tujuan pertahanan jangka menengah pada pertengahan Desember nanti.

Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya menjelaskan dalam pers briefing bahwa kementerian ingin mendapatkan jet tempur yang sangat kompeten. Iwaya juga menegaskan bahwa kementerian sedang mempelajari dengan seksama bagaimana mengkonversi salah satu kapal kelas Izumo seberat 27.000 ton untuk membawa jet tempur.

"Karena ini adalah peralatan berharga yang sudah kami miliki, saya pikir itu akan diinginkan untuk menggunakannya sebanyak mungkin (sesuai) tujuan," kata Iwaya, hari Kamis (29/11/2018) usai rapat kabinet. 





Credit  sindonews.com





Pengadilan Korea Selatan perintahkan Mitsubishi ganti rugi romusha, Jepang marah

Pengadilan Korea Selatan perintahkan Mitsubishi ganti rugi romusha, Jepang marah
Carlos Ghosn (kiri) pimpinan sekaligus CEO aliansi Renault-Nissan bersama CEO Mitsubishi Motors Corp dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, Jepang, pada Oktober 2016. (Reuters)




Seoul (CB) - Pengadilan tertinggi Korea Selatan pada Kamis memutuskan perusahaan Jepang Mitsubishi Heavy Industries Ltd harus memberikan ganti rugi kepada 10 warga Korea Selatan atas kerja paksa selama Perang Dunia Kedua, yang langsung membuat marah Tokyo.

Keputusan itu menggemakan amar penting Mahkamah Agung pada bulan lalu, yang mendukung warga Korea Selatan meminta ganti rugi dari Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp. Jepang untuk kerja paksa pada masa perang.

Putusan itu mengukuhkan keputusan pengadilan banding pada 2013, yang mengharuskan Mitsubishi membayar 80 juta won (satu miliar rupiah lebih) untuk masing-masing lima pekerja atau keluarga mereka sebagai ganti rugi.

Dalam putusan terpisah, pengadilan itu juga memerintahkan Mitsubishi membayar hingga 150 juta won kepada masing-masing dari lima penggugat lain atau keluarga mereka.

Mitsubishi menyebut putusan itu "sangat disesalkan", dengan mengatakan dalam pernyataan bahwa perusahaan tersebut akan membahas tanggapannya dengan pemerintah Jepang.


Jepang dan Korea Selatan berbagi sejarah pahit, yang mencakup penjajahan Jepang pada 1910-1945 atas semenanjung Korea dan penggunaan wanita penghibur, penghalusan Jepang untuk gadis dan wanita, banyak dari mereka orang Korea, yang dipaksa bekerja di rumah bordilnya semasa perang.

Sengketa sejarah perang sejak lama menjadi batu sandungan hubungan di antara tetangga Asia Timur tersebut, yang memicu kekhawatiran bahwa itu dapat membahayakan upaya bersama untuk mengendalikan kegiatan nuklir Korea Utara.

Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengeluarkan pernyataan menyebut putusan pengadilan itu "betul-betul tidak dapat diterima". Kementerian itu memanggil duta besar Korea Selatan untuk menyampaikan keluhan.

"Keputusan betul-betul menjungkirkan landasan hukum hubungan ramah dan kerja sama di antara kedua negara itu," kata Kono.

Kono mendesak Seoul segera mengambil tindakan untuk memperbaiki "kerusakan dan biaya tidak benar", yang menimpa perusahaan Jepang atau Tokyo akan mempertimbangkan pilihannya, termasuk merujuk perkara tersebut ke mahkamah dunia.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menyatakan penyesalan atas yang disebutnya "tanggapan berlebihan" Jepang, juga memanggil duta besar Jepang dan mendesak menahan diri.

"Kami akan menyusun tanggapan dengan cara yang dapat menyembuhkan rasa sakit dan luka korban, tapi pada saat sama memupuk hubungan ke depan dengan Jepang," kata juru bicara kementerian itu, Roh Kyu-deok, dalam jumpa pers.

"Tapi, pemerintah harus menghormati keputusan pengadilan di bawah asas pemisahan kekuasaan," katanya.

