Kamis, 07 September 2017

DeLorean Siap Kembangkan Mobil Terbang


DeLorean Aerospace.
DeLorean Aerospace.

CB, DETROIT -- Perusahaan DeLorean Aerospace tengah mengembangkan prototipe mobil terbang. Sebelumnya, nama DeLorean sempat dikenal sebagai salah satu varian mobil, yang dikenal luas setelah digunakan di dalam film fiksi ilmiah, ''Back To The Future'', pada era 80an.

Dalam film tersebut, mobil keluaran DeLorean Motor Company (DMC), DMC 12, digunakan sebagai mobil yang bisa terbang sekaligus menjadi mesin waktu, yang digunakan oleh para karakter utama di film tersebut untuk melintasi ruang dan waktu. Saat ini, DMC lewat perusahaan DeLorean Aerospace ingin membangkitkan kembali citra mobil DeLorean sebagai mobil yang bisa terbang.

Menurut CEO dan Kepala Desainer DeLorean Aerospace, Paul DeLorean, saat ini perusahaannya tengah membangun prototipe dari desain mobil terbang, yang telah berhasil dibuat perusahaannya. Dalam desain tersebut, DeLorean Aerospace merancang mobil berkapasitas dua penumpang dan dapat terbang secara vertikal, baik saat lepas landas ataupun saat mendarat.

Mobil itu pun dapat digerakan secara otonom atau diterbangkan secara otomatis. ''Kami tengah bergerak untuk membangun prototipe pertama mobil, yang bisa membawa dua orang penumpang dan dioperasikan sepenuhnya secara elektrik untuk jarak temph mencapai 193 kilometer,'' kata Paul kepada Wired seperti dikutip Science Alert.

Dalam mengembangkan desain mobil terbang ini, DeLorean Aerospace bekerjasama dengan sejumlah perusahaan, mulai Uber, Airbus, dan Kitty Hawk. Mobil terbang ini memiliki dua pasang sayap, yang berada di bagian belakang dan depan. Agar bisa terbang dan melaju, mobil ini dilengkapi dengan dua kipas di bagian belakang dan depan.

''Kipas ini digerakan dengan tenaga listrik, dan komponennya ditempatkan di atas kipas tersebut. Kipas tersebut dapat berputar setelah lepas landas untuk mendorong mobil tersebut maju,'' tutur Paul yang juga keponakan pendiri serta desainer pertama mobil keluaran DMC.

Secara spesifik, mobil terbang ini memiliki panjang 6 meter dan total lebar sayap mencapai 5,6 meter. Namun, sayap ini bisa dilipat agar kendaraan ini bisa dimasukan ke dalam garasi.





Credit  REPUBLIKA.CO.ID





Rahasia Ilmiah Arang yang Dapat Hasilkan Hidrogen


Pekerja memproduksi bahan bakar briket berbahan bakar limbah tempurung kelapa di salah satu rumah industri di Ungaran Timur, Kabupaten Semarang (Ilustrasi)
Pekerja memproduksi bahan bakar briket berbahan bakar limbah tempurung kelapa di salah satu rumah industri di Ungaran Timur, Kabupaten Semarang (Ilustrasi)

CB, MALANG -- Indonesia pada dasarnya memiliki banyak potensi sumber daya alam (SDA) yang dapat dijadikan energi terbarukan. Hanya saja, itu tertahan pada proses pemikiran dan pengembangannya, sehingga Indonesia pun harus tertinggal dengan negara-negara lainnya.

Bermula dari kunjungannya di Austria, Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) Malang Professor I Nyoman Gede Wardana menemukan hal unik pada satu teknologi, salah satu penelitian di Austria. Sebuah kapasitor baterai dapat melakukan pengisian energi secara cepat dengan mengggunakan batok kelapa.
"Loh kok batok kelapa bisa ada di Austria lalu saya mulai minta mahasiswa bimbingan saya meneliti tentang itu," ujar pria yang dipanggil Wardana ini saat ditemui wartawan di Gedung Teknik Mesin I UB Malang, Selasa (5/9).

Selama sekitar tiga sampai empat tahun, Wardana berupaya meneliti arang atau batok kelapa yang kemudian merujuk pada advance material. Advance material pada umumnya tentang ilmu terdepan yang menggunakan material apapun asal dipikir dengan cara mutakhir.
Dari situ, kata Wardana, dapat menghasilkan advance material yang dilihatnya pada arang yang sudah tidak awam bagi masyarakat umum. "Kita punya banyak arang dan arang itu kan karbon. Kalau dipikir dengan ilmu mutakhir dan dikonsepkan akan menjadi advance material," kata pria asa Bali ini.
Dalam penelitiannya, Wardana menggunakan material advance yang mencampurkan karbon aktif dan semi konduktor. Semi konduktornya memakai tembaga yang teroksidasi lalu dicampur dengan arang. Yang menjadi istimewa, yakni percampuran elektron dari karbon dan semi konduktor ternyata dapat menghasilkan hidrogen secara cepat.

Wardana menjelaskan, pada dasarnya mengubah apapun menjadi hidrogen membutuhkan energi. Jika menggunakan energi advance, reaksi untuk memproduksi hidrogen akan lebih cepat. Prosesnya akan sepuluh kali lebih cepat dari 700 detik pada umumnya, bahkan lebih hemat dua kali lipat.
"Dan dari penelitian ini, minyak kapuk, minyak jarak, minyak jelantah, dan sebagainya yang ada di Indonesia bisa diubah menjadi hidrogen," ungkap dia.
Dengan melakukan penelitian ini, Wardana pun dimasukkan pada daftar peneliti tingkat dunia. Dia meraih penghargaan IAAM (International Association of Advanced Materials) Scientist Medal atas teori terbaru di dunia ini. Dia dapat mengungkapkan rahasia ilmiah bagaimana material dikombinasikan bisa menari indah lalu menghasilkan hidrogen.

Mengenai penelitian dan penghargaan ini, Wardana menilai, Indonesia sebenarnya memiliki segalanya yang sayangnya tidak ada yang berpikir ke arah yang diharapkan dunia. Potensi di Indonesia bisa digali semaksimal mungkin dan dunia pun sudah mengakui itu. Bahkan, dia tak memerlukan laboratorium canggih untuk bisa dipilih sebagai penerima penghargaan tinggi dunia dalam dunia penelitian.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID







Mengapa India mengancam akan pulangkan warga Rohingya dari sana?


India, Myanmar, Rohingya
Satu keluarga Rohingya di New Delhi, yang menurut rencana pemerintah India, akan dideportasi.


Rencana India untuk mendeportasi pengungsi Muslim Rohingya tampaknya merupakan upaya dalam menarik simpati dari Myanmar, yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.
Pengumuman rencana itu ditempuh menjelang kunjungan Perdana Menteri India, Narendra Modi, yang tiba di Myanmar, Selasa (05/09), setelah menghadiri KTT BRICS di Xiamen, Cina.
Tiga hari sebelum pengumuman, gerilyawan Rohingya menyerang sekitar 20 pos polisi di negara bagian Rakhine, Myanmar, menewaskan 12 orang dan memicu operasi militer besar-besaran yang mendorong krisis pengungsi Rohingya saat ini.
Menurut Menteri Muda Dalam Negeri Inggris, Kiren Rijiju, India akan memulangkan semua Muslim Rohingya yang diperkirakan berjumlah sekitar 40.000 jiwa.

India, Myanmar, Modi
PM India Narendra Modi (kanan) disambut oleh Presiden Myanmar, Htin Kyaw (kiri) saat tiba di ibu kota Naypyitaw.

Mereka yang akan dipulangkan itu, tambah Rijiju, mencakup 16.000 Rohingya yang terdaftar sebagai pengungsi oleh PBB. "Pendaftaran UNHCR tidak ada artinya. Bagi kami mereka semua adalah pendatang gelap."
Setelah serangan gerilyawan Rohingya pada 25 Agustus, Kementerian Luar Negeri India juga mengeluarkan pernyataan keras dengan janji berdiri bersama Myanmar dalam 'perang melawan terorisme'.
Kedua pernyataan yang tampaknya dimaksudkan untuk 'mengatur' kunjungan PM Nodi ke Myanmar.

