Senin, 10 April 2017

Mengenal Pesawat Angkut Militer C-17 Globemaster III



Mengenal Pesawat Angkut Militer C-17 Globemaster III
Boeing C-17 Globemaster III adalah pesawat angkut berat militer dengan sayap tinggi, empat mesin, dan bentuk ekor T. Pesawat angkut ini mampu membawa kargo maksimum 76.519 kg, 102 pasukan payung, dan 54 pasien rawat jalan bersama paramedisnya. REUTERS/Randall Hill


 Mengenal Pesawat Angkut Militer C-17 Globemaster III

Boeing C-17 Globemaster III dirancang untuk menggantikan C-141 Starlifter. C-17 terbang perdana, pada 15 September 1991, dan pesawat pertama dikirim ke Angkatan Udara Amerika Serikat, pada 14 Juni 1993. Skuadron pertama pesawat angkut C-17 resmi beroperasi, pada 17 Januari 1995. boeing.com



Mengenal Pesawat Angkut Militer C-17 Globemaster III
Pesawat angkut militer C-17 Globemaster III mempunyai ruang kargo yang luas, sehingga dapat membawa kendaraan beroda besar, tank, helikopter (seperti AH-16 Apache), artileri, dan persenjataan seperti sistem pertahanan udara Patriot. AFP/Alexander Klein


Mengenal Pesawat Angkut Militer C-17 Globemaster III
Pesawat C-17 Globemaster III dapat dilibatkan dalam misi pengiriman pasukan dan persenjataan dengan cepat. Berbagai kargo dapat diangkut ke pangkalan utama atau langsung ke tempat penyebaran. Fleksibilitas dan kemampuan C-17 sangat diperlukan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat. boeing.com


Mengenal Pesawat Angkut Militer C-17 Globemaster III
Kecepatan jelajah Boeing C-17 Globemaster III antara 0,74-0,77 Mach atau 913,8 km/jam-950,8km/jam. Dengan muatan seberat 72.575kg, C-17 dapat terbang sejauh 4444,8 km tanpa pengisian bahan bakar di udara. Dengan pengisian bahan bakar di udara, Globemaster III dapat terbang antar benua. Kevork Djansezian/Getty Images/AFP

Mengenal Pesawat Angkut Militer C-17 Globemaster III
Pesawat angkut C-17 Globemaster III dapat mendarat di landasan pendek (1.064m) dengan lebar 27,4m. Hingga kini, Boeing telah mengirim 700 C-17 ke 44 negara, sebanyak 218 pesawat dikirim ke Angkatan Udara Amerika Serikat. Kevork Djansezian/Getty Images/AFP






Credit  tempo.co








Asteroid Besar Dekati Bumi pada 19 April

 
Asteroid Besar Dekati Bumi pada 19 April
AP/NASA/JPL


CB, Jakarta - Asteroid cukup besar yang ditemukan tiga tahun lalu akan melintas mendekati Bumi pada jarak sekitar 1,8 juta kilometer atau 4,6 kali jarak Bumi ke bulan pada 19 April. Demikian diungkapkan Badan Aeronautika dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Asteroid 2014 JO25 yang ditemukan pada Mei 2014 oleh astronom dari Catalina Sky Survey dalam proyek kerja sama NEO Observations Program NASA dan University of Arizona itu berdasarkan hasil pengukuran sementara ukurannya 650 meter, dan permukaannya dua kali lebih reflektif ketimbang bulan.

Meski tidak ada kemungkinan asteroid itu menubruk Bumi, namun itu akan menjadi perjumpaan yang sangat dekat dengan Bumi untuk asteroid seukuran itu, kata NASA di laman resminya pada 7 April.

NASA menyatakan pelintasan 19 April merupakan perjumpaan "terdekat asteroid ini dengan Bumi dalam sedikitnya 400 tahun terakhir dan akan menjadi pertemuan terdekatnya untuk sedikitnya 500 tahun ke depan".