Perkara sebelumnya, yang diadukan kelompok lima mantan buruh, yang dibawa di Jepang, ditolak dengan alasan bahwa hak pemulihan mereka berakhir dengan perjanjian pemulihan hubungan diplomatik Seoul dengan Tokyo pada 1965.

Tapi, Mahkamah Agung Korea Selatan memperkuat putusan pada bulan lalu bahwa pendudukan atas semenanjung itu Jepang tidak sah.

"Perjanjian itu tidak mencakup hak korban kerja paksa atas ganti rugi atas kejahatan terhadap kemanusiaan perusahaan Jepang, yang berhubungan langsung dengan kekuasaan jajahan tidak sah pemerintah Jepang dan serbuan terhadap semenanjung Korea," kata pernyataan pengadilan tersebut.

Kim Seong-ju, penggugat berusia 90 tahun dalam perkara kedua, menyatakan dikirim ke Jepang ketika berusia 15 tahun atas saran gurunya, yang berkebangsaan Jepang.

"Saya diberitahu bahwa saya bisa ke sekolah menengah dan tinggi dan belajar lebih banyak, tapi ternyata harus bekerja di pabrik sepanjang waktu," kata Kim dalam jumpa pers sesudah putusan itu, dengan menunjukkan tangannya, dengan luka menetap, "Saya sekarang merasa luar biasa."




Credit  antaranews.com




Rabu, 28 November 2018

Terancam China dan Ditekan Trump, Jepang Berniat Borong F-35


Terancam China dan Ditekan Trump, Jepang Berniat Borong F-35
Pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35. (Master Sgt. Donald R. Allen/Released)


Jakarta, CB -- Pemerintah Jepang menyatakan mempertimbangkan membeli sekitar 100 jet tempur siluman Lockheed Martin F-35 dari Amerika Serikat, senilai US$8,8 miliar (sekitar Rp 1,278 triliun). Konon alasan mereka berniat membeli burung besi itu untuk mengimbangi kekuatan militer China, di samping tekanan dari Presiden AS Donald Trump.

Seperti dilansir Reuters, Rabu (28/11), Kementerian Pertahanan Jepang tidak secara gamblang mengakui mereka akan membeli jet tempur mutakhir itu dalam jumlah besar. Mereka cuma menyatakan, "segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelian alat utama sistem persenjataan sedang dipertimbangkan."

Kabarnya Trump mendesak pemerintah Jepang untuk membeli persenjataan, sebagai pengganti defisit transaksi perdagangan mereka dengan AS. Di sisi lain, Jepang juga merasa ketar-ketir lantaran China saat ini sudah melengkapi kekuatan militer mereka dengan kapal induk dan pesawat tempur siluman J-20.


Kabarnya, pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe bakal menyetujui rencana pembelian 100 jet F-35 pada pertengahan Desember. Hal itu dilakukan setelah garis besar program pertahanan negara Jepang disepakati oleh parlemen dan pemerintah.


Jepang sebenarnya saat ini sudah mempunyai 42 jet F-35. Pada September lalu, Abe menyatakan memang sempat mengatakan kepada Trump kalau mereka ingin mempunyai persenjataan canggih dari AS.

Kemudian, Jepang juga berniat memutakhirkan kapal induk terbesar mereka, Izumo. Sebab, kapal berbobot 19,500 ton itu sebenarnya adalah jenis perusak dan hanya mampu membawa 14 helikopter. Sebab, China sudah mempunyai sebuah kapal induk yang bisa mengangkut pesawat tempur.


Jika hal ini terjadi, maka kemungkinan besar menjadi penanda kebijakan pertahanan Jepang mulai bergeser. Sebab dalam undang-undang Jepang selepas Perang Dunia II, mereka dilarang keras mengembangkan militer dengan tujuan agresif, dan memilih bergantung kepada AS lantaran terikat perjanjian aliansi pertahanan bilateral.




Credit  cnnindonesia.com





Rabu, 07 November 2018

Jepang Lanjutkan Impor Minyak dari Iran


Kilang minyak Iran.
Kilang minyak Iran.
Foto: Iranian Presidency Office via AP
Jepang dikecualikan dari sanksi yang dijatuhkan AS terhadap Iran.