Mengisi Cina 'yang diam'

Operasi militer di negara bagian Rakhine sejauh ini menyebabkan lebih dari 120.000 orang Rohingya mengungsi ke Bangladesh namun 'diamnya' Cina membantu India untuk mengambil posisi senada dengan opini mayoritas rakyat Burma.
Tidak jelas apakah rencana India tersebut menyangkut pemulangan orang Rohingya ke Myanmar atau Bangladesh, mengingat mereka tidak memiliki kewarganegaraan karena pemerintah Myanmar menganggap mereka bukan warganya.

Sementara Bangladesh -yang menampung gelombang baru warga Rohingya- juga sudah mengusir sebagian orang Rohingya ke luar dari perbatasannya.
Rencana pemulangan itu juga sudah ditentang oleh Mahkamah Agung India, yang pada hari Senin (05/09) meminta pemerintah untuk memberi tanggapan.
Namun maksud terselubung dari pengumuman tersebut tampaknya adalah ingin 'tersambung' dengan opini kubu nasionalis di Myanmar.

India, Myanmar, Rohingya
Terdapat sekitar 40.000 orang Rohingya di India dan 16.000 terdaftar sebagai pengungsi oleh PBB.

"Kelompok nasionalis Burma dan kaum garis keras Buddha melihat Modi dan BJP (partai beraliran Hindu yang berkuasa di India) berada dalam spektrum politik yang lebih dekat dengan mereka ketika berkaitan dengan Muslim," jelas Jiten Nongthaubam, pimpinan Pusat Studi Myanmar di Universitas Manipur, India, kepada BBC.
Hal itu sejalan dengan rencana India untuk melatih tentara Myanmar dalam operasi khusus, yang ditafsirkan oleh beberapa orang sebagai dukungan India atas operasi militer Myanmar terhadap militan Rohingya.

Berbagai proyek di Myanmar
India memang aktif untuk menjalin hubungan dengan Myanmar dan para perwira militernya berharap dapat pula meminta bantuan mereka dalam menghadapi militan di sebelah timur laut India yang banyak bermarkas di hutan Sagaing, Myanmar.
Sebagai pertanda hubungan yang membaik, India saat ini sedang membangun satu pelabuhan dan proyek saluran air di Rakhine.
Pembangunan jalan juga akan segera dimulai untuk menghubungkan Sittwe di Rakhine dengan Zirinpui di negara bagian Mizoram, India.
"Proyek ini akan membantu daratan utama kami terhubung dengan timur laut India namun kami memberinya ke Myanmar. Kami ingin menciptakan akses umum ke Myanmar, bukan sebagai aset komersial untuk memfasilitasi bisnis seperti yang dilakukan oleh sejumlah negara," jelas Duta Besar India untuk Myanmar, Vikram Misri, kepada sebuah penerbitan di Myanmar.
Misri agaknya merujuk ke Cina saat menyebut 'bukan sebagai aset komersial'.

Myanmar, Rohingya, India
India tidak menjelaskan negara tujuan bagi pemulangan umat Muslim Rohingya.

Dalam konteks yang lebih luas, India sedang mengupayakan proyek-proyek prasarana untuk mendukung keberhasilan kebijakan 'bertindak timur', yang diumumkan Menteri Luar Negeri, Sushma Swaraj, tahun 2014.
Berdasarkan kebijakan itu, India bertujuan meningkatkan pengaruhnya di negara-negara Asia Tenggara dan mengimbangi keberadaan Cina di kawasan sekaligus menjamin perbatasannya di sebelah timur laut.
Dalam kunjungan dua hari ke Myanmar, PM Modi akan berkunjung ke Bagan -tempat India berperan besar dalam restorasi pagoda kuno yang hancur karena gempa- dan pagoda Shwedagon yang penting, serta menggelar pertemuan umum di sebuah stadion.
Agenda PM Modi tampaknya ingin 'menyambungkan' para pendatang India di Myanmar dengan kubu nasionalis melalui kombinasi pendekatan agama dan pengaturan politik.
"Jelas bukan kebetulan jika Modi meminta Rijiju melepas tembakan pertama ketika dia berjanji bahwa Rohingya akan dikeluarkan. Rijiju adalah pemeluk Buddha dan juga menemani Dalai Lama ketika pemimpin spiritual Tibet itu mengunjungi Arunachal Pradesh (yang menjadi sengketa antara India dan Cina)," jelas pengamat Myanmar, Binoda Mishra, kepada BBC.

"Pemulangan mungkin tidak akan dilaksanakan karena memutuskan negara untuk pengiriman Rohingya itu tidak akan mudah, namun membantu dalam menciptakan getaran politik menjelang kunjungan Modi," tambah Anita Sengupta, seorang peneliti tentang Rohingya di India.




Credit  bbc.com






Siapakah Tentara Pembebasan Rohingya Arakan?


ARSA
Pasukan keamanan di Myanmar telah menjadi target serangan kelompok pemberontak

Lebih dari 140.000 warga Rohingya telah meninggalkan rumah mereka sejak 25 Agustus. Mereka berusaha melarikan diri dari kekerasan, menyusul serangan balik militer terhadap kelompok milisi Rohingya yang menyerang pos polisi.
Kelompok bernama Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) itu mengaku bertindak atas nama warga Rohingya - namun siapa sebenarnya mereka?

Siapakah ARSA?
Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (Arakan Rohingya Salvation Army, ARSA) beroperasi di Negara Bagian Rakhine di Myanmar utara, tempat mayoritas-Muslim Rohingya menghadapi persekusi. Pemerintah Myanmar menolak memberikan mereka kewarganegaraan dan memandang mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh.
Bentrokan terjadi secara berkala di antara kelompok-kelompok etnik, namun tahun lalu sebuah kelompok pemberontak bersenjata Rohingya berkembang. ARSA, yang sebelumnya dikenal dengan nama lain termasuk Harakah al-Yaqin, telah membunuh lebih dari 20 petugas polisi dan anggota pasukan keamanan.
Pada 25 Agustus, kelompok itu menyerang pos-pos polisi di Negara Bagian Rakhine, membunuh 12 orang dalam serangan terbesar mereka hingga saat ini. Hasilnya, memicu sebuah serangan balik dari aparat keamanan.
Pemerintah menyebut kelompok ini sebagai organisasi teroris dan mengatakan pemimpin-pemimpinnya telah dilatih di luar negeri.
Kelompok Krisis Internasional (International Crisis Group, ICG) juga mengatakan bahwa para anggota ARSA telah dilatih di luar negeri.
Pemimpinnya adalah Attaullah Abu Ammar Jununi, lahir dari orang tua Rohingya di Karachi, Pakistan, dan dibesarkan di Mekah, Arab Saudi.
Meski begitu, seorang juru bicara kelompok ini membantah hal ini dan mengatakan ke Asia Times bahwa kelompok ini tidak ada hubungannya dengan kelompok jihad dan hanya berjuang untuk orang Rohingya agar diakui sebagai sebuah kelompok etnik.

Jenis senjata apa yang mereka miliki?

Pemerintah Myanmar mengatakan bahwa serangan pada 25 Agustus dilakukan dengan pisau dan bom molotov.

Senjata mereka tampaknya kebanyakan dibuat sendiri namun laporan ICG menyiratkan bahwa mereka tidak sepenuhnya amatir dan menunjukkan beberapa bukti bahwa mereka dibantu oleh beberapa veteran dari konflik lain, termasuk orang-orang dari Afghanistan.
Kapan ARSA berdiri?
Juru bicara ARSA yang berbicara ke Asia Times mengatakan bahwa ARSA telah melatih orang sejak 2013. Namun serangan pertama mereka adalah pada Oktober 2016, saat mereka membunuh sembilan petugas polisi.

Apakah misi mereka?

ARSA mengatakan kelompok itu bertujuan untuk "membela, menyelamatkan dan melindungi" kelompok Rohingya dari penindasan negara. Aksi pembelaan itu "sejalan dengan prinsip pertahanan diri".
ARSA juga menolak label teroris dengan mengatakan bahwa kelompok itu tidak menyerang penduduk sipil. Meski begitu, ada beberapa laporan bahwa kelompok itu membunuh informan saat melatih anggotanya.