Asteroid itu akan mendekati Bumi dari arah matahari dan akan bisa lihat di langit malam menggunakan teleskop kecil satu atau dua malam setelah 19 April sebelum dia dengan cepat menjauhi Bumi.

Asteroid-asteroid kecil melintasi Bumi dalam jarak ini beberapa kali setiap pekan, namun pelintasan ini merupakan perjumpaan paling dekat yang pernah diketahui untuk asteroid seukuran 2014 JO25 atau yang lebih besar lagi sejak asteroid Toutatis yang ukurannya lima kilometer mendekat pada jarak empat kali jarak Bumi dan bulan pada September 2004.

Pelintasan serupa selanjutnya yang diketahui akan terjadi pada 2027, ketika asteroid 1999 AN10 dengan lebar 800 meter melintas pada satu jarak bulan, sekitar 380.000 kilometer.

Pelintasan 19 April memberi kesempatan untuk mempelajari asteroid ini, dan para astronom berencana mengamatinya menggunakan teleskop di seluruh dunia.

Goldstone Solar System Radar NASA di California dan National Science Foundation’s Arecibo Observatory di Puerto Rico merencanakan pengamatan radar, yang citra-citranya diharapkan bisa mengungkap detail permukaan asteroid itu.






Credit  TEMPO.CO










Jendral Iran-Rusia Bersumpah Lanjutkan Perang di Suriah



Jendral Iran-Rusia Bersumpah Lanjutkan Perang di Suriah
Kepala staf angkatan bersenjata Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri. Foto/Istimewa
 

TEHERAN - Para petinggi tentara Rusia dan Iran bersumpah untuk melanjutkan perang melawan 'teroris' dan pendukungnya di Suriah. Hal itu diungkapkan melalui pembicaraan telepon seperti dilaporkan media Iran.

"Kepala staf angkatan bersenjata Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri dan Jenderal Valery Gerasimov mengutuk operasi Amerika Serikat (AS) terhadap pangkalan udara Suriah yang merupakan agresi terhadap negara yang merdeka," tulis kantor berita Iran, IRNA, dikutip dari Al Arabiya, Minggu (9/4/2017).

Dalam pernyataan bersama mereka menyebut serangan AS bertujuan memperlambat kemenangan tentara Suriah dan sekutunya, dan memperkuat kelompok teroris.

"Kedua pemimpin militer bersumpah untuk melanjutkan kerjasama militer mereka dalam mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad sampai kekalahan total teroris dan orang-orang yang mendukung mereka", menurut kantor berita Mehr.

Iran dan Rusia adalah sekutu terdekat Assad dan melabeli semua penentang rezim sebagai "teroris".

Kedua pemerintah telah membela Assad terhadap tuduhan Barat bahwa rezimnya melakukan serangan yang diduga senjata kimia di kota yang dikuasai pemberontak Khan Sheikhun. Serangan tersebut menewaskan puluhan warga sipil.

Presiden Hassan Rouhani sebelumnya mengkritik timpalannya dari AS Donald Trump untuk rudal ditembakkan Jumat pagi dalam menanggapi serangan kimia yang dicurigai.

"Orang ini yang kini di kantor di Amerika mengklaim bahwa ia ingin memerangi terorisme tapi hari ini semua teroris di Suriah merayakan serangan AS," katanya.




Credit  sindonews.com





Pakar Sebut Serangan AS ke Suriah Bikin Kim Jong-un Bersembunyi



Pakar Sebut Serangan AS ke Suriah Bikin Kim Jong-un Bersembunyi
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dinilai pakar akan bersembunyi setelah melihat serangan AS terhadap Suriah. Foto / REUTERS
 

WASHINGTON - Pakar militer ternama, Gordon Chang, meyakini bahwa diktator muda Korea Utara (Korut) Kim Jong-un akan bersembunyi setelah serangan rudal-rudal jelajah Amerika Serikat (AS) terhadap Suriah. Pyongyang sebelumnya mengutuk serangan AS ke Suriah sebagai agresi tak termaafkan.

