Direktur Pusat Studi Asia Tenggara Center for
Strategic and International Studies (CSIS) Washington DC, Brian Harding,
menganggap AS lebih fokus pada kawasan Asia Timur. (CNN Indonesia/Riva
Dessthania Suastha)
Jakarta, CB -- Negara Asia Tenggara,
termasuk Indonesia secara khusus, dianggap tidak begitu menjadi
prioritas kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah pemerintahan
Donald Trump saat ini.
Hal ini diakui oleh Direktur Pusat Studi
Asia Tenggara Center for Strategic and International Studies (CSIS)
Washington DC, Brian Harding.
"Hubungan Indonesia dan AS tidak ke
mana-mana bahkan tidak mendekati potensi yang seharusnya di bawah
pemerintahan Trump karena secara lebih luas Asia Tenggara bahkan bukan
menjadi prioritas Trump saat ini," ujar Harding dalam diskusi di
Jakarta, Kamis (2/8).
Menurut Harding, di bawah komando Trump, AS memusatkan
perhatiannya pada kawasan Asia Timur, terutama karena persaingan dengan
China dan isu nuklir Korea Utara.
Harding mengatakan sejak hari pertama Trump menjabat di Gedung Putih,
presiden ke-45 itu telah memfokuskan kebijakan untuk membendung
kebangkitan China yang dianggap ancaman utama AS tak hanya dalam masalah
ekonomi, tapi juga politik dan keamanan.
Selain itu, isu nuklir
Korea Utara juga menjadi salah satu fokus politik luar negeri AS selama
setidaknya sembilan bulan terakhir.
"Karena itu untuk saat ini
Asia Tenggara termasuk Indonesia bukan jadi prioritas. Meski begitu,
pejabat di Washington tetap melihat ASEAN dan Indonesia sebagai mitra
penting AS. Tapi sayangnya perhatian itu belum diimplementasikan dalam
kebijakan politik luar negeri yang konkret," ujar Harding.
Kekurangan
prioritas AS terhadap Indonesia, kata Harding, terlihat dari ketiadaan
rencana Trump untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Jakarta.
Harding mengatakan bahwa lawatan seorang presiden AS ke suatu tempat
mencerminkan bahwa negara itu masuk dalam prioritas kebijakan luar
negeri Washington.
"Menurut saya lawatan Jokowi ke Washington
atau Trump ke Jakarta ini penting untuk menunjukkan sinyal bahwa RI-AS
berkomitmen memperkuat kerja sama bilateral. Kedua pemimpin diharapkan
bisa merealisasikan rencana ini untuk memberi sinyal bahwa hubungan
kedua negara signifikan," kata mantan pejabat di Kementerian Pertahanan
AS itu.
Walau tak sepenuhnya menjadi prioritas, AS masih
menganggap Indonesia salah satu mitra terpenting di kawasan. Ini
terlihat dari Trump sudah beberapa kali meminta sejumlah tangan kanannya
melawat ke Jakarta.
Pada Januari lalu, Menteri Pertahanan James
Mattis berkunjung ke Indonesia. Tak berselang lama, Wakil Presiden Mike
Pence juga melakukan lawatan ke Jakarta.
Akhir pekan ini, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo juga direncanakan
berkunjung ke Indonesia setelah menghadiri serangkaian pertemuan menteri
negara ASEAN dan negara mitra di Singapura.
Harding menilai
rencana kunjungan mantan Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) itu ke
Jakarta menegaskan pendekatan AS di kawasan.
"Saya pikir isu
panas saat ini antara AS-RI adalah mengenai isu perdagangan, ini
kemungkinan dibahas Pompeo saat berkunjung ke Jakarta nanti. Namun, saya
juga berharap akan ada pengumuman dari Pompeo terkait rencana lawatan
presiden Trump ke Jakarta atau Presiden Jokowi ke Washington," tutur
Harding.
"Saya berasumsi bahwa seluruh pemimpin negara di Asia
Tenggara tengah merencanakan lawatan ke Gedung Putih. Namun, saya belum
melihat ini pada Presiden Jokowi."
Credit
cnnindonesia.com