Senin, 12 Maret 2018

Putin: Bisa Jadi Yahudi Dalang Intervensi Pemilu AS


Putin: Bisa Jadi Yahudi Dalang Intervensi Pemilu AS
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto/Istimewa


MOSKOW - Presiden Vladimir Putin menyebut orang Yahudi dan minoritas lainnya di Rusia berada di belakang campur tangan pemilu presiden Amerika Serikat (AS). Rusia selama ini kerap disebut-sebut ikut campur dalam pemilu presiden AS yang dimenangkan oleh Donald Trump.

"Mungkin mereka bahkan bukan orang Rusia. Mungkin mereka orang Ukraina, Tatar, Yahudi, hanya dengan kewarganegaraan Rusia. Bahkan itu perlu diperiksa," kata Putin kepada NBC seperti dikutip dari Independent, Minggu (11/3/2018).

CIA menyimpulkan bahwa Moskow mencampuri pemilihan presiden pada 2016 dengan membocorkan komunikasi Partai Demokrat yang dibajak dan membanjiri media sosial dengan informasi yang keliru.

Bulan lalu, FBI mendakwa 13 orang Rusia dan tiga perusahaan atas perannya apa yang diklaim sebagai aksi perang siber yang berbasis di kota Rusia St. Petersburg.

Tapi Putin mengatakan bahwa ia "tidak peduli" jika mereka orang Rusia.

"Memang kenapa kalau mereka orang Rusia? Ada 146 juta orang Rusia. Terus?" katanya.

"Mereka tidak mewakili kepentingan negara Rusia. Mungkin mereka memiliki kewarganegaraan ganda. Atau mungkin Green Card. Mungkin orang Amerika yang membayar mereka untuk pekerjaan ini. Bagaimana Anda tahu? Saya tidak tahu," imbuhnya.

Putin mengatakan bahwa bahkan jika penyelidikan FBI menemukan bahwa warga negara Rusia dan perusahaan-perusahaan tersebut bersalah karena ikut campur dalam pemilihan di AS, hal itu mungkin tidak berarti sebuah kejahatan di Rusia.

"Kami di Rusia tidak dapat mengadili siapapun selama mereka tidak melanggar hukum Rusia. Beri kami permintaan resmi. Dan kita akan melihatnya," katanya.

Presiden AS Donald Trump sendiri telah menolak klaim bahwa kampanyenya berkolusi dengan Moskow, dan menambahkan bahwa jika hal itu tidak menimbulkan kejahatan.





Credit  sindonews.com




Tentara Israel Bersiap Hadapi Perang di Enam Front


Tentara Israel Bersiap Hadapi Perang di Enam Front
Tentara Israel disebut tengah bersiap beperang di enam front berbeda. Foto/Istimewa


TEL AVIV - Tentara Israel dinyatakan sedang mempersiapkan diri berperang di lima front berbeda, di samping dengan Iran. Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat senior militer negara Zionis itu.

"Iran memicu banyak kegiatan teroris di Timur Tengah", ujar Wakil Kepala Staf tentara Israel, Aviv Kochavi, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Sabtu (10/3/2018).

Kochavi menambahkan bahwa tentara Israel terus bertambah dan bersiap menghadapi konfrontasi militer di masa depan.

Berbicara pada upacara wisuda perwira angkatan laut, Kochavi mengatakan tentara Israel mengantisipasi perang di lima front. Meski begitu, ia tidak menyebutkan lima front yang dimaksud.

Sementara itu, Panglima Angkatan Laut Israel, Jenderal Eli Sharvit mengatakan, angkatan laut memiliki kemampuan untuk bekerja dalam kerahasiaan mutlak, di atas dan di bawah air yang memungkinkannya untuk memperluas cakupan operasi dengan cepat.

Tentara Israel baru-baru ini mengintensifkan pelatihan militer di perbatasan utara dengan Lebanon dan Suriah. Mereka juga melakukan hap serupa di perbatasan selatan dengan Jalur Gaza yang diduduki.

Israel juga mengadakan latihan militer gabungan dengan tentara Amerika Serikat (AS) pada wilayahnyanya minggu ini. Sekitar 2.500 tentara AS dan 2.000 orang Israel ikut serta dalam latihan tersebut, yang akan berlangsung selama satu minggu, kantor berita Sama mengatakan.





Credit  sindonews.com






Jumat, 09 Maret 2018

NATO Gelar Latihan Artileri Terbesar sejak Perang Dingin




BERLIN - Pasukan militer dari 26 negara NATO termasuk Amerika Serikat (AS) menjalani latihan artileri terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin. Latihan yang melibatkan sekitar 3.700 pasukan ini dipusatkan di Grafenwoehr, Jerman.

Latihan perang dengan nama “Dynamic Front 18” merupakan latihan gabungan tahunan untuk meningkatkan kemampuan NATO dalam bertindak bersama jika diserang musuh.

Dalam doktrin Pakta Pertahanan Atlantik (NATO), semua anggota berkewajiban untuk membantu sekutu manapun jika diserang musuh.

Tahun ini, jumlah pasukan yang dikerahkan dalam latihan hampir tiga kali lipat dari jumlah pasukan pada tahun lalu. Data ini dilansir surat kabar Stars and Stripes.

”Saya pikir semua orang menyadari pentingnya kesiapan, dan ini adalah latihan membangun kesiapan yang bagus,” kata wakil komandan pasukan AS-Eropa, Jenderal Timothy McGuire.

”Juga, unit menyadari seberapa banyak yang dapat kita lakukan di area pelatihan ini dan jenis pengalaman berkualitas yang Anda dapatkan saat bekerja sama di sini,” ujar McGuire, yang dilansir Jumat (9/3/2018).

Latihan artileri terbesar NATO ini dimulai sejak 23 Februari dan berakhir pada hari Sabtu (10/3/2018). Fokus latihan ini membekali tentara NATO dengan pengalaman artileri praktis dan komunikasi digital jika terjadi pertempuran nyata.

Angkatan Darat AS dalam sebuah pernyataan mengatakan, untuk pertama kalinya semua militer anggota NATO menggunakan perangkat lunak komunikasi digital dalam latihan kali ini. Perangkat yang dikenal dengan nama Artillery Systems Cooperation Activities (ASCA) itu saat ini digunakan oleh militer Prancis, Jerman, Italia, Turki dan AS.