”Ayah Kim (Jong-un), Kim Jong-il, menghilang dari pandangan publik selama sekitar enam minggu pada tahun 2003 pada saat perang Irak,” kata Chang, seperti dikutip dari Fox News, Minggu (9/4/2017).

”Kim Jong-un mencintai sorotan publik, dan (serangan itu) itu akan memberitahu jika dia juga akan pergi bersembunyi,” ujar kolumnis Daily Beast yang juga penulis buku “Nuclear Showdown: North Korea Takes On The World”.

Presiden Donald Trump telah mengambil beberapa strategi untuk menghadapi rezim Korut. Di antaranya serangan nuklir hingga pembunuhan terhadap Kim Jong-un. Pemerintah Trump juga siap bertindak sendiri jika China tidak bersedia membantu.

Menurut Chang, serangaan AS ke Suriah juga untuk dipamerkan kepada Presiden China Xi Jinping yang berkunjung ke Florida untuk bertemu Trump.”Sebagai peringatan untuk Tentara Pembebasan Rakyat China, yang telah meremehkan Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS,” katanya.

“Xi Jinping, pemimpin China mengunjungi Mar-a-Lago, hampir pasti menafsirkan serangan itu sebagai tanda hormat kepadanya,” imbuh Chang.

Pensiunan jenderal bintang empat AS, Jack Keane, menjelaskan kepada Fox News bahwa AS tidak bisa kompromi dengan Korut. “(AS) bergerak cepat dan berbahaya menuju realitas di mana opsi militer adalah satu-satunya untuk membuat menjalankan denuklirisasi dan menghentikan (program) senjata (rudal balistik antarbenua),” ujarnya.

Reva Goujon, Wakil Presiden Stratfor, sebuah perusahaan analisis geopolitik menggaris bawahi komitmen dari ucapan Presiden Trump. ”Ini adalah Trump yang mengatakan,‘Tidak, saya ini seorang dari kata-kata saya’,” ujarnya menirukan ucapan khas Trump kepada CNBC.

“ 'Ketika saya membuat ancaman, saya akan menindaklanjuti’. Itu tentu sesuatu yang membuat China dan Korut akan berpikir,” imbuh dia melanjutkan ucapan Trump. 



Credit  sindonews.com







AS: Serbuan Rudal ke Suriah Warning bagi Rezim Kim Jong-un!



AS: Serbuan Rudal ke Suriah Warning bagi Rezim Kim Jong-un!
Kapal perang AS USS Porter tembakkan 59 rudal jelajah Tomahawk pada Jumat (7/4/2017) dengan target pangkalan udara Shayrat, Suriah. Serbuan rudal ini jadi peringatan bagi rezim Kim Jong-un. Foto / Courtesy U.S. Navy
 

WASHINGTON - Serbuan rudal-rudal jelajah Tomahawk terhadap Suriah pekan lalu telah dirancang sebagai warning atau peringatan keras bagi rezim Kim Jong-un, penguasa Korea Utara (Korut). Peringatan ini disampaikan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.

”Jika Anda melanggar perjanjian internasional, jika Anda gagal untuk memenuhi komitmen, jika Anda menjadi ancaman bagi orang lain, respons di beberapa titik kemungkinan akan dilakukan,” kata Tillerson dalam program “This Week” di stasiun televisi ABC, semalam.

AS meluncurkan 59 rudal jelajah Tomahawk pada Kamis malam atau Jumat dini hari waktu Suriah terhadap pangkalan udara Shayrat, Homs, yang diyakini AS sebagai lokasi pasukan rezim Presiden Bashar Assad meluncurkan serangan senjata kimia. Dugaan serangan senjata kimia mengerikan itu terjadi di Khan Sheikhoun, Idlib, yang menewaskan lebih dari 85 orang, termasuk banyak bocah yang tak bersalah.