ICG mengatakan anggota ARSA adalah laki-laki muda Rohingya yang marah terhadap respons pemerintah Myanmar saat kerusuhan yang mematikan pada 2012.
Anak-anak muda yang berusaha meninggalkan area itu dulunya bisa melakukannya dengan menggunakan kapal ke Malaysia, namun Angkatan Laut Malaysia memblokir rute itu pada 2015. Hal ini menyebabkan ribuan orang terdampar di laut dan, kata ICG, yang lain mempertimbangkan untuk melakukan kekerasan.
Dalam kondisi kemiskinan ekstrem, tanpa kewarganegaraan dan pembatasan pada pergerakan orang Rohingya, ARSA beraksi. Konsekuensinya, aparat keamanan membalas kekerasan dengan kekerasan.
Sebuah laporan PBB pada Februari mendeskripsikan "kekejaman yang menghancurkan" dari para prajurit yang telah memukuli, memperkosa dan membunuh orang-orang sejak wilayah Rakhine ditutup setelah serangan Oktober 2016.
Pelapor khusus PBB mengenai situai HAM di Myanmar telah mengatakan bahwa skala penghancuran saat ini "jauh melebihi" tahun lalu.

ARSA
Banyak yang meninggalkan Myanmar dengan berjalan kaki sejak kekerasan

Apa efek dari serangan balasan sejauh ini?
Serangan ke pasukan keamanan telah memicu kekerasan dari pihak militer, yang mengatakan bahwa mereka berjuang melawan militan yang menyerang penduduk sipil.
Lebih dari 100.000 orang Rohingya telah meninggalkan desa mereka dan menyeberang perbatasan ke Bangladesh, tempat kamp-kamp pengungsian terisi penuh.
Banyak dari mereka mengatakan militer dibantu biksu Buddha, telah meratakan desa-desa dan membunuh warga sipil. Pemerintah mengatakan kelompok Buddha dan Hindu juga telah meninggalkan daerah itu akibat kekerasan yang ada.
Akses media ke Rakhine, tempat terjadinya kekerasan, sangat terbatas, membuat sulit untuk memverifikasi situasi di lapangan.

ARSA

Kekerasan terkonsentrasi di area Rakhine.

Para aktivis dan politikus di seluruh dunia telah menyatakan keprihatinan mereka atas situasi pengungsi ini, dari kekurangan tempat bernaung, air dan makanan. Ada laporan anak-anak terluka akibat ranjau darat saat mereka berusaha meninggalkan negara itu.

Seorang perwakilan PBB, dan penerima Nobel Perdamaian Malala Yousafzai, meminta pemimpin de facto Myanmar, Aun Sang Suu Kyi, untuk menghentikan kekerasan yang ada. Suu Kyi sebelumnya mengatakan bahwa ada "banyak kekerasan" di area itu namun pembersihan etnik adalah "terminologi yang terlalu kuat" untuk digunakan.



Credit  bbc.com







Rezim Assad Terbukti Gunakan Gas Sarin di Idlib


Rezim Assad Terbukti Gunakan Gas Sarin di Idlib
Rezim Suriah terbukti menggunakan senjata kimia jenis gas sarin dalam serangan di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, pada bulan April lalu. Foto/Istimewa


JENEWA - Angkatan Udara Presiden Suriah Bashar al-Assad melakukan serangan gas sarin di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, pada medio April lalu. Serangan tersebut menewaskan setidaknya 83 warga sipil. Demikian laporan Komisi Penyelidik PBB.

Laporan terakhir Komisi Penyelidik di Suriah menemukan bukti kuat terhadap tuduhan tersebut. Serangan tersebut merupakan satu dari 20 serangan senjata kimia yang dilakukan oleh pemerintah Suriah dalam empat tahun terakhir.

"Kami telah menganalisis semua interpretasi lainnya tentang siapa yang mungkin telah melakukan serangan tersebut," kata ketua komisi Paulo Pinheiro pada sebuah konferensi pers di Jenewa.

"Adalah tugas kami untuk memverifikasi tuduhan ini, dan kami menyimpulkan bahwa serangan ini dilakukan oleh angkatan udara Suriah," jelasnya seperti dikutip dari Associated Press, Kamis (7/9/2017).

Laporan ini adalah laporan ke-14 yang dibuat oleh komisi tersebut sejak dibentuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada tahun 2011, bekerja dari bulan Maret sampa awal Juli. Laporan ini didasarkan pada informasi yang diambil dari citra satelit, video, foto, catatan medis, dan lebih dari 300 wawancara.

"Komisi tersebut menemukan bahwa ada alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa pasukan Suriah menyerang Khan Sheikhoun dengan bom sarin sekitar pukul 6.45 pagi pada tanggal 4 April, yang merupakan kejahatan perang dengan menggunakan senjata kimia dan serangan tanpa pandang bulu di wilayah yang didiami penduduk sipil," bunyi laporan tersebut. .

Komisi tersebut mengatakan bahwa serangan kimia Khan Sheikhoun tersebut menewaskan setidaknya 83 orang dan melukai 293 orang. Serangan itu termasuk di antara empat serangan kimia yang dihitung komisi selama masa penyelidikannya, termasuk penggunaan senjata mengandung klorin di tiga lokasi lainnya.

Dokumen tersebut juga mendokumentasikan 25 insiden penggunaan senjata kimia di Suriah antara Maret 2013 dan Maret 2017, dimana 20 di antaranya dilakukan oleh pasukan pemerintah dan digunakan terutama untuk melawan warga sipil.

Laporan tersebut, yang juga mendokumentasikan pelanggaran oleh cabang al-Qaida dan kelompok militan lainnya di Suriah. Dikatakan bahwa komisi tersebut sangat prihatin dengan dampak serangan udara koalisi terhadap warga sipil di Raqqa, di mana pejuang Suriah yang didukung Amerika Serikat (AS) sedang berjuang melawan ISIS. Laporan ini juga menuduh pasukan AS gagal melakukan semua tindakan pencegahan yang layak untuk melindungi warga sipil saat menyerang sebuah masjid di dekat Aleppo pada bulan Maret. 




Credit  sindonews.com








Netanyahu: Israel Nikmati Kerja Sama Terbesar dengan Negara-negara Arab


Netanyahu: Israel Nikmati Kerja Sama Terbesar dengan Negara-negara Arab
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto/REUTERS/Amir Cohen


TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengakui bahwa negaranya menikmati kerja sama terbesar sepanjang sejarah dengan negara-negara Arab. Menurutnya, level kerja sama yang besar ini mengalahkan kesepakatan yang pernah dibuat Israel dengan Mesir dan Yordania.

Dalam prakteknya, kata dia, ada kerja sama dalam cara-cara yang berbeda dan pada tingkat yang berbeda, meski tidak bersifat publik. “Meskipun tidak umum, ini jauh lebih besar daripada periode lain dalam sejarah Israel. Ini adalah perubahan besar,” kata Netanyahu.

Meski demikian, Netanyahu tidak merinci negara-negara Arab mana saja yang telah melakukan kerja sama besar dengan Israel.

Dia mengaku optimistis tentang eksistensi Israel di dunia. Tak hanya dengan dunia Arab, menurutnya, aliansi dengan Amerika Serikat juga lebih kuat dari sebelumnya.

”Ada banyak terobosan di semua benua; kami kembali ke Afrika dan perluasan bantuan teknis kami di sana yang mengarah pada ketertarikan besar pada benua ini,” ujar dia, seperti dikutip dari Jerusalem Post, Kamis (7/9/2017).

Terobosan penting juga dilakukan Israel pada tahun lalu di Asia, yakni kerja sama dengan China, India, Jepang  dan juga dengan negara-negara Muslim terutama Azerbaijan dan Kazakhstan yang dia kunjungi pada bulan Desember lalu.

Netanyahu juga memuji perubahan besar dalam hal kerja sama dengan Rusia yang mencakup kepentingan ekonomi dan budaya. Menurutnya, koordinasi dengan Moskow sangat penting dalam menghadapi konflik di Suriah.

Pemimpin Tel Aviv ini menyayangkan belum berubahnya kondisi masyarakat Palestina. ”Seluruh dunia berubah,” katanya.

“Yang kita miliki di sini adalah perubahan besar yang terjadi, sayangnya, orang-orang Palestina masih belum mengubah kondisi mereka untuk pengaturan diplomatik yang tidak dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat.”