”Sampai akhir 1990-an, tentara menyerukan tembakan artileri dengan radio, dan dibutuhkan waktu 10 sampai 15 menit untuk mendapatkan dukungan,” kata Antonio Aguto, yang memimpin Komando Pelatihan Angkatan Darat ke-7 AS. ”Sekarang kami  melakukannya secara digital, dan ini menghemat banyak waktu.”

Manuver militer AS dan postur aliansi NATO-nya telah bergeser sejak 2014, ketika aneksasi Rusia terhadap Crimea dari Ukraina mengejutkan negara-negara Eropa.

Negara-negara NATO di Eropa Timur, terutama bekas Republik Soviet seperti negara-negara Baltik merasa paling terancam dengan militer Rusia. NATO sudah berkali-kali menegaskan siap untuk membela negara-negara Baltik jika diserang Moskow.




Credit  sindonews.com







Pentagon Kecewa Putin Pamer Rudal Nuklir Tak Bisa Dicegat


WASHINGTON - Pejabat tinggi Pentagon menyatakan kekecewaannya atas pengumuman Presiden Rusia Vladimir Putin tentang rudal nuklir hipersonik baru Rusia yang diklaim tak bisa dicegat oleh sistem pertahanan udara manapun di dunia. Sikap pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS) itu disampaikan di hadapan anggota parlemen.

”Saya pikir pernyataan yang dibuat oleh Presiden Rusia (Vladimir) Putin yang tidak mengherankan adalah mengecewakan,” kata Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Kebijakan, John Rood.

“Meskipun kami telah menyadari perkembangan kemampuan Rusia dan mengamati sehubungan dengan beberapa perkembangan yang telah terjadi dalam kaitannya dengan program doktrin dan latihan Rusia, namun tetap mengecewakan untuk melihat bahwa presiden Federasi Rusia memilih fitur ini dengan cara yang dia lakukan,” ujarnya dalam sebuah diskusi tentang Pasukan Strategis AS dan Permintaan Anggaran Tahun 2019 dengan parlemen, kemarin.

Rood kecewa karena pengumuman dari Putin tentang kemampuan rudal nuklir terbaru Rusia terkesan akan digunakan untuk mengintimidasi AS dan sekutu-sekutunya.

Komandan Komando Strategis AS, Jenderal John Hyten, berpendapat serupa. ”Pernyataan Putin tidak mengejutkan dan hanya memperkuat komitmen Rusia untuk mengembangkan senjata yang dirancang untuk mengintimidasi dan memaksa AS berserta sekutu-sekutunya,” kata Hayten.

Pekan lalu Presiden Putin mengumumkan bahwa Rusia telah mengembangkan enam sistem senjata nuklir strategis baru, termasuk rudal jelajah antarbenua berekekuatan nuklir, sebuah kendaraan antarbenua dan kendaraan luncur hipersonik yang dapat bermanuver.

Putin menekankan bahwa Rusia berulang kali menawarkan kompromi ketika NATO mengerahkan pasukannya di dekat perbatasan Rusia dan tindakan AS yang menyebarkan sistem anti-rudal balistik. Namun, suara Moskow tak pernah didengar.

”Kemampuan tersebut jelas sudah dalam pembangunan untuk beberapa lama. Presiden Putin berbicara tentang kedewasaannya. Kemampuan (senjata-senjata) itu jelas bukan dikembangkan dalam beberapa bulan terakhir atau tahun lalu,” imbuh Rood, seperti dikutip Russia Today, semalam (8/3/2018). 





Credit  sindonews.com






Kalashnikov Rusia Bikin Tank Robot Pembunuh, Ini Wujudnya



Kalashnikov Rusia Bikin Tank Robot Pembunuh, Ini Wujudnya
Soratnik Kalashnikov, tank robot pembunuh buatan Kalashnikov Rusia. Foto/CEN/YouTube


MOSKOW - Kalashnikov, perusahaan Rusia yang terkenal sebagai produsen senapan “sejuta umat” AK-47, meluncurkan desain tank robot pembunuh.

Tank robot ini akan menambah koleksi senjata mengerikan militer Presiden Vladimir Putin.

Dalam rekaman video yang dirilis Kalashnikov, tank robot mendemonstrasikan kekuatannya dengan menghancurkan sebuah bangunan. Senjata ini diklaim layak diandalkan di medan perang.

Video itu dirilis beberapa hari setelah Presiden Putin mengumumkan bahwa Rusia memiliki rudal nuklir hipersonik yang tidak dapat dicegat sistem pertahanan udara manapun di dunia.

Demonstrasi kekuatan tank robot itu berlangsung di area militer di dekat Moskow. Tank seukuran mobil mini terlihat menerobos dinding bangunan yang dihancurkannya.

Senjata baru itu diberi nama Soratnik Kalashnikov, yang berarti pendamping. Tank robot ini bisa membuang ranjau dan membentengi pasukan dengan tembakan berbahaya.

Dalam uji coba peralatan militer tersebut, Kalashnikov juga menampilkan sepeda motor baru, kereta api dan senapan ringan yang disebut Vityaz.

Produsen senapan serbu AK-47 itu telah memasarkan berbagai senjata api ke 27 negara.






Credit sindonews.com








Australia Enggan Negosiasi dengan Indonesia soal Batas Wilayah


Australia Enggan Negosiasi dengan Indonesia soal Batas Wilayah
Australia enggan negosiasi ulang dengan Indonesia soal batas wilayah maritim setelah Australia dan Timor Leste sudah sepakat soal penentuan batas wilayah. Foto/The Diplomat


CANBERRA - Pemerintah Perdana Menteri Malcom Turnbull enggan melakukan negosiasi ulang soal batas wilayah maritim dengan Indonesia. Padahal, Indonesia berharap wilayah batas laut dinegosiasikan ulang setelah Australia dan Timor Leste mencapai kesepakatan batas wilayah secara permanen.

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan negosiasi ulang batas wilayah maritim dengan pihak Jakarta tak perlu.

”Kami memiliki pemahaman yang matang tentang batas-batas dengan Indonesia yang telah melayani kedua negara dengan baik selama beberapa dekade,” katanya kepada Fairfax Media, pada hari Kamis (8/3/2018).

”Selama konsiliasi dengan Timor Leste, kami telah mempertimbangkan kepentingan Indonesia dan telah memberi penjelasan kepada Indonesia mengenai persyaratan perjanjian antara Australia dan Timor Leste,” ujar Bishop.