 
Menlu Tillerson mengatakan serangan terbaru Amerika itu juga dimaksudkan untuk mengirim pesan ke Pyongyang, yang dalam beberapa pekan terakhir menguji tembak beberapa rudal balistik.

”Jika kita menilai bahwa mereka telah menyempurnakan jenis sistem pengiriman (rudal balistik antarbenua) maka akan menjadi tahap yang sangat serius dari pengembangan lebih lanjut,” ujar Tillerson saat ditanya apakah Presiden Donald Trump akan mempertimbangkan pengembangan rudal balistik antarbenua Korut sebagai kategori melewati “garis merah”.

”Saya pikir ada pandangan bersama dan tidak ada silang pendapat tentang berapa berbahayanya situasi yang telah terjadi,” kata Tillerson, yang dikutip Senin (10/4/2017).

Komentar Menlu Tillerson ini muncul setelah Pentagon pada Sabtu malam untuk mengerahkan armada kapal induk ke Semenanjung Korea untuk mendekati wilayah Korut.

Penasihat Keamanan Nasional Trump, H.R. McMaster, menyebut langkah AS sebagai hal yang "prudent". ”Ini adalah sebuah rezim nakal yang kini (menjadi) rezim berkemampuan nuklir, sehingga Presiden telah meminta kami untuk siap guna memberinya berbagai macam pilihan untuk melenyapkan ancaman terhadap rakyat Amerika, sekutu dan mitra di wilayah itu,” kata McMaster dalam program "Fox News Sunday”.

Pada hari Minggu, para pejabat Korut menyebut aksi AS di Suriah sebagai “agresi tak termaafkan”. Korut  mengklaim serangan AS itu membuktikan bahwa kepemilikan senjata nuklir Pyongyang dibenarkan untuk melindungi diri terhadap Washington yang bergerak sembrono untuk perang.



Credit  sindonews.com





Respons Korut, AS Kirim Pasukan Serbu ke Semenanjung Korea

 Respons Korut, AS Kirim Pasukan Serbu ke Semenanjung Korea Kelompok serbu ini bergerak dari Singapura dengan kapal induk Carl Vinson. (U.S. Navy Photo by Mass Communication Specialist 3rd Class Tom Tonthat/Handout via Reuters)


Jakarta, CB -- Amerika Serikat mengerahkan pasukan serbu Angkatan Laut negaranya ke Semenanjung Korea sebagai respons atas perilaku Korea Utara yang kembali melakukan provokasi dengan peluncuran rudal pekan lalu.

Kelompok serbu ini bergerak dengan kapal induk Carl Vinson. Seorang pejabat yang tak mau diungkap identitasnya mengatakan kepada Reuters, Sabtu (8/1), bahwa pasukan ini akan berlayar dari Singapura.

Pengerahan pasukan ini dilakukan setelah Presiden AS, Donald Trump, bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping. Dalam pertemuan tersebut, Trump dan pemimpin negara sekutu Korut itu sepakat bahwa situasi di Semenanjung Korea sudah tidak bisa diterima.

"Mereka merupakan rezim kejam yang kini menjadi rezim nuklir dan Presiden Xi dan Presiden Trump sepakat bahwa ini tidak bisa diterima, bahwa penghentian nuklir harus segera dilakukan," ujar penasihat keamanan Gedung Putih, H.R. McMaster, Minggu (9/4).

Korut terus menjadi sorotan setelah pada Tahun Baru lalu, pemimpin tertinggi mereka, Kim Jong-un, memerintahkan penguatan program rudal balistik antar benua (ICBM) negaranya.

Sepanjang tahun ini, Korut pun diduga sudah meluncurkan beberapa rudal, dua di antaranya mencapai perairan di dekat wilayah Jepang. 