CB, TOKYO -- Perusahaan-perusahaan Jepang akan melanjutkan impor minyak mentah dari Iran. Menteri Perdagangan Jepang Hiroshige Seko pada Selasa (6/11) mengatakan Jepang menjadi salah satu negara yang diberi pengecualian dalam sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran.
Pengecualian itu diberikan kepada klien minyak terbesar Iran, yaitu Jepang, Cina, India, Korea Selatan (Korsel), Taiwan, Italia, Yunani, dan Turki. Negara-negara tersebut dimungkinkan untuk mengimpor minyak Iran selama 180 hari.

Ekspor minyak Iran telah menurun tajam sejak Presiden AS Donald Trump mengatakan pada pertengahan tahun, dia akan memberlakukan kembali sanksi-sanksi terhadap Teheran atas program nuklirnya. Tetapi dengan adanya keringanan, pembeli utama minyak negara-negara Timur Tengah masih dapat meningkatkan pembelian paling cepat hingga bulan depan.

"Tergantung pada kebijakan perusahaan swasta, tetapi berdasarkan keputusan ini, perusahaan-perusahaan (Jepang) kemungkinan akan mempersiapkan untuk melanjutkan impor minyak mentah Iran," ujar Seko kepada wartawan.

Saat ditanya apakah akan ada pemotongan volume impor, dia berkata, "Saya tidak bisa mengomentari tentang volume impor". Seko juga menolak berkomentar apakah nilai impor Jepang akan jatuh ke nol setelah periode pengecualian berakhir selama 180 hari. Ia mengatakan semua itu akan bergantung pada negosiasi antara Tokyo dan Washington.

Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono kemudian mengatakan Tokyo akan terus berdiskusi dengan AS untuk memastikan pasokan energi yang stabil dan tidak berdampak buruk pada perusahaan-perusahaan Jepang.

Sebuah sumber di perusahaan penyulingan Jepang mengatakan, perusahaan telah mulai mempertimbangkan untuk melanjutkan pembelian minyak Iran, meskipun rinciannya belum ditetapkan. Menurutnya, dalam pembelian itu penyulingan tidak akan diidentifikasi.

Sementara itu, perusahaan penyulingan terbesar Jepang, JXTG Nippon Oil & Energy, mengatakan pihaknya sedang memeriksa situasi dengan seksama. Jepang telah bergabung dengan Korsel untuk sementara waktu menunda pembelian minyak Iran sekitar pertengahan September.

Jepang mengimpor minyak mentah Iran sekitar 172 ribu barel per hari tahun lalu, turun 24,2 persen dari 2016. Angka itu menyumbang 5,3 persen dari total impor minyak mentah Iran.

Jepang telah memangkas impor Iran secara signifikan dari hampir 315 ribu barel per hari pada 2011, tahun sebelum sanksi internasional sebelumnya diberlakukan terhadap Iran.





Credit  republika.co.id



Selasa, 06 November 2018

Kapal Perang China Sampaikan 'Good Morning' ke Kapal Induk Jepang


Kapal Perang China Sampaikan Good Morning ke Kapal Induk Jepang
Kapal induk pembawa helikopter Jepang, Kaga. Foto/REUTERS

BEIJING - Awak kapal perang China mengirim ucapan "good morning (selamat pagi)" kepada para pelaut Jepang yang ada di atas sebuah kapal induk pembawa helikopter ketika berada di kawasan Laut China Selatan.

Media Jepang, NHK, melaporkan interaksi dua kapal itu terjadi akhir bulan lalu. Kapal perang Beijing pengirim pesan itu adalah kapal perang Lanzhou kelas Luyang II. Sedangkan kapal induk pembawa helikopter Tokyo adalah kapal Kaga.

"Saat melihat kapal lain, awak Lanzhou mengirim pesan radio, 'good morning, senang melihat Anda'," bunyi laporan media Jepang tersebut.