Credit  sindonews.com






Hizbullah: Latihan Militer Jadi Bukti Israel Takut Kepada Kami


Hizbullah: Latihan Militer Jadi Bukti Israel Takut Kepada Kami
Pejabat Hizbullah mengatakan, latihan militer ini menunjukan sejatinya Israel takut akan kemampuan Hizbullah. Foto/Istimewa


BEIRUT - Hizbullah angkat bicara mengenai latihan perang yang dilakukan oleh militer Israel. Dalam latihan militer terbesar dalam satu dasawarsa itu, militer Israel akan "mengalahkan Hizbullah" dalam sejumlah simulasi.

Seorang pejabat Hizbullah mengatakan, latihan militer ini menunjukan sejatinya Israel takut akan kemampuan Hizbullah. Dia lalu mengatakan, Hizbullah akan siap untuk menghadapi setiap ancaman yang ditampilkan Israel.

"Hizbullah selalu waspada dan siap menghadapi setiap skenario atau serangan Israel. Kami tidak akan terkejut," kata pejabat itu dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Israel Hayom pada Rabu (6/9).

"Israel menyadari kemampuan Hizbullah. Kekalahan yang mereka derita dalam konflik terakhir di musim panas 2006 telah menghalangi mereka untuk menyerang pasukan kami. Kami yakin latihan terbesar yang telah mereka lakukan dalam 20 tahun terakhir berhubungan langsung dengan kemampuan militer kami," imbuhnya.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan menggelar latihan tersebut selama 10 hari, dimulai pada Selasa kemarin. Puluhan ribu personel IDF dijadwalkan untuk berpartisipasi dalam latihan tersebut, termasuk pasukan cadangan dan tim SAR. 





Credit  sindonews.com





Latihan Militer, Israel Simulasikan Perang dengan Hizbullah


Latihan Militer, Israel Simulasikan Perang dengan Hizbullah
Israel gelar latihan militer terbesar dengan mensimulasikan perang dengan Hizbullah. Foto/Istimewa


JERUSALEM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memulai latihan selama 10 hari pada Selasa kemarin. Dalam latihan militer terbesar dalam satu dasawarsa itu, mereka akan "mengalahkan Hizbullah" dalam sejumlah simulasi, seperti dilaporkan media Israel Haaretz.

Puluhan ribu personel IDF dijadwalkan untuk berpartisipasi dalam latihan tersebut, termasuk pasukan cadangan dan tim SAR. Ini adalah simulasi perang terbesar Israel sejak tahun 1998.

"Tujuan dari diikutsertakannya pasukan cadangan adalah untuk mempersiapkan pasukan cadangan untuk berperang di area utara dan untuk menyesuaikannya dengan perubahan serta ancaman yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir," jelas seorang pejabat Angkatan Darat Israel, dilansir dari Sputnik, Kamis (6/9/2017).

Bagian dari misi tersebut mencakup mengevakuasi warga Israel dari garis depan medan perang, yang juga dikenal sebagai rencana "Safe Distance".

Latihan perang dimaksudkan untuk mengatasi kegagalan operasional di ranah intelijen dan komunikasi yang dialami militer Israel selama Perang Lebanon Kedua tahun 2006 lalu. Empat puluh petugas akan mengawasi latihan yang dijuluki "Cahaya Butir", untuk menentukan bidang kekuatan dan kelemahan.

Pada awal Mei, Hizbullah menjadi sasaran serangan udara Israel dua kali. Insiden ini membuat analis percaya bahwa Israel mungkin akan membuka serangan yang lebih besar terhadap kelompok Syiah Lebanon dalam waktu dekat.

"Ini adalah sebuah kesalahan untuk percaya karena sebuah kelompok besar pasukan Hizbullah ditempatkan di Suriah. Hizbullah tidak akan membalas dendam terhadap provokasi Israel," kata seorang sumber militer Lebanon.

"Apalagi jika Israel menyerang Hizbullah di Libanon. Jangan lupa bahwa melawan Israel adalah, dan, raison d'etat (prinsip dasar perilaku internasional,red) dari Hizbullah," sambung pejabat tersebut saat itu.




Credit  sindonews.com







Kesepakatan Nuklir Dikhawatirkan Bisa Jadikan Iran sebagai Korut Kedua


Kesepakatan Nuklir Dikhawatirkan Bisa Jadikan Iran sebagai Korut Kedua
Dubes AS untuk PBB, Nikki Haley memperingatkan, jika tidak diubah, kesepakatan nuklir Iran bisa mengubah Teheran menjadi Korea Utara kedua. Foto/Reuters


NEW YORK - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Nikki Haley memperingatkan, jika tidak diubah, kesepakatan nuklir Iran bisa mengubah Teheran menjadi Korea Utara (Korut) kedua. Haley menyatakan, ia yakin sudah saatnya untuk memeriksa kembali kesepakatan nuklir, yang menurutnya penuh dengan cacat.

Seperti dilansir Al Arabiya pada Rabu (6/9), menurut Haley, jika tidak segera direvisi, ia khawatir Iran akan mengembangkan senjata nuklir yang bisa mengancam AS, layaknya Korut.

"Kita seharusnya tidak terikat pada kesepakatan apapun dan mengorbankan keamanan AS untuk mengatakan bahwa kita akan melakukannya," sambungnya dalam sebuah pernyataan.

Dalam kesepakatan yang ditandatangani oleh Iran dan 6 kekuatan dunia, Teheran seharusnya menghentikan program nuklirnya, mengizinkan pemeriksaan di situs nuklir dengan imbalan Washington dan sekutunya mengangkat beberapa sanksi. Sejauh ini, badan pengawas nuklir IAEA dan Departemen Luar Negeri AS telah melaporkan bahwa Teheran telah mematuhi ketentuan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), inti dari kesepakatan tersebut.

Tapi, Haley dan tokoh berpengaruh lainnya di pemerintahan Donald Trump berpendapat, Iran terus mengembangkan program rudal balisitiknya, yang dalam pandangan AS adalah pelanggaran terhadap kesepakatan itu.

Haley berpendapat, pengembangan rudal balistik yang terus berlanjut di Teheran, dan dugaan dukungan terhadap terorisme global harus diperhitungkan. Dia memperingatkan, saat persyaratan JCPOA berakhr pada tahun 2025, itu membuka jalan bagi Iran untuk melanjutkan penelitian senjata.

"Itu adalah hari ketika militer Iran mungkin sudah memiliki teknologi rudal untuk mengirim hulu ledak nuklir ke AS, sebuah teknologi yang baru saja dikembangkan Korut," katanya. 




Credit  sindonews.com





Situasi Memanas, China Latihan Tembak Jatuh Rudal di Dekat Korut


Situasi Memanas, China Latihan Tembak Jatuh Rudal di Dekat Korut
Sistem rudal pertahanan udara HQ-6 China menembakkan misil dalam latihan menembak jatuh rudal di dekat perbatasan China-Korea Utara. Foto/Li Ming/Xie Biao/eng.chinamil.com.cn


BEIJING - Militer China menembak jatuh peluru kendali (rudal) dekat perbatasan Korea Utara (Korut) dalam sebuah latihan tembak. Beijing pamer kekuatan setelah krisis nuklir Pyongyang memanas.

Rudal yang ditembak jatuh menimbulkan ledakan eksplosif di dekat perbatasan kedua negara. Militer China mengklaim, latihan tembak di dekat Semenanjung Korea sebagai latihan untuk mempertahankan diri dari serangan pre-emptive (mendadak) yang mungkin muncul dari tetanggany di tengah situasi yang tidak menentu.

Militer Beijing dalam situs resminya mengumumkan bahwa sebuah batalion pertahanan udara  dan brigade rudal China melakukan latihan tembak di kawasan Teluk Bohai di China timur pada hari Selasa.

Pamer kekuatan itu mengandalkan sistem rudal pertahanan udara HQ-6. Sistem pertahanan tersebut diklaim berhasil menembak jatuh rudal target di laut dan udara dalam sebuah simulasi.

Latihan digelar tak lama setelah komandan baru Angkatan Udara China, Letnan Jenderal Ding Laihang mengatakan bahwa tentaranya akan terus berubah dari sebuah unit pertahanan  teritorial menjadi sebuah armada yang diperluas yang dapat melindungi kepentingan nasional di manapun di dunia.