Sebelumnya,  Sekretaris Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri Indonesia Damos Dumoli Agusman mengatakan perjanjian batas wilayah Indonesia dan Australia bisa dibicarakan ulang. Alasannya, kesepakatan batas wilayah Australia dan Timor Leste berkonsekuensi terhadap perubahan batas wilayah dengan Indonesia.

“Perjanjian Perth tidak dapat berlaku seperti sekarang, antara lain yang mencakup wilayah yang sekarang milik TL (Timor Leste) dan objek konsiliasi,” katanya kepada Fairfax Media.

Perjanjian Perth disepakati pada tahun 1997 antara Australia dan Indonesia—meskipun belum diratifikasi—dan menetapkan sebagian besar batas maritim kedua negara di titik median yang disepakati kedua negara.

Perjanjian itu membuat hak penangkapan ikan di Indonesia meluas lebih jauh ke selatan daripada hak dalam perjanjian tahun 1972. Hak untuk menjelajahi dasar laut yang diyakini kaya minyak dan gas juga lebih meluas.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral setengah jam dengan Perdana Menteri Malcolm Turnbull pada pertemuan puncak ASEAN-Australia di Sydney pada 17-18 Maret 2018. Namun, belum jelas apakah pertemuan kedua pemimpin ini akan membahas masalah batas maritim kedua negara atau tidak.





Credit  sindonews.com






Salah Manuver, Penyebab Tabrakan Kapal Perang Perenggut 10 Pelaut AS


Salah Manuver, Penyebab Tabrakan Kapal Perang Perenggut 10 Pelaut AS
Kapal perang Amerika Serikat USS John S McCain rusak parah saat tabrakan di timur Selat Malaka, Agustus lalu. Sepuluh pelaut AS tewas dalam insiden ini. Foto/REUTERS/Ahmad Masood


SINGAPURA - Tabrakan antara kapal perang Amerika Serikat (AS) USS John S McCain dengan kapal tanker di perairan Singapura Agustus lalu disebabkan oleh kekeliruan manuver dari awak kapal AS. Demikian hasil penyelidikan yang diumumkan pihak berwenang Singapura, hari Kamis (8/3/2018).

Tabrakan pada 21 Agustus 2017 di timur Selat Malaka itu menewaskan sepuluh pelaut Washington. Kapal komersial yang bertabrakan dengan USS John S McCain (DDG-56)—kapal perang jenis perusak dengan senjata rudal yang dipandu—adalah kapal tanker berbendera Liberia.

Biro Investigasi Keselamatan Transportasi Kementerian Transportasi Singapura (TSIB) secara resmi merilis hasil penyelidikannya. ”Kapal perang Amerika tiba-tiba berbelok ke kiri di jalur (kapal tanker MC Alnic) karena serangkaian salah langkah yang terjadi setelah kontrol propulsi dipindahkan,” bunyi hasil investigasi biro tersebut.

Dalam penyelidikan juga terungkap bahwa beberapa pelaut AS yang bertugas di kapal perang USS John S McCain merupakan kru yang pernah ditugaskan dari kapal perang lain dengan sistem kontrol kemudi yang berbeda secara signifikan.

”Perbedaan ini tidak diimbangi. Ketidakmampuan dalam pelatihan dan pengenalan sebelum alokasi tugas mungkin telah berkontribusi terhadap insiden kapal USS John S McCain,” lanjut pengumuman hasil penyelidikan.

Benturan terjadi dalam waktu tiga menit yang secara tiba-tiba dilakukan oleh  kapal perang Pentagon tersebut.”Tindakan yang diambil oleh awak kapal tanker tidak cukup untuk menghindari tabrakan,” imbuh pengumuman biro tersebut, yang dikutip Channel News Asia.

Angkatan Laut AS pada November lalu juga mengumumkan hasil penyelidikan internal terkait insiden mematikan itu. Kesimpulannya sama, yakni tabrakan disebabkan oleh kesalahan navigasi yang dilakukan oleh awak kapal perang USS John S McCain.

Kecelakaan yang terjadi di perairan Singapura bulan Agustus lalu itu hanya berselang dua bulan setelah kapal perang AS USS Fitzgerald mengalami insiden serupa di dekat Tokyo, Jepang. Tabrakan yang menewaskan tujuh pelaut AS ini juga disebabkan oleh kesalahan kru kapal perang AS.

Laporan hasil investigasi otoritas berwenang Singapura setebal 35 halaman. Otoritas tersebut tidak bermaksud menyalahkan organisasi atau individu manapun atas kecelakaan mematikan itu. Namun, penyelidikan diperlukan untuk mengungkap penyebab insiden.




Credit  sindonews.com






Presiden Ceko diambil sumpah untuk periode kedua


Presiden Ceko diambil sumpah untuk periode kedua
Milos Zeman (REUTERS)



Praha (CB) - Presiden terpilih Ceko, Milos Zeman, pada Kamis sore diambil sumpahnya untuk menjalani jabatan sebagai pemimpin negara itu untuk periode kedua.

Pengambilan sumpah berlangsung di Aula Vladislav Istana Praha.

Saat menyampaikan pidato peresmiannya sebagai presiden, Zeman mengatakan ia ingin memajukan kewarganegaraan yang aktif pada masa kedua jabatannya.

Ia meminta agar elemen-elemen demokrasi langsung diperkenalkan, terutama terkait dengan pemilihan langsung wali kota dan gubernur.

Zeman juga meminta agar rakyat berpartisipasi secara aktif dalam menangani masalah-masalah masyarakat.

Dalam masa jabatan sebelumnya, Zeman dikritik atas sejumlah pernyataan kontroversial, termasuk dengan mengeluarkan kata-kata vulgar, soal pemilihan para pembantunya, upayanya untuk "menghukum" orang-orang yang mengkritiknya serta pernyataan soal apa yang disebutnya sebagai "memanfaatkan Konstitusi Republik Ceko secara kreatif.

Ia juga dihujani kritik karena dianggap memecah belah masyarakat dan beberapa kalangan memperkirakan Zeman akan menjadi lebih radikal dalam masa jabatan kedua.

Zeman terpilih sebagai Presiden Republik Ceko pada Januari 2013.

Ia merupakan presiden Ceko pertama dalam sejarah yang dipilih secara langsung.

Pada Januari 2018, Zeman mengalahkan saingannya, mantan kepala akademi ilmu pengetahuan Jiri Drahos, dalam putaran kedua pemilihan presiden sehingga ia dapat tetap memegang jabatan sebagai pemimpin negara itu.