"Pertemuan itu menyiratkan bahwa pemanasan keseluruhan dalam hubungan China-Jepang membuat militer kedua negara bisa saling berhubungan satu sama lain," kata Song Zhongping, komentator militer untuk Phoenix Television di Hong Kong, Senin (5/11/2018).

"(Tapi) angkatan laut China hanya mengirim pesan ramah karena kapal perang Jepang (karena) tidak berada di daerah sensitif dan tidak provokatif," ujarnya.

Song juga mengatakan bahwa seringnya pertemuan antara kapal perang China dan Jepang di Laut China Selatan menunjukkan betapa dekatnya Beijing melihat sekutu Amerika Serikat di wilayah tersebut.

Laporan NHK muncul hanya beberapa hari setelah Nippon News Network Jepang menyiarkan sebuah dokumenter tentang operasi kapal induk Kaga di Laut China Selatan pada bulan September, di mana kapal itu dimonitor oleh Hengshui, sebuah kapal fregat China yang dipersenjatai rudal.

Ahli angkatan laut, Li Jie, mengatakan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China akan terus mengawasi dengan ketat kapal militer Jepang di wilayah tersebut meski interaksi kedua militer sejauh ini ramah.

"Sangat jelas bahwa perasaan China-Jepang saat ini terjadi di tengah deretan perdagangan yang sedang berlangsung antara Beijing dan Washington, dan (Perdana Menteri Shinzo) Abe mungkin menggunakan itu untuk menciptakan posisi tawar yang lebih kuat untuk dirinya sendiri dengan saudara laki-lakinya di Amerika," ujarnya mengacu pada pemimpin Amerika.

"Hubungan bilateral yang mencair antara China dan Jepang didorong oleh kepentingan ekonomi Tokyo, bukan ketulusan," kata Li. "Beijing memahami bahwa kehadiran militer (Angkatan Laut Jepang) dimaksudkan sebagai pertunjukan signifikansi geopolitiknya di kawasan Asia-Pasifik."

China telah mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan dan bersengketa dengan Taiwan, Filipina, Vietnam, Brunei, dan Malaysia. Jepang dan Amerika Serikat tidak terlibat dalam sengketa, namun menghendaki kebebasan bernavigasi di kawasan internasional di wilayah tersebut.

Beijing dan Tokyo bersengketa atas kepulauan di Laut China Timur. China mengklaim kepulauan yang mereka namai Diaoyu. Sedangkan Jepang mengklaim dengan nama Kepulauan Senkaku. 





Credit sindonews.com




Senin, 05 November 2018

Kapal Induk Nuklir AS Pimpin Latihan Perang Terbesar di Jepang



Kapal Induk Nuklir AS Pimpin Latihan Perang Terbesar di Jepang
Kapal induk USS Ronald Reagan memimpin latihan perang bersama Jepang dan Kanada. Foto/Istimewa


TOKYO - Jet-jet tempur Amerika Serikat (AS) melesat ke Pasifik Barat pada hari Sabtu saat kapal induk USS Ronald Reagan yang bertenaga nuklir bergabung dengan kapal perusak Jepang dan sebuah kapal perang Kanada. Ketiganya akan melakukan latihan kesiapan tempur terbesar yang pernah digelar di dan di sekitar Jepang.

Jepang dan AS telah memobilisasi 57 ribu pelaut, marinir, dan penerbang untuk latihan Keen Sword dua tahunan. Jumlah ini lebih banyak 11 ribu dari pada tahun 2016. Latihan ini akan melakukan simulasi pertempuran udara, pendaratan amfibi, dan latihan pertahanan rudal balistik. Kontingen Jepang yang terdiri atas 47 ribu personel mewakili seperlima pasukan bersenjata nasional.

“Kami di sini untuk menstabilkan, dan mempertahankan kemampuan kami jika diperlukan. Latihan seperti Keen Sword adalah persis hal yang perlu kita lakukan,” ujar Laksamana Muda Karl Thomas, komandan kelompok kapal induk USS Ronald Reagen seperti dikutip dari Reuters, Minggu (4/11/2018).

Delapan kapal lainnya bergabung dengan kapal induk untuk latihan perang anti kapal selam dalam unjuk kekuatan di perairan yang ditakutkan Washington dan Tokyo akan semakin berada di bawah pengaruh Beijing.