”Di masa lalu, strategi dan panduan kami terfokus pada pertahanan udara teritorial. Kini, kami mengalihkan perhatian untuk mengasah kemampuan kami dalam hal proyeksi strategis jangka panjang dan serangan jarak jauh,” kata Laihang di situs militer tersebut, seperti dilansir Russia Today, semalam (6/9/2017).

“Angkatan Udara (China) akan terus melakukan pelatihan (tembakan rudal) jarak jauh dan bukan sekadar kekuatan strategis,” imbuh dia. 




Credit  sindonews.com




Trump Bilang Aksi Militer AS terhadap Korut Bukan Pilihan Pertama


Trump Bilang Aksi Militer AS terhadap Korut Bukan Pilihan Pertama
Presiden Amerika Serikat Donald John Trump bersama wakilnya, Mike Pence. Foto/REUTERS


WASHINGTON - Presiden Donald Trump mengatakan, aksi militer Amerika Serikat (AS) terhadap Korea Utara (Korut) bukan pilihan pertama dari berbagai opsi yang sedang dipertimbangkan.

Komentar Trump ini muncul beberapa hari setelah Menteri Pertahanan James Norman Mattis mengancam akan menyamut rezim Pyongyang dengan respons militer besar-besaran jika Korut terus mengancam Washington dan sekutu-sekutunya.

Presiden Trump mengaku telah melakukan diskusi yang kuat dan blakblakan dengan Presiden China Xi Jinping mengenai masalah nuklir Pyongyang.

”Presiden Xi ingin melakukan sesuatu, kita akan melihat apakah dia bisa lakukan. Tapi, kami  tidak akan tahan dengan apa yang terjadi di Korea Utara,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, hari Rabu, yang dilansir Reuters, Kamis (7/9/2017).

”Saya percaya bahwa Presiden Xi setuju dengan saya 100 persen. Kami melakukan pembicaraan di telepon yang sangat dan sangat jujur,” ujar Trump.

Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut telah melakukan uji coba senjata nuklir keenam kalinya pada hari Minggu. Tes senjata nuklir jenis bom hidrogen itu dikecam Pentagon dengan mengancam akan memberikan respons militer besar-besaran jika Korut terus mengancam Washington dan sekutu-sekutunya.

“Akan disambut dengan sebuah respons militer yang besar, sebuah respon yang efektif dan luar biasa,” kata Mattis.

”Kami tidak ingin melihat pemusnahan sebuah negara, yaitu Korea Utara, tapi seperti yang saya katakan, kami memiliki banyak pilihan untuk melakukannya,” ujar kepala Pentagon tersebut. 



Credit  sindonews.com


AS Ingin Bekukan Aset Kim Jong-un dan Melarangnya ke Luar Negeri


AS Ingin Bekukan Aset Kim Jong-un dan Melarangnya ke Luar Negeri
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Foto/REUTERS


NEW YORK - Amerika Serikat (AS) mengumumkan sebuah paket sanksi baru terhadap Korea Utara (Korut) yang ingin Dewan Keamanan (DK) PBB mengadopsinya. Paket sanksi itu mencakup pembekuan aset pemimpin Korut Kim Jong-un di luar negeri dan melarangnya meninggalkan negaranya.

Selain itu, resolusi sanksi dari Washington berisi embargo minyak ke Pyongyang serta larangan negara komunis tersebut mengekspor tekstil.

AS bahkan meminta semua negara tidak mempekerjakan pekerja Korut di luar negeri. rancangan resolusi itu telah dilihat Reuters, semalam.

Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan bahwa dia menginginkan agar 15 anggota DK PBB memberikan dukungan suara untuk rancangan resolusi tersebut pada hari Senin nanti.

Namun Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan bahwa rancangan resolusi dari Washington terlalu prematur.

Belum jelas apakah China yang merupakan sekutu Pyongyang akan mendukung rancangan sanksi tersebut atau menolaknya.

Sebuah resolusi bisa lolos jika setidaknya didukung sembilan anggota DK PBB dan tidak ada hak veto dari AS, Inggris, Prancis, Rusia dan China.

China diketahui memasok sebagian besar minyak mentah ke Korea Utara. Menurut data Korea Selatan, Beijing memasok sekitar 500.000 ton minyak mentah setiap tahunnya ke Pyongyang.

Perusahaan di China, menurut data PBB, juga mengekspor 200.000 ton produk minyak.

Rancangan sanksi diusulkan AS sebagai respons atas uji coba senjata nuklir termutakhir Korut pada hari Minggu lalu. Tes senjata nuklir jenis bom hidrogen itu diklaim Pyongyang berhasil. Uji coba telah menimbulkan getaran gempa 6,3 SR. 




Credit  sindonews.com











Korut: Tidak Ada yang Berhak Usik Program Nuklir Kami


Korut: Tidak Ada yang Berhak Usik Program Nuklir Kami 
Ilustrasi rudal Korut. (KCNA/via Reuters)


Jakarta, CB -- Korea Utara mengatakan tidak ada satu pun pihak yang berhak mengusik senjata nuklir negaranya, setelah Amerika Serikat berupaya mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjatuhkan sanksi baru terhadap Pyongyang.

"Tidak ada yang berhak mengusik uji coba bom hidrogen H untuk rudal antarbenua (ICBM) kami karena ini adalah proses rutin yang tidak terpisahkan dari strategi pertahanan diri yang telah kami pilih untuk keamanan negara," ujar juru bicara menteri luar negeri Korut saat diwawancarai media corong pemerintahnya, KCNA, Rabu (6/9).

Juru bicara itu mengatakan, upaya ini hanya merupakan kamuflase AS yang sebenarnya adalah penyebab utama meningkatnya ketegangan di kawasan.

"[Sanksi] hanyalah upaya menyembunyikan warna asli AS yang di sini adalah penyebab utama meningkatnya ketegangan dan ancaman nuklir di kawasan," ucapnya.


Juru bicara tersebut kemudian mengatakan, selama ini AS hanya memanfaatkan isu pengembangan nuklir Korut untuk mencemarkan nama baik Pyongyang.

"AS sedang berupaya keras mencemarkan nama baik Korut dengan memanfaatkan upaya kami yang tengah mengembangkan senjata nuklir defensif," ujar juru bicara tersebut.

Korut pun bersumpah negaranya akan merespons dengan "serangan balasan" untuk setiap sanksi baru yang akan dijatuhkan pada Pyongyang.

"Kami akan merespons sanksi dan tekanan AS yang kejam dengan serangan balasan. AS bertanggung jawab penuh atas semua konsekuensi dan bencana di masa mendatang," katanya.

AS bersama sejumlah negara lainnya memang tengah mendorong PBB untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap rezim Kim Jong-un untuk merespons uji coba nuklir keenam Korut pada akhir pekan lalu. 


Presiden Rusia Vladimir Putin--salah satu sekutu dekat Kim Jong-un setelah China, pun ikut mengecam uji coba nuklir Korut tersebut dengan mengatakan progam senjata itu bisa menimbulkan bencana global.

Meski begitu, Putin masih mengutamakan jalan damai dan diplomatik untuk menyelesaikan krisis nuklir Korut tersebut.




Credit  cnnindonesia.com






Temui Putin, Moon Jae-in Minta Rusia Bungkam Korut


Temui Putin, Moon Jae-in Minta Rusia Bungkam Korut 
Putin menganggap penyelesaiaan isu nuklir Korut menjadi salah satu prioritas bagi perkembangan di kawasan Asia Timur. (Reuters/Sputnik/Mikhail Klimentyev)



Jakarta, CB -- Presiden Korea Selatan Moon Jae-in meminta Presiden Rusia Vladimir Putin membantu membungkam ambisi nuklir dan rudal Korea Utara yang semakin mengkhawatirkan.

Kepada Putin, Moon mengatakan uji coba nuklir terbaru Pyongyang pada akhir pekan lalu merupakan ancaman sangat serius bagi keamanan kawasan dan global.

"Saya yakin situasi global bisa menjadi tidak terkendali jika Korut tidak menghentikan provokasinya. Karena itu saya berharap bisa bekerja sama untuk menekan Korut agar menghentikan provokasinya," kata Moon saat bertemu dengan Putin di Vladivostok, Rusia, Rabu (6/9).