Credit  CNN Indonesia



Video






Credit  https://www.youtube.com/watch?v=My5VTdHg6Iw










Pasca Bom, Presiden Mesir Ajukan Darurat Negara Tiga Bulan


Pasca Bom, Presiden Mesir Ajukan Darurat Negara Tiga Bulan 
  Sisi mengumumkan rencana ini tak lama setelah ISIS mengklaim dua serangan yang terjadi di Gereja St George di Kota Tanta dan Katedral St Mark's di Alexandria tersebut. (The Egyptian Presidency/Handout via Reuters)


Jakarta, CB -- Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, mengajukan penerapan status darurat negara selama tiga bulan setelah bom meledak di dua Gereja Koptik pada Minggu (9/4) dan menewaskan setidaknya 44 orang.

"Serangkaian langkah akan diambil, terutama pengumuman status darurat negara untuk tiga bulan setelah langkah legal dan konstitusi diambil," ujar Sisi sebagaimana dikutip Reuters.

Dalam konstitusi Mesir, status darurat negara harus melalui persetujuan Dewan Perwakilan. Diberitakan AFP, proses persetujuan harus dilakukan dalam waktu tujuh hari.

Hukum gawat darurat ini memberikan kuasa lebih kepada polisi untuk melakukan penangkapan, pengawasan, penggerebekan, dan pembatasan ruang gerak.

Sisi mengumumkan rencana ini tak lama setelah ISIS mengklaim dua serangan yang terjadi di Gereja St George di Kota Tanta dan Katedral St Mark's di Alexandria tersebut.

Kementerian Kesehatan Mesir melaporkan, jumlah korban tewas di St George mencapai 27 orang dan 78 lainnya terluka, sementara di St Mark's setidaknya 17 nyawa melayang dan 48 warga luka-luka.

Berdasarkan data Kemlu RI, terdapat sekitar 5.711 warga negara Indonesia di Mesir yang sebagian besar adalah mahasiswa. Namun, Pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia di Mesir mencatat tidak ada WNI yang menjadi korban dalam rangkaian insiden ini.
 
Namun, pihak KBRI melalui Duta Besar Helmy Fauzi meminta semua WNI untuk selalu waspada. Pihak KBRI Mesir juga meminta agar WNI menghindari tempat keramaian yang merupakan titik rawan ancaman terorisme.

"Sejauh ini diperoleh informasi tak ada WNI yang jadi korban pada peristiwa itu. Melalui saluran informal dan kekeluargaan masyarakat Indonesia di Mesir, KBRI Cairo mengimbau agar WNI meningkatkan kewaspadaan," kata Helmy dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com, Minggu (9/4).





Credit  CNN Indonesia



ISIS Bertanggung Jawab Atas Dua Ledakan Bom di Mesir

 
ISIS Bertanggung Jawab Atas Dua Ledakan Bom di Mesir 
  Warga berkumpul di depan Gereja Koptik Mesir usai pemboman yang dilakukan oleh ISIS, Minggu (9/4). REUTERS/Mohamed Abd El Ghany


Jakarta, CB -- Kantor berita Amaq memberitakan jika kelompok Iraq Syria Islamic State (ISIS) bertanggunga jawab atas dua serangan bom di dua gereja di Mesir, Minggu (9/4). Ledakan yang cukup besar itu menewaskan 36 nyawa tercatat hingga pukul 20;30 WIB.

Ledakan pertama terjadi di Gereja St George di kota Tanta, Minggu (9/4). Sedangkan ledakan kedua terjadi di Gereja Kristen Koptik di Alexandria. Dilaoprkan Reuters pukul 20.30 WIB, melaporkan ada 36 korban tewas dalam dua insiden tersebut.

 
Serangan di Tanta menewaskan 25 orang dan membuat 78 orang lainnya mengalami luka. Sedangkan serangan di Alexandria menewaskan 11 orang dan mencederai 35 orang lainnya.

Mengutip CNN, dilaporkan oleh media lokal al-Ahram, ledakan terjadi tepat ketika umat kristiani mengikuti misa minggu Palma atau jelang perayaan Paskah, menandai Pekan Suci bagi umat Kristen.

