Kamis, 22 November 2018

Trump Perang Mulut dengan Ketua Mahkamah Agung soal Imigran


Trump Perang Mulut dengan Ketua Mahkamah Agung soal Imigran
Presiden Donald Trump terlibat perang mulut dengan Ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat, John Roberts, karena masalah imigran. (Reuters/Carlo Allegri)


Jakarta, CB -- Presiden Donald Trump terlibat perang mulut dengan Ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat, John Roberts, karena masalah imigran.

Ketegangan ini bermula ketika seorang hakim AS yang dilantik pada masa mantan Presiden Barack Obama, Jon Tigar, menangguhkan perintah Trump untuk melarang pemberian suaka bagi imigran ilegal dari Meksiko.

Menanggapi keputusan tersebut, Trump berkata, "Ini adalah hakim Obama. Saya pastikan, hal seperti ini tak akan terjadi lagi."


Membalas Trump, Roberts lantas menyebar pernyataan tertulis yang dirilis oleh Mahkamah Agung AS ke media nasional.


"Tidak ada hakim Obama atau hakim Trump, hakim Bush atau hakim Clinton," tulis ketua Mahkamah Agung yang ditunjuk oleh mantan presiden dari Partai Republik, George W Bush, tersebut sebagaimana dikutip Reuters.

"Kita hanya punya sekelompok hakim hebat yang berdedikasi dan melakukan yang terbaik untuk menghadirkan keadilan yang imbang bagi semua orang. Sistem kehakiman independen itu adalah sesuatu yang harus kita syukuri."



Tak lama setelah Mahkamah Agung merilis pernyataan tersebut, Trump kembali menyerang Roberts melalui kicauan di akun Twitter pribadinya.

"Maaf, Ketua Mahkamah Agung John Roberts, tapi Anda jelas punya 'hakim Obama,' dan mereka punya pandangan yang sangat berbeda dengan orang yang bertanggung jawab atas keamanan negara kita," kicau Trump.

Sejumlah pengamat menganggap perang pernyataan ini sebagai sesuatu yang tak lazim, apalagi hingga Mahkamah Agung merilis pernyataan.

Menurut seorang profesor hukum dari George Mason University, Ilya Somin, Roberts mungkin ingin "mengirimkan sinyal bahwa Trump sudah melewati batas sikap politik yang bertanggung jawab."

"Sejak lama, Ketua Mahkamah Agung itu tidak merespons. Saya kira pada satu titik, Roberts memutuskan bahwa ini semua sudah cukup dan dia harus menyatakan sesuatu," katanya.




Credit  cnnindonesia.com