Seperti dilansir kantor berita Yonhap, Putin juga turut mengecam uji coba senjata yang dilakukan oleh salah satu sekutu terdekatnya itu. Putin menganggap penyelesaiaan isu nuklir Korut menjadi salah satu prioritas bagi perkembangan di kawasan Asia Timur.

Sejauh ini sejumlah negara, terutama Amerika Serikat, terus mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjatuhkan sanksi yang lebih keras bagi Pyongyang.

AS bersama Korsel bahkan mulai mempertimbangkan untuk merespons provokasi Korut tersebut dengan langkah militer.


Namun, Putin menganggap menyelesaikan krisis nuklir Korut tidak bisa hanya mengutamakan sanksi dan tekanan saja.

Menurutnya, jalan diplomatik dan politik masih harus diutamakan seluruh negara berkonflik untuk menyelesaikan ketegangan di Semenanjung Korea.

"Tanpa melalui jalan politik dan diplomatik, tidak mungkin membuat kemajuan yang berarti dalam menyelesaikan situasi saat ini, tidak mungkin sama sekali," kata Putin kepada wartawan dihadapan Moon, seperti dikutip Reuters.

Pertemuan bilateral antara Moon dan Putin dilakukan saat dunia internasional semakin khawatir dengan perkembangan program rudal dan nuklir Pyongyang.


Sebab, uji coba nuklir keenam Korut pada Minggu (3/9) kemarin dianggap menjadi yang paling besar saat ini.

Sebelum melakukan pertemuan bilateral, Moon juga sempat berbincang melalui telepon dengan Putin menanggapi uji coba terbaru nuklir tetangganya di utara itu.

Dalam percakapan itu, Moon menekankan pentingnya komunitas internasional memberikan tekanan dan sanksi yang lebih tegas lagi untuk mendesak Korut menghentikan provokasinya tersebut.





Credit  cnnindonesia.com







Myanmar Lobi China-Rusia Blokir Kritik DK PBB soal Rohingya


Myanmar Lobi China-Rusia Blokir Kritik DK PBB soal Rohingya 
Penasihat Keamanan Nasional Myanmar, Thaung Tun, mengaku bernegosiasi dengan China dan Rusia agar memblokir semua upaya DK PBB yang bermaksud mengkritik kekerasan terhadap etnis Muslim Rohingya di Rakhine. (AFP Photo/Ye Aung Thu)



Jakarta, CB -- Penasihat Keamanan Nasional Myanmar, Thaung Tun, mengaku bernegosiasi dengan China dan Rusia agar memblokir semua upaya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bermaksud mengkritik kekerasan terhadap etnis Muslim Rohingya di Rakhine.

"Kami bernegosiasi dengan sejumlah negara sahabat agar tidak membahasnya di Dewan Keamanan. China adalah teman kami dan kami memiliki pertemanan yang sama dengan Rusia, jadi tidak mungkin isu ini berlanjut," ujar Tun, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (6/9).

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, pun mengatakan bahwa 15 negara anggota DK PBB sudah menggelar rapat terkait isu Rohingya dan sepakat untuk meredakan situasi.

"Kami meminta semuanya tenang. Dewan Keamanan sejauh ini melakukan apa yang dapat kami lakukan," ucap Nebenzia.


Sementara itu, Amerika Serikat sebagai salah satu anggota tetap DK PBB juga hanya mengatakan bahwa mereka memperhatikan secara seksama kekerasan yang terjadi di Myanmar dan dampaknya pada warga sipil, termasuk Rohingya.

"Ini termasuk dugaan kekeasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan dan warga sipil, juga serangan lainnya oleh ARSA," ucap seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS.

Ia juga mengatakan, pihaknya sudah membicarakan masalah Rohingya ini dengan sejumlah pejabat tinggi dan negaqra tetangga.

"Kami menyambut baik indikasi bahwa pemerintah akan memberikan akses bagi bantuan kemanusiaan melalui Palang Merah dan kami akan mempelajari itu lebih jauh," tuturnya.

Setelah menutup diri, Myanmar memang akhirnya membuka akses bantuan kemanusiaan dari Turki untuk warga di Rakhine, di mana bentrokan antara militer dan Rohingya kembali memanas.

Situasi di Rakhine kembali tegang sejak Jumat pekan lalu, ketika kelompok bersenjata Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) menyerang sejumlah pos polisi dan satu pangkalan militer.

Sejak saat itu, militer melakukan operasi pembersihan dengan dalih mengusir "teroris" dari Rakhine.

Namun kenyataannya, mereka juga menyerang Rohingya secara membabi buta hingga merenggut 400 nyawa dan membuat 125 ribu orang mengungsi ke arah Bangladesh.

Konflik ini membuat pemimpin defacto Myanmar, Aung San Suu Kyi, kembali menjadi sorotan internasional. Pemenang Nobel Perdamaian ini awalnya dijagokan dalam pemilu karena diharapkan dapat membawa perubahan dan perdamaian di Myanmar.


Meski demikian, kekerasan terhadap Rohingya masih terus terjadi dan Suu Kyi tetap bungkam. Ia akhirnya buka suara mengenai Rohingya dalam perbincangan dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

"Kami sangat paham bagaimana rasanya ketika hak asasi dan perlindungan demokrasi dirampas. Jadi, kami memastikan semua orang di negara kami terlindugi haknya. Tak hanya secara politik, tapi juga sosial dan kemanusiaan," ujar Suu Kyi.

Namun dalam perbincangan tersebut, Suu Kyi juga mengatakan bahwa kini, banyak informasi salah yang beredar. Informasi itu disebar untuk mendukung kepentingan "teroris" yang merujuk pada ARSA.

ARSA sendiri merupakan kelompok pemberontak yang sejak tahun lalu sudah melakukan perlawanan. Namun, ARSA mengatakan bahwa mereka hanya membela hak Rohingya yang selama ini tertindas di Myanmar, bukan untuk menebar teror. 




Credit  cnnindonesia.com






Indonesia Siap Bawa Masalah Rohingya ke PBB


Indonesia Siap Bawa Masalah Rohingya ke PBB 
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, konflik ini tentu akan dibahas bersama para pemimpin dunia karena Dewan Keamanan PBB juga sudah mulai menaruh perhatian. (CNN Indonesia/Lalu Rahadian)



Jakarta, CB -- Pemerintah Indonesia akan membawa masalah kekerasan yang menimpa etnis Muslim Rohingya di Myanmar ke hadapan Persatuan Bangsa-Bangsa.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, konflik ini tentu akan dibahas bersama para pemimpin dunia karena Dewan Keamanan PBB juga sudah mulai menaruh perhatian.

"Tentu kita akan banyak bicara dengan para pemimpin dunia juga. Tentu akan menjadi bagian pembicaraan juga karena Dewan Keamanan sudah membicarakan," kata JK di kantornya, Jakarta, Selasa (5/9).

JK mengatakan, masalah yang menimpa etnis Rohingya di Myanmar bukan hanya karena masalah agama, tapi juga sejarah, ekonomi, dan politik. Karena itu, ia meminta masyarakat Indonesia tidak terpengaruh konflik di Myanmar.


"Kita harap jangan konflik itu juga terjadi di Indonesia karena kita tidak ada masalah dengan Budha di sini," katanya.

Politisi senior Partai Golkar itu juga angkat bicara menanggapi keberadaan ribuan pengungsi Rohingya yang berada di beberapa daerah, termasuk Indonesia.

Menurutnya, pengungsi Rohingya dari Myanmar sebenarnya tidak bertujuan lari ke Indonesia. Mereka diklaim hendak menuju negara lain yang lebih maju, namun terdampar di Indonesia.

"Kita menampung berapa saja. Kita tampung (sementara) UNHCR mempersiapkan mereka mendapat tempat di negara-negara maju. Mereka tidak mengharapkan pergi ke Indonesia untuk melangsungkan kehidupan. Dia justru ingin pergi ke negara-negara yang lebih maju," tuturnya.