Credit  antaranews.com






Israel dan AS gelar pelatihan militer bersama di Israel


Israel dan AS gelar pelatihan militer bersama di Israel
Tentara Israel berlari saat bentrok dengan warga Palestina dalam protes terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, di kote Bethlehem Tepi Barat, Rabu (20/12/2017). (REUTERS/Mussa Qawasma)



Jerusalem (CB) - Para pejabat militer Amerika Serikat dan Israel mengatakan, Kamis, mereka telah memulai pelatihan militer bersama selama satu bulan, yang menyimulasikan serangan militer terhadap Israel.

Pelatihan bersama yang disebut dengan "Juniper Cobra 2018" itu diluncurkan pada Minggu, kata seorang juru bicara militer dan menambahkan bahwa pelatihan itu merupakan yang terbesar.

Pelatihan yang digelar dalam dua tahun sekali itu melibatkan militer Israel dan Komando Eropa Amerika Serikat (USEUCOM).

Sebagai bagian dari pelatihan, sekitar 2.500 anggota pasukan AS yang secara berkala ditempatkan di Eropa dikerahkan di Israel. Israel sendiri mengerahkan sekitar 2.000 pasukan Pertahanan Udara, unit logistik, pasukan medis serta unit-unit lainnya pada Angkatan Bersenjata Israel (IDF).

"Selama lebih dari empat pekan, mereka akan berlatih bersama, kita juga akan melakukan hal yang sama jika krisis terjadi. Ini bukan sekedar pelatihan," kata Brigadir Jendral Zvika Haimovic, komandan pertahanan udara Israel, kepada para wartawan pada Kamis, seperti dilansir Xinhua.

Pelatihan itu menyimulasikan sebuah skenario Israel sedang diserang di beberapa garis depan, termasuk dengan peluru-peluru kendali balistik terarah dari Iran.

Dua kapal AS sudah tiba di Israel untuk mengambil bagian dalam pelatihan bersama. Pada Selasa, dua kapal USS Iwo Jima mengambil posisi di perairan Israel.

Pada Kamis, kapal komando dan pengendali Mount Whitney merapat di pelabuhan Haifa, kata juru bicara. Di kapal itu, ada lebih dari 500 personel pria dan wanita, yang setengahnya ditugaskan dari komando senior armada keenam AS.

Kegiatan itu merupakan pelatihan Cobra kesembilan yang telah berlangsung.

Sebuah catatan militer mengatakan bahwa para peserta pelatihan secara bersama-sama menjalankan simulasi komputer berupa berbagai skenario ancaman roket di daerah-daerah berbeda.

Simulasi termasuk uji coba sistem antirudal balistik Arrow, sistem antiroket Iron Dome, sistem pencegat jarak menengah rudal Patriot serta David`s Sling, yang dirancang untuk mencegat rudal jarang menengah dari milisi Hisbullah Lebanon di selatan dan mulai dioperasikan pada April 2017.





Credit  antaranews.com




Gerilyawan tembaki warga sipil yang berusaha tinggalkan Ghouta Timur


Gerilyawan tembaki warga sipil yang berusaha tinggalkan Ghouta Timur
Anggota Pertahanan Sipil Suriah menolong perempuan yang tidak sadarkan diri dari sebuah tempat perlindungan di kota Douma yang terkepung di bagian timur Ghouta, Damaskus, Suriah, Kamis (22/2/2018). (REUTERS/BASSAM KHABIEH)



Damaskus, Suriah (CB) - Gerilyawan bersenjata menembaki koridor kemanusiaan kedua yang dibuat pada Kamis (8/3), untuk mencegah warga sipil meninggalkan daerah yang dikuasai gerilyawan di Ghouta Timur, pinggir Ibu Kota Suriah, Damaskus, kata Media perang.

Sayap media militer Suriah tersebut mengatakan gerilyawan menembaki koridor di antara Kota Kecil Mlaiha dan Daerah Jisreen, yang dikuasai gerilyawan, di Ghouta Timur.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia --yang dikutip media setempat-- mengatakan tiga mobil terbakar ketika gerilawan menembaki rombongan yang membawa 300 orang ke arah koridor kemanusiaan di Mlaiha.

Serangan tersebut jelas telah menghalangi warga sipil pergi, sebab tak seorang pun melewati koridor kemanusiaan itu pada Kamis.


Pemerintah Suriah pada Kamis mempersiapkan koridor kemanusiaan kedua, setelah 10 hari upaya yang gagal untuk menerima warga sipil dari perlintasan yang pertama dirancang di Daerah Wafidin di Damaskus.

Pengungsian warga sipil dari daerah yang dikuasai gerilyawan di Ghouta Timur adalah bagian dasar dari jeda kemanusiaan setiap hari yang didudukung rusia, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi. Sejauh ini, hanya sedikit warga sipil telah diungsikan dari Ghouta Timur.

Pemerintah Suriah menuduh gerilyawan menghalangi warga sipil untuk pergi.

Militer Suriah telah merebut 52 persen wilayah Ghouta Timur dalam beberapa hari belakangan, sebagai bagian dari serangan besar yang dilancarkan untuk mengusir gerilyawan dari daerah itu.


Berbagai lembaga kemanusiaan PBB telah menyuarakan kekhawatiran mengenai situasi kemanusiaan yang memburuk di Ghouta Timur, tempat para pegiat mengatakan lebih dari 800 orang telah tewas sejak akhir bulan lalu akibat pemboman yang meningkat dan pertempuran antara prajurit pemerintah dan gerilyawan.




Credit  antaranews.com





Turki buru 121 tersangka yang terkait upaya kudeta gagal 2016


Turki buru 121 tersangka yang terkait upaya kudeta gagal 2016
Warga menyerbu kendaraan militer saat terjadi percobaan kudeta di Ankara, Turki, Sabtu (16/7/2016). (REUTERS/Tumay Berkin)



Istanbul, Turki (CB) - Turki pada Kamis (8/3) melancarkan operasi baru untuk memburu 121 orang yang dicurigai memiliki hubungan dengan jaringan telarang karena menjadi otak upaya kudeta yang gagal pada 2016, kata media setempat.

Operasi dilancarkan secara serentak di 29 provinsi dan 33 tersangka telah ditahan sejauh ini berdasarkan surat penangkapan yang dikeluarkan oleh Kantor Kepala Jaksa Penuntut Umum di Istanbul, kata kantor berita milik negara Anadolu.

