Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Sebastian Scheiner/Pool)
Berdasarkan keterangan dari pemerintah Israel, Netanyahu menemui Sultan Qaboos ditemani dengan kepala badan intelijen Israel, Mossad.
Lawatan itu memicu kekhawatiran Palestina terkait normalisasi relasi negara Arab dan Israel.
Pada Rabu (31/10) kemarin, Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi, terbang ke Ramallah, Tepi Barat, untuk menyampaikan surat Sultan Qaboos bagi Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Surat itu ditengarai berkaitan lawatan mendadak Netanyahu ke Oman. Namun, hingga kini isi surat tersebut belum terungkap.
Dikutip AFP, Kamis (1/11) selain pertemuan Netanyahu dan Sultan Qaboos, Menteri Transportasi Israel juga akan mempromosikan proyek kereta api yang akan menghubungkan kota Haifa dan negara-negara Teluk di Oman pada pekan depan.
Dalam kesepatan berbeda, Menlu Alawi juga mengatakan kemungkinan saat ini adalah waktu bagi Israel untuk diperlakukan (seperti negara Timur Tengah lainnya), dan juga menanggung kewajiban yang sama.
Hal itu diutarakan Alawi dalam konferensi pertahanan regional di Manama, Bahrain. Pernyataan Alawi dianggap sejumlah pengamat bertujuan 'mengubah narasi Israel-Palestina dari keterpaksaan masa lalu ke fokus baru pragmatisme.'
Tak hanya itu, Menteri Olahraga dan Budaya Israel Miri Regev juga tengah mengunjungi Uni Emirat Arab, sementara Menteri Komunikasi Israel sempat berpidato di sebuah acara di Dubai. Lagu kebangsaan Israel juga diputar dalam salah satu kompetisi judo di Abu Dhabi.
Analis menganggap Israel memang telah lama berupaya mendekati negara Teluk. Meluasnya pengaruh Iran yang merupakan musuh bersama Israel dan negara Arab menjadikan relasi kedua belah pihak meningkat ke level baru terlepas dari perbedaan pendapat antara mereka terkait isu Palestina.
Negara Teluk telah lama menjaga jarak dengan Israel terkait konflik dengan Palestina. Sejauh ini, Israel hanya memiliki hubungan diplomatik penuh dengan dua negara Arab yakni Mesir dan Yordania.
Sementara itu, Qatar memiliki relasi informal dengan Israel dan Iran. Israel juga telah lama membuka kantor perwakilan perdagangannya di Doha.
Meski begitu, negara Arab tersebut tetap berkomunikasi bahkan melakukan kerja sama secara rahasia dengan Israel selama puluhan tahun setidaknya sejak 1980-an.
"Keselarasan kebijakan dan kepentingan (antara negara Teluk dan Israel) membawa kedua belah pihak menjadi lebih dekat lagi, jika mereka belum benar-benar bersama," ucap Elizabeth Dickinson, analis senior dari International Crisis Group.
"Menekan Iran dan membendung pengaruhnya di kawasan adalah prioritas utama Israel dan beberapa negara Teluk. Riyadh, Abu Dhabi, dan secara terpisah Tel Aviv, mereka semua merasa sangat penting untuk memaksimalkan kesempatan baru ini."
Credit cnnindonesia.com