Credit  CNN Indonesia



















Suu Kyi Akhirnya Buka Suara Soal Rohingya


Suu Kyi Akhirnya Buka Suara Soal Rohingya 
Setelah dikecam oleh dunia, Suu Kyi akhirnya buka suara mengenai kondisi di Rakhine, di mana kekerasan militer terhadap Rohingya masih terus terjadi. (Reuters/Soe Zeya Tun)



Jakarta, CB -- Setelah dikecam oleh dunia, pemimpin defacto Myanmar, Aung San Suu Kyi, akhirnya buka suara mengenai kondisi di Rakhine, di mana kekerasan militer terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya masih terus terjadi.

Suu Kyi yang selama ini bungkam, akhirnya melontarkan pernyataannya mengenai konflik di Rakhine saat berbicara dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, melalui sambungan telepon.

"Kami sangat paham bagaimana rasanya ketika hak asasi dan perlindungan demokrasi dirampas. Jadi, kami memastikan semua orang di negara kami terlindugi haknya. Tak hanya secara politik, tapi juga sosial dan kemanusiaan," ujar Suu Kyi.

Namun dalam perbincangan tersebut, Suu Kyi juga mengatakan bahwa kini, banyak informasi salah yang beredar. Informasi itu disebar untuk mendukung "kepentingan teroris."


Suu Kyi tak menjelaskan lebih lanjut pihak yang ia sebut sebagai "teroris." Namun selama ini, pemerintah Myanmar selalu menyebut kelompok bersenjata Pasukan Keselamatan Rohingya Arakan (ARSA) sebagai teroris.

ARSA menyerang sejumlah pos polisi dan satu pangkalan militer di Rakhine pada Jumat lalu, memicu bentrokan antara militer Myanmar dan Rohingya.

Burma Human Rights Network (BHRN) melaporkan, militer tak hanya menghincar ARSA, tapi juga membantai orang Rohingya yang tak terkait dengan serangan itu.

Sejak bentrokan pecah, setidaknya 400 orang tewas dan diperkirakan akan terus bertambah. Namun menurut laporan BHRN, Myanmar terus menutupi konflik ini sehingga warga di Rakhine terperangkap dalam kesengsaraan.

Meski demikian, Erdogan mengatakan kepada CNN bahwa Myanmar kini telah membuka akses bantuan dari negaranya menuju Rakhine.

Sementara itu, sekitar 125 ribu orang Rohingya melarikan diri dari Rakhine ke berbagai tempat, terutama ke Bangladesh.

Akibatnya, terjadi lonjakan pengungsi di Bangladesh yang sebelumnya saja sudah menampung 400 ribu imigran Rohingya. Bangladesh pun terpaksa mengusir orang Rohingya yang datang, membuat nasib mereka kini terkatung-katung.




Credit  cnnindonesia.com







Myanmar diduga tanam ranjau di rute pengungsian Rohingya


Myanmar diduga tanam ranjau di rute pengungsian Rohingya
Sebuah kendaraan melewati pengungsi Rohingya, yang menunggu di pinggir jalan dekat kamp pengungsi sementara Kutupalang, di Cox Bazar, Bangladesh, Rabu (30/8/2017). (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)



Jakarta (CB) - Bangladesh memanggil duta besar Myanmar Rabu kemarin untuk mendesak segera mengakhiri kekerasan di sana yang dampaknya telah mengimbas ke Bangladesh.

Bangladesh juga mengungkapkan keprihatinan terhadap laporan bahwa ranjau darat telah ditanam di sepanjang perbatasan kedua negara di sisi Myanmar.

Paling sedikit 146.000 warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh sejak 15 Agustus silam, kata Mohammed Abdiker, direktur operasi dan keadaan darurat pada Organisasi Migrasi Internasional (IOM).

Kemarin, seorang perwira perbatasan Bangladesh yang meminta namanya tidak disebutkan menyatakan kepada CNN bahwa seorang anak buahnya melaporkan ada insiden dua pengungsi Rohingyas terluka akibat dua ledakan ranjau.

Kedua pengungsi kemudian dibawa melintas ke Bangladesh dan kini tengah dirawat di rumah sakit.

"Itu terjadi di sisi Myanmar di sebelah utara dari wilayah perbatasan," kata sang perwira.

"Beberapa ranjau ditanam di sana, lalu ada orang yang menginjaknya, kemudian meledak, beberapa orang Rohingya terluka," sambung dia seraya menambahkan seorang wanita terputus kakinya, sedangkan seorang anak laki-laki terluka.

"Mungkin saja militer Myanmar telah menanam ranjau. Tidak ada pihak lain yang bisa melakukannya," kata si perwira dalam laman CNN.com.

Dia menyatakan beberapa orang Rohingya telah dilatih untuk menjinakkan ranjau.

Seorang pejabat kemanusiaan di Cox's Bazar, Bangladesh, membenarkan ada pengungsi yang terluka akibat ranjau.





Credit  antaranews.com







Pengungsi Rohingya dekati 150.000, PBB ingatkan risiko bencana


Pengungsi Rohingya dekati 150.000, PBB ingatkan risiko bencana
Seorang perempuan pengungsi Rohingya menangis setelah menyebrangi perbatasan Bangladesh-Myanmar menggunakan perahu melalui Teluk Benggala di Teknaf, Bangladesh, Selasa (5/9/2017). (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain/djo/17)


Yangon/Shamlapur, Bangladesh (CB) - Hampir 150.000 Muslim Rohingya telah meninggalkan Myanmar menuju Bangladesh dalam waktu kurang dari dua pekan menurut para pejabat pada Rabu, setelah pemimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan risiko pembersihan etnis di Myanmar yang bisa merusak stabilitas kawasan yang lebih luas.

Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi menyalahkan "teroris" atas "gunung es besar informasi keliru" mengenai kekerasan di Rakhine State namun dia tidak menyebut eksodus Rohingya sejak kekerasan meletus di sana pada 25 Agustus.

Dia menghadapi peningkatan tekanan dari negara-negara berpenduduk Muslim, termasuk Indonesia, tempat ribuan warga Muslim berunjuk rasa menuntut pemutusan hubungan diplomatik dengan Myanmar.

Dalam surat langkanya ke Dewan Keamanan PBB pada Selasa, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menyampaikan kekhawatiran kekerasan di Rakhine berubah menjadi "bencana kemanusiaan".

Wartawan kantor berita Reuters di daerah miskin Cox’s Bazar di negara tetangga Bangladesh menyaksikan perahu-perahu penuh Muslim Rohingya kelelahan tiba di desa perbatasan Shamlapur.

Menurut estimasi terkini para pegawai PBB yang bertugas di Cox's Bazar, pendatang yang tiba hanya dalam waktu 12 hari jumlahnya mencapai 146.000.

Ini menambah jumlah total jumlah warga Rohingya yang mencari perlindungan di Bangladesh sejak Oktober tahun lalu menjadi 233.000.

Pendatang Rohingya yang baru memberi tahu pihak berwenang bahwa tiga perahu yang membawa 100 orang lebih terbalik pada awal Rabu.

Komandan penjaga pantai M.S. Kabir mengatakan enam jasad, termasuk jasad anak, telah ditemukan terdampar di pantai.

Peningkatan kedatangan pengungsi, banyak di antaranya sakit atau terluka, menekan lembaga-lembaga bantuan dan warga yang sudah membantu ratusan ribu pengungsi yang lari dari kekerasan sebelumnya di Myanmar.

Banyak pengungsi yang tidak punya tempat berlindung dan badan-badan bantuan berpacu untuk menyediakan air bersih, sanitasi dan makanan.

"Orang-orang datang hampir tanpa membawa apa pun, jadi harus ada makanan," kata sumber PBB yang bekerja di sana.

"Jadi sekarang kekhawatiran besarnya – dari mana makanan untuk setidaknya orang-orang lanjut usia, anak-anak, perempuan yang datang tanpa suami mereka?"


"Informasi Palsu"


Suu Kyi berbicara lewat telepon dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan, yang menekan dia untuk lebih banyak bekerja membantu 1,1 juta warga Rohingya yang menurut dia menghadapi genosida.

Dalam pernyataan yang disampaikan kantornya di Facebook, Suu Kyi mengatakan pemerintah "sudah mulai membela semua orang di Rakhine dengan cara terbaik yang mungkin" dan memperingatkan kesalahan informasi yang bisa merusak hubungan negara dengan negara lain.

Dia merujuk pada gambar-gambar pembunuhan di Twitter yang diunggah wakil perdana menteri Turki namun kemudian dihapus karena ternyata bukan dari Myanmar.