“Aliansi AS-Jepang sangat penting untuk stabilitas di wilayah ini dan Indo Pasifik yang lebih luas,” kata Laksamana Muda Hiroshi Egawa, komandan kapal Jepang di atas kapal Reagan.

Berbasis di Yokosuka dekat Tokyo, USS Ronald Reagan adalah kapal perang AS terbesar di Asia, dengan awak 5.000 pelaut dan sekitar 90 pesawat tempur F-18 Super Hornet.

Kapal pasokan angkatan laut Kanada juga ambil bagian dalam latihan bersama Keen Sword dengan kapal fregat yang berlayar dengan USS Ronald Reagan pada hari Sabtu.

Atase pertahanan Kanada di Jepang, Kapten Hugues Canuel mengatakan, partisipasi Kanada dalam latihan bilateral yang dimulai pada tahun 1986 ini merubahnya menjadi latihan multilateral. Partisipasi dalam Keen Sword, tambahnya, mencerminkan keinginan Kanada untuk memiliki kehadiran militer di Asia.

Kanada bukan satu-satunya negara barat yang ingin mengambil peran keamanan yang lebih besar di kawasan ini. Inggris dan Prancis juga mengirim lebih banyak kapal karena kehadiran militer China di Laut Cina Selatan tumbuh dan meluasnya pengaruh Beijing atas Indo Pasifik serta rute perdagangan utama.

Pengamat asal Inggris, Prancis, Australia dan Korea Selatan (Korsel) juga akan memantau latihan Keen Sword, yang dimulai hari Senin dan berakhir pada hari Kamis.






Credit  sindonews.com




Sengketa Pulau, AS-Jepang Berencana Beri Tanggapan Militer ke China


Sengketa Pulau, AS-Jepang Berencana Beri Tanggapan Militer ke China
Pulau Senkaku atau Diaoyu di Laut China Timur. Foto/Istimewa

TOKYO - Amerika Serikat (AS) dan Jepang berencana untuk menyusun operasi sebagai tanggapan bersama pasukan bersenjata mereka terhadap potensi ancaman China ke Kepulauan Senkaku yang disengketakan. Kepulauan Senkaku di kenal sebagai Diaoyu di China. The Japan Times melaporkan mengutip sumber-sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya.

Kedua negara dilaporkan terlibat diskusi untuk menanggapi situasi di kepulauan yang berada di Laut China Timur  yang diklaim Jepang dan China dalam skenario darurat. Menurut orang dalam, Tokyo dan Washington berusaha untuk menyelesaikan hal itu pada Maret mendatang.

The Japan Times, seperti disitir Sputnik Minggu (4/11/2018), melaporkan bahwa dengan menyusun rencana untuk menangani potensi konflik bersenjata dengan Cina, Tokyo berharap bahwa Washington akan menentukan posisinya pada masalah kedaulatan.

Washington selama ini belum mengambil posisi atas kedaulatan pulau-pulau yang diperebutkan. Namun tahun lalu, Presiden Donald Trump mengatakan kepada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bahwa AS berkomitmen untuk membela Tokyo berdasarkan Pasal 5 dari perjanjian keamanan kedua negara, menambahkan bahwa itu juga termasuk Kepulauan Senkaku.

Sumber-sumber itu mengatakan kepada media bahwa rencana tersebut menyarankan untuk menempatkan Pasukan Bela Diri Jepang dalam keadaan darurat seiring pendaratan nelayan bersenjata China di pulau itu - setelah polisi tidak mampu memberikan tanggapan yang memadai.

Pembicaraan antara kedua negara telah berlangsung dalam kerangka pedoman pertahanan AS-Jepang 2015, yang dikenal sebagai Bilateral Planning Mechanism (BPM).

Di bawah BPM, Pasukan Bela Diri dan militer AS akan melakukan operasi bilateral untuk melawan serangan darat terhadap Jepang dengan kekuatan darat, udara, maritim, atau amfibi.

