Kamis, 03 Januari 2019

Jutaan Perempuan India Demo di Jalan Sepanjang 620 Km


Jutaan Perempuan India Demo di Jalan Sepanjang 620 Km
Jutaan Perempuan India Demo di Jalan Sepanjang 620 Km

NEW DELHI - Perjuangan kesetaraan gender yang dilakukan jutaan perempuan India agar bisa beribadah di Kuil Sabarimala, Negara Bagian Kerala, akhirnya membuahkan hasil.

Kemarin dua perempuan Hindu berusia 42 dan 44 tahun mencatat sejarah baru. Mereka menjadi perempuan pertama yang diperbolehkan memasuki kuil berusia lebih dari 800 tahun tersebut.

Sebelumnya, sesuai ketetapan undang-undang India, perempuan berusia 10-50 tahun dilarang memasuki kuil suci itu. Aturan ini dinilai sangat diskriminatif.

Sebagai bentuk penolakan, awal pekan ini sekitar 5 juta perempuan India turun ke jalan. Mereka membentuk “barisan perempuan” sepanjang 620 kilometer dari ujung Kasaragod hingga Thiruvanthapuram. Di beberapa kota lain juga digelar protes serupa.

Pemerintah lokal menyatakan lebih dari lima juta perempuan telah turut serta dalam protes selama 15 menit tersebut. “Di sana banyak sekali perempuan. Jika mereka merebahkan tangan, jarak barisan itu akan jauh lebih panjang, mungkin akan sampai hingga Laut Arab,” kata Subhashini Ali dari Partai Komunis India.

Ali, yang juga wakil presiden All India Democratic Women’s Association mengatakan, kaum perempuan turun ke jalan untuk memperjuangkan hak mereka yang terdiskriminasi. “Ada banyak sekali bentuk diskriminasi yang dilakukan atas nama tradisi.

Ini merupakan hal yang penting bagi demokrasi,” ujarnya. Mahkamah Agung (MA) India sebenarnya mencabut larangan tersebut dari undang-undang (UU) pada September 2018. Hakim MA menyatakan kebijakan itu tidak sesuai aturan kesetaraan gender karena bersifat diskriminatif.

“Setiap perempuan memiliki hak untuk beribadah di tempat yang mereka inginkan,” demikian putusan hakim. Namun, putusan ini tak juga bisa dijalankan di lapangan. Selama berbulan-bulan area sekitar Kuil Sabarimala menjadi tempat bentrok antara kaum perempuan Hindu konservatif dan perempuan Hindu tradisional.

Kepolisian India menerjunkan 1.300 personel untuk memastikan keamanan terkendali, tapi upaya itu gagal. Kuil tua itu diyakini merupakan rumah spiritual Dewa Ayyappa. Umat Hindu yang mendukung larangan perempuan balig ke Kuil Sabarimala sebelumnya berdalih Ayyappa merupakan bujang.

Dengan keyakinan itu, mengizinkan perempuan memasuki kuil merupakan tindakan tidak terhormat terhadap Ayyappa. Putusan MA yang mengizinkan perempuan memasuki Kuil Sabarimala merupakan puncak dari perdebatan selama beberapa dekade. Larangan itu pertama kali didiskusikan di hadapan Pengadilan Tinggi Kerala pada Agustus 1991.

Pengadilan Tinggi memutuskan hanya pemimpin Hindu yang dapat memutuskan boleh tidaknya perempuan masuk Kuil Sabarimala. Untuk mendukung revisi perubahan aturan UU, awal pekan ini, jutaan pengunjuk rasa perempuan turun untuk mendukung kesetaraan gender.

Perdana Menteri (PM) Narendra Modi berada di barisan mendukung peraturan lama yang sudah ditetapkan pendahulu. Dalam wawancaranya dengan AN, Modi mengatakan juga ada larangan bagi laki-laki memasuki kuil tertentu.

Partai Janata Bharatiya (BJP), wadah politik Modi, juga menentang keras keputusan perubahan peraturan itu. Pemimpin BJP Amit Shah mengatakan, perdebatan terkait Kuil Sabarimala terjadi antara orang berkeyakinan Hindu dan kelompok pemerintah lokal di Kerala.

Demonstrasi “barisan perempuan” juga dibentuk koalisi pemerintah sayap kiri. Pemerintah Kerala menegaskan bahwa diskriminasi sudah semestinya diakhiri. “Ini merupakan cara kami menyam paikan perempuan memiliki kekuatan, berdaya, dan dapat saling membantu satu sama lain,” kata seorang pendemo, Kavita Das, dilansir BBC.com.

Namun, BJP menyatakan pembebasan perempuan ke Kuil Sabarimala merupakan penodaan terhadap nilai-nilai Hindu. Para pengamat menilai isu ini merupakan alat untuk memetakan dukungan sebelum pemilihan umum. 

BJP dituduh memanfaatkan perpecahan agama agar mendapat dukungan penuh dari umat Hindu. Penganut Hindu menganggap perempuan haid itu tidak suci dan mereka dilarang menunaikan berbagai ritual keagamaan. Mayoritas kuil di India pun mengizinkan perempuan beribadah selama mereka tidak sedang menjalani menstruasi.

Namun, di Kuil Sabarimala perempuan tidak diizinkan secara penuh baik sedang haid atau tidak. Isu ini juga menyebar ke berbagai wilayah di India. Seperti dilakukan lebih dari 1.000 perempuan di Mumbai yang ikut membentuk “rantai perempuan” untuk mengungkapkan solidaritas dengan kaum perempuan di Kerala.

Mereka berdiri berbaris dari bahu ke bahu di sepanjang jalan raya dari Dadar Chow patty hingga Taman Shivaj. Salah satu pendemo, Sonya Gill, mengatakan, para peserta berasal dari berbagai latar belakang dan kota.

“Kami berkumpul di sini untuk mengungkapkan solidaritas terkait kesetaraan gender dan apa yang saudari kami lakukan di Kerala. Kami tidak mengikuti nilai leluhur atau tradisi jika perempuan didiskriminasi,” katanya.

Kemarin dua perempuan yang diizinkan masuk ke Kuil Sabarimala harus melewati perjalanan panjang, termasuk trek menanjak. Mereka tiba sekitar pukul 15.45 waktu lokal dan mendapat pengawalan ketat dari petugas kepolisian yang mengenakan kaus. Usai bersembahyang, kuil itu lalu ditutup sejam untuk disucikan.



Credit  sindonews.com