"Dia mengatakan bahwa informasi palsu semacam yang ditampilkan wakil perdana menteri itu hanya puncak dari gunung es besar informasi keliru yang disengaja untuk menciptakan banyak masalah antara negara-negara berbeda dan ditujukan untuk mempromosikan kepentingan para teroris," menurut pernyataan kantornya.

Suu Kyi pada Rabu bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, yang mengatakan bahwa dia memiliki keprihatinan sama dengan Myanmar mengenai "kekerasan ekstremis" di Rakhine State.

Pemerintahan Modi mengambil langkah tegas mengenai gelombang pengungsian sekitar 40.000 dari Myanmar selama bertahun-tahun, bulan lalu berikrar mendeportasi mereka semua.

Kekerasan terkini di Rakhine State bermula ketika pemberontak Rohingya menyerang puluhan pos polisi dan satu pangkalan angkatan darat.

Bentrok-bentrok lanjutannya dan serangan balasan dari militer telah menewaskan sedikitnya 400 orang dan memicu pengungsian warga desa-desa di sana ke Bangladesh.

Para pejabat di Bangladesh mengatakan pemerintah akan memajukan rencana menjadikan satu pulau terasing yang bebas banjir di Bay of Bengal untuk sementara menampung puluhan ribu warga Rohingya.

Rencana untuk membangun pulau dan menjadikannya sebagai tempat menampung pengungsi dikritik oleh pekerja kemanusiaan ketika diusulkan tahun 2015 dan dihidupkan lagi tahun lalu. Bangladesh berkeras mereka berhak memutuskan di mana mereka akan menampung pengungsi.

Sementara itu, dua sumber pemerintah di Dhaka mengatakan bahwa dalam tiga hari terakhir ada ladang ranjau di perbatasan Myanmar dengan Bangladesh dan menyebut itu ditujukan untuk mencegah kembalinya Muslim Rohingya yang mengungsi.

Bangladesh akan secara formal mengajukan protes pada Rabu mengenai penempatan ranjau di dekat perbatasannya menurut sumber yang secara langsung mengetahui situasi itu namun minta identitasnya tidak disebut karena kepekaan masalah itu.

Namun sumber militer Myanmar mengatakan ladang ranjau sudah ada di sepanjang perbatasan itu pada 1990an untuk mencegah pelanggar batas dan militer sejak itu berusaha mencabutnya, namun tidak ada ranjau yang baru-baru ini ditanam, demikian menurut siaran kantor berita Reuters.




Credit  antaranews.com





AS desak PBB keluarkan embargo minyak terhadap Korea Utara


AS desak PBB keluarkan embargo minyak terhadap Korea Utara
Dewan Keamanan PBB (ANTARANews/Grafis/Awi)



Perserikatan Bangsa-bangsa, (CB) - Amerika Serikat menginginkan Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo minyak terhadap Korea Utara, memutus kegiatan ekspor tekstil negara itu serta melarang mempekerjakan buruh Korea Utara di luar negeri.

AS juga mendesak Dewan Keamanan untuk menerapkan pembekuan aset serta larangan perjalanan terhadap pemimpin Korut Kim Jong Un, demikian menurut rancangan resolusi yang dibaca Reuters, Rabu.

Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-bangsa Nikki Haley mengatakan ia menginginkan agar kelima belas anggota Dewan Keamanan pada Senin melakukan pemungutan suara terhadap rancangan resolusi. Namun, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan "terlalu dini" untuk menyelenggarakan pemungutan suara.

Belum ada kejelasan soal apakah rancang resolusi itu telah mendapat dukungan China.

Untuk dapat disahkan, resolusi harus didukung sembilan negara dan tidak ada veto (penolakan) dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia atau China.

China memasok sebagian besar kebutuhan minyak mentah Korea Utara.

Menurut data Korea Selatan, pasokan minyak mentah yang dikirim Beijing untuk Korut berjumlah sekitar 500.000 ton setiap tahun.

China juga mengekspor 200.000 ton produk minyak ke Korut, menurut data PBB.

Rancangan resolusi juga akan berisi larangan bagi Korea Utara untuk mengubah bentuk produk-produk minyak bumi yang sudah disuling dan gas alam cair.

Dewan Keamanan bulan lalu mengeluarkan sejumlah sanksi baru atas uji coba rudal jarak jauh yang dilakukan Korut pada Juli. Resolusi 5 Agustus berisi sanksi tersebut ditujukan untuk memangkas sepertiga pendapatan ekspor tahunan Pyongyang yang bernilai tiga miliar dolar, yaitu dengan melarang ekspor batu bara, besi, metal dan makanan laut.

Resolusi 5 Agustus telah membatasi jumlah warga Korea Utara yang bekerja di luar negeri hingga tingkat saat ini. Rancangan resolusi yang baru akan sama sekali melarang berbagai pihak mempekerjakan warga Korea Utara di luar negeri.

Beberapa diplomat memperkirakan ada 60.000 hingga 100.000 warga Korut yang bekerja di luar negaranya.

Seorang penyelidik PBB untuk hak asasi manusia mengatakan pada 2015 bahwa Korea Utara memaksa lebih dari 50.000 warganya untuk bekerja di luar negeri, terutama di Rusia dan China, yang memberikan keuntungan antara 1,2 miliar dan 2,3 miliar dolar AS dalam satu tahun.

Menurut rancangan resolusi, Korut akan dilarang mengekspor tekstil, yang merupakan komoditi ekspor kedua negara tersebut setelah batu bara dan berbagai macam mineral lainnya. Hampir 80 persen ekspor tekstil dikirim ke China.

Aset maskapai penerbangan Korut yang dikendalikan militer, Air Koryo, akan dibekukan jika rancangan resolusi disahkan.

Air Koryo menyediakan penerbangan ke Beijing dan sejumlah kota lainnya di China, termasuk Dandong, yang merupakan titik transit utama perdagangan antara kedua negara.

Air Koryo juga melayani rute ke Vladivostok di Rusia.






Credit  antaranews.com




PBB peringatkan dampak "retorika konfrontasi" soal Korea Utara


PBB peringatkan dampak
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. (REUTERS/Pierre Albouy)



Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB (CB) - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Selasa memperingatkan konsekuensi penggunaan "retorika konfrontasi" mengenai Korea Utara dan mengatakan bahwa negara-negara kuat harus membuat strategi tunggal untuk mengatasi krisis tersebut.

Guterres tampaknya ingin mengkritik kepemimpinan Korea Utara dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang memperingatkan bahwa Pyongyang akan menghadapi "serangan dan kemurkaan" jika terus  mengancam Amerika Serikat.

"Retorika konfrontasi bisa menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Solusinya harus politis," kata Guterres.

"Konsekuensi potensial tindakan militer sangat mengerikan," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Pemimpin PBB meminta Dewan Keamanan menunjukkan kesatuan dan menyetujui langkah-langkah lanjutan, sehari setelah Amerika Serikat saling melontarkan pernyataan dengan Rusia dan China menanggapi uji coba nuklir keenam dan terkuat Korea Utara.

Amerika Serikat mendorong sanksi PBB yang lebih keras, tetapi Rusia dan China menyerukan dialog dengan Pyongyang tentang denuklirisasi di semenanjung Korea.

Rusia berpendapat sanksi-sanksi saja tidak akan bisa menyelesaikan krisis itu dan mendukung usul China untuk membuka perundingan dengan dasar pembekuan uji nuklir dan rudal Korea Utara dengan pertukaran penangguhan latihan militer Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Nikki Haley menolak usul itu dan mengatakan bahwa negaranya tidak akan mengubah postur militernya ketika Korea Utara merangseng maju dengan program nuklir dan rudalnya.

Guterres mengatakan dia tidak mendukung salah satu usul, namun menekankan bahwa respons terpadu merupakan satu-satunya jalan mendorong solusi diplomatik.

"Kesatuan Dewan Keamanan jelas sangat penting," katanya, mendesak negara-negara "maju bersama dengan strategi tunggal dalam menghadapi pemerintah DPRK", singkatan dari nama formal Korea Utara.

Sekretaris Jenderal PBB menawarkan bantuan untuk membawa solusi, namun mengakui bahwa "pengaruh PBB terbatas." 





Credit  antaranews.com