Seiring perkembangannya, kedua negara ini mengadakan latihan perang bersama untuk meningkatkan kesiapan tempur dan interoperabilitas militer AS dan Jepang.

Tokyo dan Washington dilaporkan telah memobilisasi sekitar 57.000 pelaut, marinir dan penerbang untuk latihan Keen Sword, bergabung dengan kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan untuk memimpin kapal perusak Jepang dan kapal perang Kanada dalam latihan tersebut.

Jepang dan China sama-sama mengklaim Kepulauan Senkaku yang tidak berpenghuni, yang disebut Kepulauan Diaoyu di Cina, di Laut Cina Timur. Sementara Beijing mengatakan bahwa kepulauan telah menjadi bagian dari wilayahnya sejak jaman dahulu, Tokyo berpendapat bahwa pulau-pulau itu telah di bawah kendalinya sejak 1895. 



Credit  sindonews.com





Jumat, 26 Oktober 2018

Cina Ajak Jepang Lindungi Pasar Bebas


Perdana Menteri Cina Li Keqiang menyampaikan pidato dalam peluncuran peringatan 15 tahun hubungan kemitraan strategis ASEAN-Cina di kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta, Senin (7/5).
Perdana Menteri Cina Li Keqiang menyampaikan pidato dalam peluncuran peringatan 15 tahun hubungan kemitraan strategis ASEAN-Cina di kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta, Senin (7/5).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
PM Cina dan PM Jepang bertemu membahas perang dagang.



CB, BEIJING -- Perdana Menteri Cina Li Keqiang mengatakan Cina dan Jepang harus melindungi pasar bebas dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi global. Hal itu Li ungkapkan dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang mengunjungi Beijing untuk membahas perang dagang antara Cina dengan Amerika Serikat (AS).

"Kami berharap kedua belah pihak bekerja keras mempromosikan kedamaian kawasan, melindungi multilateralisme dan pasar bebas, dan menjadi poros stabilitas dan momentum ini tidak hanya milik Asia tapi juga seluruh dunia," kata Li dalam pidatonya Aula Besar Rakyat di Beijing, Jumat (26/10).

Kedatangan Abe selama tiga hari di Cina untuk melebarkan cakupan kerja sama antara dua perekonomian terbesar di Asia. Kunjungan itu juga untuk mendorong kepercayaan antarkedua belah pihak yang sangat rapuh setelah kedua negara memperbaiki hubungan mereka pada 1972.

Abe tiba beberapa jam lebih awal dalam pertemuan bilateral pertamanya dengan Cina sejak tujuh tahun yang lalu. Abe mengatakan dua negara memainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi tidak hanya di Asia juga dunia.

Pada beberapa tahun terakhir Cina telah melampaui Jepang sebagai perekonomian terbesar di Asia. Mereka juga mengancam dominasi AS sebagai perekonomian terbesar di dunia. Membuat Negeri Paman Sam tersebut berusaha menggoyang perekonomian mereka dan memicu perang dagang. Sementara, Jepang juga memiliki permasalahan di sektor perdagangan dengan AS.

Walaupun Jepang cukup khawatir dengan semakin kuatnya kekuatan Angkatan Laut Cina, tapi Jepang juga ingin mempererat kerja sama ekonomi dengan Negeri Tirai Bambu tersebut. Di satu sisi mereka juga harus menjalin hubungan tersebut tanpa mengganggu hubungan mereka dengan AS.

Hubungan Abe dengan Cina tidak selalu mulus, ia pernah berkonflik dengan para pemimpin Cina pada 2012 ketika Jepang-Cina memperebutkan pulau-pulau di Laut Timur Cina. Ia sudah berkali-kali bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping pertama kali mereka bertemu pada tahun 2014 lalu.

Tapi pertemuannya dengan Xi kali ini akan menjadi pertemuan pertama hubungan Cina-Jepang sejak 2011. Kedua negara yang bertetangga tersebut akan menandatangani 50 MoU baru. Perjanjian tersebut mencakup sektor energi, kesehatan, finansial, sampai otomotif.

"Kami ingin mendorong kerja sama dengan negara ketiga dalam bagian Belt and Road initiative dan meningkatkan kerja sama bilateral ke tahap yang lebih tinggi lagi," kata Li.