Di antara orang yang ditangkap adalah Fatmanur Gulen, kemenakan perempuan Fethullah Gulen, pemimpin jaringan Gulen yang tinggal di Amerika Serikat, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi. Selain Fatmanur Gulen, juga ada Belkis Nur Tetik, saudari ipar Adil Oksuz, tersangka otak upaya kudeta yang gagal tersebut, kata Anadolu.

Turki menuduh jaringan Gulen atas kudeta itu pada Juli 2016, yang menewaskan 250 orang dan melukai hampir 2.200 orang, dan telah mendorong ekstradisi Gulen.

Lebih dari 150.000 orang telah dipecat atau diskors dari posisi mereka sementara lebih dari 55.000 orang lagi ditangkap dalam penyelidikan yang sedang berlangsung, kata laporan pers.




Credit  antaranews.com





Kepala HAM PBB serukan pembentukan panel kejahatan Myanmar


Kepala HAM PBB serukan pembentukan panel kejahatan Myanmar
Arsip Foto. Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Zeid Ra'ad al-Hussein saat berbicara dalam konferensi pers di kantor pusat PBB di Jenewa, Swiss, Senin (1/5/2017). (REUTERS/Pierre Albouy )



Jenewa (CB) - Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Zeid Ra’ad Al Hussein pada Rabu (7/3) menyerukan pembentukan badan baru yang bertugas menyiapkan dakwaan pidana atas kekejaman yang terjadi di Myanmar, setelah panel serupa dibuat untuk konflik Suriah.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang berbasis di Jenewa menggelar beberapa penyelidikan dan misi pencarian fakta di tempat-tempat bergolak, termasuk penyelidikan aktif di Myanmar.

Namun, beberapa orang menyatakan keprihatinan mengenai pembatasan-pembatasan dalam penyelidikan tersebut, yang fokus pada pengumpulan bukti dalam kisaran luas berkenaan dengan dugaan kejahatan ketimbang menghimpun kasus-kasus legal spesifik terhadap individu yang bisa dibawa ke pengadilan.

Dalam kasus Suriah, Majelis Umum PBB  pada 2016 memutuskan pembentukan "mekanisme independen dan tidak memihak" untuk menyiapkan berkas-berkas penuntutan.

Zeid mengungkapkan badan serupa dibutuhkan untuk Myanmar, yang menurut pejabat senior PBB itu merupakan tempat militer terus melakukan operasi penindakan keras terhadap kelompok etnis muslim Rohingya yang setara dengan "pembersihan etnis."

Dia mengimbau dewan hak asasi manusia "meminta Majelis Umum untuk membentuk mekanisme independen dan tidak memihak yang baru guna mempersiapkan dan mempercepat proses pidana di pengadilan.

Dalam laporan tahunannya kepada dewan tersebut, Zeid mengemukakan kembali kekhawatiran bahwa "tindakan genosida mungkin terjadi di tanah air Rohingya di negara bagian Rakhine.

Sekitar 700.000 warga Rohingya telah melarikan diri menyeberangi perbatasan menuju ke Bangladesh sejak operasi penindakan keras diluncurkan di Rakhine pada Agustus, demikian siaran kantor berita AFP.



Credit  antaranews.com








Kamis, 08 Maret 2018

Kapal Perang Cina dan India Beradu Pengaruh di Maladewa



Presiden Maladewa Abdulla Yameen
Presiden Maladewa Abdulla Yameen

CB, Jakarta - Kapal Angkatan Laut Cina, yang memasuki Samudra India untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir, kemungkinan bertujuan mencegah intervensi India di Maladewa. Ini terjadi setelah Presiden Maladewa, Abdulla Yameen, menyatakan negara itu berstatus darurat.
Sejumlah analis keamanan mengatakan kepada Reuters pada Rabu, 7 Maret 2018, Beijing tampaknya memberi sinyalemen tidak akan membiarkan adanya keterlibatan asing dalam krisis politik di Maladewa. Pada saat yang sama, kehadiran kapal Cina itu juga untuk menguatkan kehadiran Beijing di wilayah timur samudra India.


Petugas kepolisian Maladewa menahan seorang pengunjuk rasa yang menuntut pembebasan tahanan politik dalam sebuah demonstrasi di Male, Maldives, 2 Februari 2018. (AP Photo/Mohamed Sharuhaan)
Kementerian Pertahanan Cina mengatakan keberadaan kapal perangnya di Samudra India untuk melakukan latihan rutin. Kapal laut itu bukan ditujukan sebagai pihak ketiga dalam kegaduhan politik Maladewa saat ini.
Sedangkan Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan pihaknya memantau ketat setiap peristiwa yang terjadi di Maladewa dan telah meminta pemerintah Maladewa melindungi kepentingan-kepentingan Cina di sana.
Sumber di Angkatan Laut Cina mengkonfirmasi kapal laut Cina sudah memasuki wilayah Samudra India, tetapi jaraknya masih ribuan mill dari Maladewa.
                

Saat dikonfirmasi mengenai keberadaan kapal Angkatan Laut Cina tersebut, Kementerian Pertahanan India enggan memberikan komentar.  India secara tradisional adalah pemain terbesar di negara kepulauan Maladewa.
Namun keberadaan negara itu mendapat perlawanan dari kubu oposisi Maladewa. Para pemimpin kelompok-kelompok oposisi di Maladewa pada bulan lalu mengerahkan kekerasan untuk melawan Presiden Yameen dan menghidupkan kembali demokrasi.




Credit  TEMPO.CO






Amerika Versus Cina di Afrika, Berebut Apa?



Pangkalan militer Amerika Serikat dan Cina di Djibouti, Afrika Timur. Straits Times Graphics
Pangkalan militer Amerika Serikat dan Cina di Djibouti, Afrika Timur. Straits Times Graphics

CB, Washington -- Amerika Serikat dan Cina bersaing tidak hanya di Laut Cina Selatan namun hingga ke kawasan Afrika seperti Djibouti.
Jenderal Marinir, Thomas Waldhauser, yang mengepalai pasukan AS di Afrika mengatakan jika Cina menerapkan pembatasan penggunaan pelabuhan Doraleh Container Terminal, maka ini akan berdampak pada kegiatan suplai logistik ke pangkalan militer AS di sana. Termasuk untuk pengisian bahan bakar untuk kapal perang.