Paus Tawadros II tengah berada di dalam gereja di Alexandria ketika serangan terjadi. Namun pejabat Kementerian Dalam Negeri Mesir menyatakan, Paus Tawadros II dalam kondisi aman.




Credit  CNN Indonesia






Ledakan di Gereja Kristen Koptik Mesir, 15 Orang Tewas


Ledakan di Gereja Kristen Koptik Mesir, 15 Orang Tewas 
  Ledakan terjadi tepat ketika umat kristiani mengikuti misa minggu Palma atau jelang perayaan Paskah, menandai Pekan Suci bagi umat Kristen. (Reuters/Mohamed Abd El Ghany).


Jakarta, CB -- Sebuah ledakan dalam ibadah pelayanan Minggu di gereja Kristen Koptik di Tanta, Mesir Utara, Minggu (9/4), dilaporkan menewaskan sedikitnya 15 orang dan membuat 40 jemaat gereja mengalami luka-luka.

Mengutip CNN, dilaporkan oleh media lokal al-Ahram, ledakan terjadi tepat ketika umat kristiani mengikuti misa minggu Palma atau jelang perayaan Paskah, menandai Pekan Suci bagi umat Kristen.

Hingga saat ini, belum diketahui persis kondisi dan siapa pelaku teror bom gereja. Namun, ledakan ini bukan pertama kalinya dialami gereja Kristen Koptik di Mesir.

Pada Desember 2016 lalu, sebuah bom mobil di dekat Katedral Koptik di Kairo juga meledak dan menewaskan sedikitnya 25 orang. Sementara, 45 orang lainnya mengalami luka-luka.

Telegraph melansir, umat Kristen di Mesir yang berjumlah 10 persen dari total 91 juta penduduk kerap menjadi sasaran ekstrimis Islam.

Kristen Koptik mendapatkan serangan penganiayaan dan diskriminasi sejak jatuhnya rezim Hosni Mubarak pada 2011 lalu. Bahkan, puluhan orang tewas dalam bentrokan sektarian



Credit  CNN Indonesia


Korban Tewas Bom Beruntun Mesir Mencapai 36 Orang

Korban Tewas Bom Beruntun Mesir Mencapai 36 Orang 
  Warga mencari korban pemboman yang dilakukan ISIS di gereja Alexandria, Mesir, Minggu (9/4). (REUTERS/Fawzy Abdel Hamied)


Jakarta, CB -- Jumlah korban tewas dua serangan di dua gereja yang ada di Mesir terus bertambah, hingga kini tercatat 36 nyawa melayang.

Ledakan pertama terjadi di Gereja St George di kota Tanta, Minggu (9/4). Sedangkan ledakan kedua terjadi di Gereja Kristen Koptik di Alexandria. Dilaoprkan Reuters pukul 20.30 WIB, melaporkan ada 36 korban tewas dalam dua insiden tersebut.

Serangan di Tanta menewaskan 25 orang dan membuat 78 orang lainnya mengalami luka. Sedangkan serangan di Alexandria menewaskan 11 orang dan mencederai 35 orang lainnya.

Pihak berwenanang mengatakan otak di balik serangan itu juga terkuak. Dua serangan diinisiasi oleh pihak yang sama yaitu Iraq Syria Islamic State atau ISIS.

"Grup yang merupakan bagian dari ISIS melakukan dua serangan di gereja yang ada di Tanta dan Alexandria," demikian pernyataan ISIS melalui agensi berita Amaq.

Paus Tawadros II tengahberada di dalam gereja di Alexandria ketika serangan terjadi. Namun pejabat Kementerian Dalam Negeri Mesir menyatakan, Paus Tawadros II dalam kondisi aman.