Credit  republika.co.id




Tiga Tahun Disandera Militan Suriah, Jurnalis Jepang Pulang


Tiga Tahun Disandera Militan Suriah, Jurnalis Jepang Pulang
Seorang jurnalis lepas asal Jepang, Jumpei Yasuda, akhirnya kembali ke rumahnya pada Kamis (25/10), setelah tiga tahun disandera militan Suriah. (Hatay Governorship/Turkish Police/Handout via Reuters)

Jakarta, CB -- Seorang jurnalis lepas asal Jepang Jumpei Yasuda, akhirnya kembali ke rumahnya pada Kamis (25/10), setelah tiga tahun disandera militan Suriah.

"Saya senang bisa kembali ke Jepang. Pada saat yang sama, saya tidak tahu apa yang akan terjadi dari sini atau apa yang harus saya lakukan," katanya ketika menyeberang dari Suriah ke Ankara, sebelum ke Jepang.

Ini bukan kali pertama Yasuda diculik oleh militan. Ia sudah pernah diculik oleh militan di Irak pada 2004 lalu.


Ketertarikannya untuk meliput ke wilayah konflik sudah terlihat sejak 2002, ketika Yasuda pergi ke Irak untuk meliput masalah lingkungan, dan ketahanan pangan untuk surat kabar Shinano Mainichi.


Saat itu, ia frustrasi karena surat kabarnya tidak setuju untuk melakukan tugas itu, sehingga dia berhenti pada 2003.

Dalam buku karyanya pada 2003, Yasuda menjelaskan bahwa ia pergi melakukan peliputan karena ingin menunjukkan penderitaan akibat perang.

"Saya tidak dapat melihat wajah orang-orang yang tinggal di negara yang disebut sebagai wilayah 'kejahatan' dari informasi yang diberikan oleh media Jepang, mereka hanya melaporkan hal-hal diplomatik dan inspeksi oleh PBB," tulisnya.


Yasuda kembali ke Irak pada 2007 untuk bekerja sebagai juru masak di kamp pelatihan tentara Irak. Tiga tahun kemudian, ia menerbitkan sebuah buku tentang pekerja di zona perang.

Perjalanan terakhirnya ke Irak terjadi pada 2015, saat itu tidak ada informasi mengenai keberadaannya. Kebanyakan warga Jepang yang disandera di sana telah dibunuh.

Sebut saja jurnalis Jepang, Kenji Goto, dan seorang temannya, Haruna Yukawa. Mereka dibunuh dengan cara dipenggal oleh militan di Irak.


Namun, kebanyakan wartawan di Jepang tak mengkhawatirkan nasib Yasuda karena menurut mereka, pria itu tangguh.

"Yasuda itu tangguh dan memiliki kekuatan mental yang hebat. Aku tidak khawatir dia akan terluka," kata seorang jurnalis lepas, Kosuke Tsuneoka.

Ketika Yasuda terbang kembali ke Jepang, beberapa pengguna media sosial pun melontarkan kritikan karena menganggap pemerintah menghamburkan uang negara demi membayar tebusan jurnalis tersebut.


"Setelah dia kembali, saya ingin dia mengadakan konferensi pers untuk meminta maaf dan bekerja untuk membayar kembali uang tebusan. Saya tidak perlu mendengar pendapatnya," tulis pengguna akun Twitter, Kawako.

"Apakah benar-benar perlu untuk menyelamatkannya lagi? Membayar sejumlah uang yang besar untuk tebusan?" tulis pengguna akun Twiter @Massa.Kongo.

Meski pemerintah membantah membayar tebusan, tapi gelombang kritik ini membuat wartawan Jepang khawatir mereka tidak dapat dengan leluasa meliput ke daerah konflik.

"Saya khawatir atmosfer mereka menjadi seperti ini, sehingga orang tidak boleh pergi karena berbahaya dan kecenderungannya menuju pengendalian diri," tulis Yoshihiro Kando, mantan wartawan surat kabar Asahi.





Credit  cnnindonesia.com