"Jika Cina mengambil alih pelabuhan itu, maka konsekuensinya bisa signifikan," kata Waldhauser saat rapat kerja dengan Komisi Pertahanan DPR AS, seperti dilansir Reuters, Rabu, 7 Maret 2018.
Djibouti memiliki satu pangkalan militer AS dengan 4000 prajurit, termasuk pasukan khusus. Pangkalan ini menjadi pusat operasi untuk operasi militer di Yaman dan Somalia.


Presiden Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping, saat acara bertemu dengan pemimpin bisnis di Beijing, Cina, 9 November 2017. REUTERS/Damir Sagolj
"Ada indikasi Cina akan membangun lebih banyak fasilitas tambahan di kawasan Timur Afrika. Jadi, Djibouti menjadi yang pertama -- akan ada banyak pangkalan," kata Waldhauser.
Ditanya soal ini di Beijing, Cina, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan dia belum tahun mengenai perkembangan pelabuhan di Djibouti. Namun, kerja sama Cina dengan negara-negara Afrika tidak ditujukan untuk meminggirkan pihak ketiga atau menyasarnya.
"Kami berharap AS bisa memandang perkembangan Cina secara obyektif dan adil dan kerja sama Cina - Afrika," kata dia dalam jumpa pers rutin.
Saat ini, kawasan Afrika, yang dikenal kaya dengan berbagai sumber daya alam seperti mineral dan tambang, sedang menerima berbagai investasi skala besar dari Cina untuk meningkatkan hubungan dagang.
Waldhauser mengatakan Amerika tidak bakal bisa menandingi skala investasi Cina di benua Afrika seperti membangun shopping mal, gedung pemerintahan dan stadion bola. "Kita tidak akan pernah bisa mengalahkan jumlah investasi Cina," kata Waldhauser.





Credit  tempo.co




Presiden Rodrigo Duterte Tak Ikut KTT ASEAN di Australia, Kenapa?



Presiden Rodrigo Duterte menangis saat ia menghibur anggota keluarga korban kebakaran pusat perbelanjaan di kota Davao di Filipina, 24 Desember 2017. REUTERS
Presiden Rodrigo Duterte menangis saat ia menghibur anggota keluarga korban kebakaran pusat perbelanjaan di kota Davao di Filipina, 24 Desember 2017. REUTERS

CB, Jakarta - Presiden Rodrigo Duterte yang menghadapi tekanan internasional terhadap perang obat bius di Filipina, tidak akan menghadiri KTT khusus ASEAN di Australia pada 17-19 Maret 2018 di Sydney.
Juru bicara pemerintah Filipina, Harry Roque mengatakan, keputusan Duterte untuk tidak menghadiri pertemuan tersebut dibuat setelah dia menyatakan bahwa tidak akan bekerja sama dengan penyelidik PBB mengenai dugaan pembunuhan selama operasi memerangi perdagangan narkoba yang mengakibatkan ribuan orang meninggal.

"Perkembangan domestik membutuhkan Presiden untuk tetap berada di Filipina," kata Roque seperti dilansir Japan Times pada 5 Maret 2018.
Dia mengatakan, Duterte perlu tetap di Filipina  untuk menghadiri acara Akademi Militer Filipina pada 18 Maret karena dia menganggap ini sebagai kesempatan untuk berdialog dengan pejabat militer yang berusia lebih muda.
Roque mengatakan, Menteri Luar Negeri Alan Peter Cayetano akan mewakili Duterte ke KTT Khusus ASEAN di  Sydney.

Australia merupakan salah satu negara yang mengkritisi kampanye perang narkoba Filipina selama pertemuan Dewan HAM PBBdi Jenewa tahun lalu.
Duterte yang terpilih sebagai presiden ada tahun 2016 berjanji akan menghapuskan peredaran obat-obatan terlarang. Menurut data polisi FIlipina, sebanyak 4.100 tersangka pengedar narkoba terbunuh dalam operasi memerangi perdagangan narkoba yang digagas Duterte.
Namun, beberapa kelompok HAM mengatakan, lebih dari 12.000 kematian termasuk korban pembantaian warga yang ditawari imbalan oleh pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte.




Credit  TEMPO.CO





Timor Leste dan Australia Akhiri Sengketa Perbatasan Laut



Sejumlah kapal perang menuju lokasi latihan Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Laut Koarmatim di Laut Jawa, 19 Januari 2017. Latihan yang berlangsung mulai 19 Januari-21 Januari tersebut melibatkan KRI Ahmad Yani-351, KRI Fatahilla, Heli BO-105, Kapal Selam KRI Nanggala-402, KRI Tongkol-813, KRI HIU-634, KRI Ajak-65, KRI Sura (SRA)-802, Cassa 212, CN 235 dan satu pleton Marinir serta dua tim Satkopaska. ANTARA FOTO
Sejumlah kapal perang menuju lokasi latihan Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Laut Koarmatim di Laut Jawa, 19 Januari 2017. Latihan yang berlangsung mulai 19 Januari-21 Januari tersebut melibatkan KRI Ahmad Yani-351, KRI Fatahilla, Heli BO-105, Kapal Selam KRI Nanggala-402, KRI Tongkol-813, KRI HIU-634, KRI Ajak-65, KRI Sura (SRA)-802, Cassa 212, CN 235 dan satu pleton Marinir serta dua tim Satkopaska. ANTARA FOTO

CB, Jakarta - Indonesia menyambut baik penggunaan jalan damai, yang dilakukan Timor Leste dan Australia dalam menyelesaikan sengketa perbatasan maritim kedua negara tersebut, yang sudah berlangsung lama. Australia dan Timor Leste pada Rabu, 7 Maret 2018, telah sepakat menandatangani perjanjian berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982 untuk menyelesaikan sengketa perbatasan tersebut.  
Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam keterangan yang dipublikasi pada Rabu, 7 Maret 2018, mengatakan meskipun Indonesia bukan merupakan pihak dalam proses rekonsiliasi, namun Indonesia memiliki kewajiban untuk mengamati secara seksama proses rekonsiliasi ini dan berupaya memastikan, konsiliasi tidak akan berdampak pada hak-hak maritim Indonesia berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982.


Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir usai press briefing di Ruang Palapa Kemlu, Pejambon, Jakarta, 18 Januari 2017. TEMPO/Yohanes Paskalis
Indonesia menegaskan lantaran selama ini bersifat rahasia, pemerintah Indonesia baru akan mempelajari secara rinci perjanjian yang ditandatangani tersebut setelah dokumen ini dibuka untuk pubik. Pemerintah Indonesia berhak mereservasi hak-haknya atas hasil konsiliasi ini yang mungkin dapat mempengaruhi hak berdaulat Indonesia berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982.
“Pakta ini mewakili pentingnya aturan dan manfaat bagi seluruh pihak secara jangka panjang sesuai dengan aturan. Menciptakan pakta ini membutuhkan kompromi dan niat baik kedua belah pihak. Ini adalah contoh bagi negara manapun terkait bagaimana hukum internasional melindungi kepentingan-kepentingan kita,” kata Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, seperti dikutip dari www.news.com.au, Rabu, 7 Maret, 2018.     

Keputusan Australia dan Timor Leste untuk mengakhiri sengketa perbatasan laut ini adalah sebuah gerakan yang bisa membuka masuknya keuntungan bernilai miliaran dollar bagi kedua negara dari pengelolaan minyak lepas pantai dan gas alam. Melalui pakta perdamaian ini juga diharapkan bisa mendorong perekonomian Timor Leste, yang sejak berpisah dari Indonesia terus terseok-seok. 



Credit  TEMPO.CO






Universitas Cambridge Minta Maaf pada Akademisi Palestina



Universitas Cambridge. By Cambridge University
Universitas Cambridge. By Cambridge University

CB, Jakarta - Universitas Cambridge meminta maaf kepada seorang akademisi berdarah Palestina yang telah dilarang menjadi pembicara dalam sebuah acara diskusi. Permohonan maaf disampaikan perguruan tinggi favorit di Inggris itu, setelah derasnya kecaman.


Universitas Cambridge. Telegraph by Alamy.
Ruba Salih, akademisi berkewarganegaraan Palestina, tidak diperbolehkan menjadi pembicara dalam sebuah panel diskusi yang membicarakan mengenai gerakan boikot, divestasi, sanksi-sanksi atau BDS, yang diselenggarakan pada November 2018 oleh para aktivis pro-Palestina. Posisi Ruba dalam seminar tersebut lalu diganti oleh pembicara pilihan universitas. ‘Pencekalan’ terhadapnya ini kemungkinan besar karena kekhawatiran netralitas Salih.

Keputusan Cambridge ini memicu kemarahan di kalangan aktivis, yang dinilai sebagai suatu contoh upaya universitas untuk menutup atau mengacaukan debat mengenai Israel dan gerakan BDS. Ratusan akademisi dan pelajar menandatangani sebuah surat terbuka mengutuk tindakan universitas.
Menurut Cambridge, seperti dikutip dari al-Jazeera pada Rabu, 7 Maret 2018, langkah untuk memberikan pembicara alternatif adalah respon yang keliru dan keputusan ini telah membangkitkan kekhawatiran terkait kebebasan akademik.
“Keputusan universitas telah  menggambarkan Dr. Salih dalam kondisi yang tidak sepatutnya sebagai seorang akademisi yang dihormati dengan pengalaman lebih dari 15 tahun memimpin rapat-rapat dan pengalaman ilmiah. Untuk itu, kami meminta maaf kepada Dr. Salih karena telah mencoret sebagai ketua pembicara diskusi,” demikian keterangan Cambridge.               
Dalam permohonan maaf itu, universitas juga mengakui tidak ada bukti pendukung yang bisa menggambarkan pandangan Salih dalam sebuah debat demokratis, yang memungkinkan seluruh pandangan diekspresikan. Salih menerima permohonan maaf itu dan mengatakan penting memberikan kebebasan akademik.




Credit  TEMPO.CO





Museum Holocaust AS Cabut Penghargaan untuk Suu Kyi


Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi saat menghadiri pembukaan KTT ASEAN ke-31 di Manila, Filipina, Senin (13/11).

Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi saat menghadiri pembukaan KTT ASEAN ke-31 di Manila, Filipina, Senin (13/11).
Foto: Athit Perawongmetha/Pool Photo via AP


Suu Kyi dinilai telah gagal hentikan serangan militer terhadap Rohingya.


CB, WASHINGTON - Museum Peringatan Holocaust AS telah mencabut penghargaan utamanya kepada pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, pada Selasa (6/3). Suu Kyi dinilai telah gagal menghentikan serangan militer terhadap minoritas Muslim Rohingya.

Pencabutan Elie Wiesel Award dari Museum Holocaust ini menjadi yang terbaru dari serangkaian penghargaan yang telah terlebih dulu dicabut dari Suu Kyi terkait pelanggaran Myanmar terhadap Rohingya.

Suu Kyi dan National League for Democracy yang mendukungnya, telah menolak untuk bekerja sama dengan penyelidik PBB. Ia juga menutup akses untuk wartawan ke daerah-daerah tempat pelanggaran diduga telah terjadi di Negara Bagian Rakhine.

"Dengan sangat menyesal saat ini kami mencabut penghargaan itu. Kami mengambil keputusan ini dengan yakin," kata museum tersebut dalam surat tertanggal 6 Maret yang ditujukan kepada Suu Kyi.

Seorang juru bicara Kedutaan Besar Myanmar untuk AS tidak bersedia berkomentar mengenai keputusan museum itu.

PBB dan sejumlah organisasi hak asasi manusia telah mengumpulkan bukti pelanggaran yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap etnis Rohingya. Mereka diduga telah melakukan pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran desa.

Serangan militer Myanmar tersebut telah menyebabkan hampir 700 ribu warga Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.

Myanmar yang penduduknya mayoritas beragama Buddha menolak tuduhan pelanggaran tersebut. Negara itu mengatakan pasukan keamanannya tengah melakukan kampanye untuk melawan teroris yang telah menyerang pasukan keamanan.

Krisis Rohingya telah memicu kemarahan di seluruh dunia. Ada seruan agar Hadiah Nobel Perdamaian yang diterima Suu Kyi segera dicabut. Hadiah nobel tersebut diterimanya atas pertarungan pro-demokrasi yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Sebelumnya, sejumlah penghargaan yang pernah diterima Suu Kyi juga telah dicabut, termasuk penghargaan freedoms of the cities of Dublin, Oxford, dan England. Bulan lalu, tiga peraih Nobel perdamaian mendesak Suu Kyi dan militer Myanmar untuk mengakhiri genosida terhadap Muslim Rohingya saat ini juga atau Suu Kyi akan menghadapi tuntutan, dilansir laman Reuters.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID






Lobi Yahudi Ingin AS Eratkan Kerja Sama dengan Saudi


Pembangunan permukiman ilegal Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Pembangunan permukiman ilegal Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Foto: EPA


AIPAC merupakan lobi Yahudi yang paling berpengaruh di AS


CB,JAKARTA -- Konfrensi tahunan kelompok lobi Israel terkuat di Amerika Serikat (AS), The American Israeli Public Affairs Committe (AIPAC) merupakan ajang untuk menegaskan kembali kepentingan Israel terhadap Palestina. Pengamat Timur Tengah LIPI, Smith Alhadar mengatakan rata-rata konfrensi AIPAC menyuarakan deklarasi Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Forum itu juga mendukung permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki, menolak kepulangan pengungsi Palestina ke kampung halaman mereka di Israel dan juga menolak pembentukan negara Palestina merdeka. "Lobi-lobi ini yang diambil oleh Trump dan dijadikan salah satu isu utama dalam kampanye kepresidenan AS," ujar Smit saat dihubungi Republika, Rabu (7/3).





Ia mengatakan AIPAC merupakan lobi Yahudi yang paling berpengaruh di AS sehingga sulit untuk AS menolak apa yang yang diinginkan oleh kelompok ini. Dan ini sudah terbukti dengan pengakuan Yerusalemsebagai ibukota Israel.





Yang diundang ada anggota parlemen, kongres, DPR , Wapres,dan orang-orang dalam lingkaran Trump ikut berpidato di konfrensi. "Jadi ini cuma menegaskan kembali apa yang menjadi kepentingan Israel," katanya.





Ia menjelaskan, tahun ini AIPAC menginginkan agar AS mengakui bahwa permukiman Yahudi di Tepi Barat merupakan sesuatu yang legal. Selain itu, Israel juga menginginkan agar adanya penolakan pemulangan empat juta pengungsi Palestina ke kampung halaman mereka di Israel.





Disaat bersamaan AIPAC juga mendorong pemerintah AS untuk menguatkan hubungannya dengan pemimpin Arab Saudi Mohammed Bin Salman. Ia mengatakan konsep perdamaian yang dilakukan oleh penasihat senior Donald Trump, Jared Kushner menyebutkan Yerusalem milik Israel dan sebagianTepi Barat juga tetap berada di tangan Israel.





Sedangkan Palestina hanya diberikan di jalur Gaza dan sebagian Sinai Utara. "Dan ini didukung oleh Mohammed Bin Salman," katanya.





Oleh karena itu, penting bagi AIPAC untuk mendorong AS menguatkan hubungan dengan Mohammed Bin Salman yang juga menyongkong agenda Israel di Timur Tengah, terutama dalam berhadapan dengan Iran dan Palestina.





Hal ini akan membuat Palestina semakin hari semakin lemah. Karena ujung tombok negara Arab seperti Mesir dan Arab Saudi beridri di belakang Israel sehingga reaksi-rekasi Palestina tidak akan berdampak kepada kepentingan Palestina.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID






Diminta Ubah Nama Negara, Makedonia: Yunani Lakukan Genosida


Bendera Makedonia.

Bendera Makedonia.
Foto: blogspot.com


Nama Makedonia menjadi konflik lantaran Yunani keberatan dengan pengunaan nama itu.



CB, SKOPJE -- Sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Makedonia menuduh pemerintah Yunani telah melakukan genosida terhadap warga Makedonia. Mereka menuding Yunani telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), kejahatan kemanusiaan dan kejahatan perang terhadap warga minoritas Macedonia sejak 1913.


Seperti diwartakan Anadolu Agency, Rabu (7/3), dalam pernyataan bersama mereka menegaskan orang-orang Makedonia tidak bisa lagi menanggung beban ketidakadilan yang diberikan oleh Yunani, PBB, Uni Eropa dan NATO. Mereka keberatan dengan pembicaraan terkait nama negara.


"Diskusi untuk menyelesaikan perbedaan yang telah terjadi selama 25 tahun itu merupakan upaya genosida terhadap warga Makedonia. Untuk menghapus negara, bahasa, sejarah dan keberadaan mereka dari peta dunia," kata pernyataan tersebut.


Nama Makedonia menjadi konflik lantaran Yunani keberatan dengan pengunaan nama tersebut. Ini menyusul adanya kesamaan dengan Kota Makedonia yang terletak di Yunani. Perdebatan nama tersebut telah berlangsung selama lebih dari 25 tahun.


Gabungan LSM itu mengaku terkejut dengan paksaan dari Uni Eropa dan NATO untuk menegosiasikan nama negara. Mereka keberatan untuk menanggalkan identitas etnis, nasional, bahasa dan sejarah sebagai prasyarat akan keanggotaan organisasi internasional dan regional tersebut.


"Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah umat manusia bahwa tekanan yang diatur secara internasional diberikan kepada warga untuk menghancurkan diri sendiri. Tekanan yang ditimbulkan oleh bangsa-bangsa dan organisasi-organisasi yang seharusnya menjadi penjaga gerbang hak asasi manusia di abad ke-21," kata pernyataan tersebut.


LSM mengungkapkan, isu terkait nama negara mereka merupakan rekaan pemerintah Yunani. Hal itu juga merupakan kelanjutan dan internasionalisasi kebijakan domestik pada masa lalu untuk menolak identitas etnik minoritas Macedonia di negara mereka.


Mereka menyerukan pembentukan komisi penyelidikan independen untuk menyelidiki pelanggaran HAM dan kejahatan terhadap kemanusiaan serta perang ditambah genosida yang dilakukan terhadap minoritas Macedonia di Yunani sejak 1913. Mereka menuntut pemerintah Yunani berani menghadapi masa lalu dan meminta maaf secara publik atas kejahatan tersebut.


Warga meminta Perdana Menteri Makedonia Zoran Zaev untuk menghentikan pembicaraan dengan Yunani terkait nama negara. Mereka juga meminta adanya resolusi PBB yang mengakui negara sah atas nama Makedonia.


Sementara, konflik nama tersebut telah menghambat Makedonia untuk bergabung dengan NATO akibat veto yang dijatuhi Yunani dan Uni Eropa. Meksi demikian, Makedonia masuk sebagai anggota PBB pada 1993 lalu dengan nama Republik Makedonia Mantan Yugoslavia (FYROM). Kendati, sejumlah negara termasuk Turki mengakui keberadaan negata tersebut atas nama Makedonia.



Credit  republika.co.id