Credit  CNN Indonesia




Muslim Mesir Donorkan Darah untuk Korban Bom Gereja

 
Muslim Mesir Donorkan Darah untuk Korban Bom Gereja 
  Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki)


Jakarta, CB -- Umat Muslim di Kota Tanta, Mesir, berbondong-bondong ke masjid pada Minggu (9/4). Mereka mengantre untuk mendonorkan darahnya bagi para korban yang terluka dalam serangan bom di salah satu gereja koptik di kota tersebut.

Salah satu pendonor darah, Mohammed Ahmad Hassan, mengaku mendapatkan informasi mengenai kegiatan ini dari pengumuman melalui pengeras suara yang biasanya mengumandangkan azan.

Melalui pengeras suara tersebut, pihak masjid mengumumkan bahwa stok darah di rumah sakit yang menampung korban bom di Gereja St. George itu berkurang drastis.

 
Hassan mengatakan kepada Al Arabiya bahwa banyak umat Muslim menanggapi pengumuman tersebut dan langsung pergi ke masjid.

Menurutnya, kini kantong-kantong darah itu sudah dikirimkan ke bank darah dan Rumah Sakit Umum tempat para korban dirawat.

Aksi solidaritas ini dianggap sebagai harapan di tengah isu diskriminasi terhadap umat Kristen yang berjumlah 10 persen dari total 91 juta penduduk di Mesir.

Isu ini kian kencang setelah pada Minggu ini, bom meledak di dua gereja koptik. Selain di St. George, satu bom juga meledak di Gereja Gereja St. Mark's di Alexandria. Kedua insiden yang diklaim oleh ISIS ini menelan 44 korban nyawa.

Seorang jurnalis Koptik, Sameh Mahrous, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa serangan ini merupakan bukti kegagalan aparat keamanan.

"Mesir sangat serius memerangi ekstremis dan serangan semacam ini selalu meningkat setiap negara meningkatkan pengawasan," kata Mahrous.

Kini, Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, pun mengajukan penerapan status darurat negara selama tiga bulan yang harus melalui persetujuan parlemen.

Hukum gawat darurat ini memberikan kuasa lebih kepada polisi untuk melakukan penangkapan, pengawasan, penggerebekan, dan pembatasan ruang gerak.






Credit  CNN Indonesia







Jumat, 07 April 2017

Mengenal rudal Tomahawk andalan Trump yang dihantamkan ke Suriah



Mengenal rudal Tomahawk andalan Trump yang dihantamkan ke Suriah
Rudal Tomahawk ditembakkan dari salah satu kapal perang Amerika Serikat. (Reuters)


Jakarta (CB) - Rudal andalan Amerika Serikat selama 20 tahun terakhir, Tomahawk atau kapak Indian, tiba-tiba menjadi perhatian dunia militer lagi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan militer negaranya untuk menyerang pangkalan udara Suriah yang dianggap negara itu sebagai asal senjata kimia mematikan diluncurkan Selasa lalu ke Idlib yang dikuasai pemberontak Suriah.

Serangan mengejutkan AS ke sebuah pangkalan udara Suriah dekat Homs itu dilancarkan Kamis pagi waktu setempat. 59 rudal Tomahawk menghujani pangkalan itu setelah dilepaskan dari dua kapal perang destroyer angkatan laut AS di Laut Tengah, yakni USS Ross dan USS Porter.

Rudal berpanjang 6,25 meter dan berbobot 1.590 kg itu diklaim oleh angkatan laut AS sebagai peluru kendali subsonik jarak jauh yang cocok untuk segala cuaca dan bisa diluncurkan baik dari kapal perang maupun kapal selam.

Rudal ini biasanya membawa hulu ledak sampai 454 kg dan dirancang meluncur pada ketinggian rendah yang bisa menembus sasaran di darat dengan pertahanan tangguh sekalipun, dan tingkat akurasi sangat tinggi.

Keunggulan utama senjata ini adalah rudal ini dikendalikan GPS dalam menyasar target sampai sejauh 1.600 km dengan kecepatan subsonik 885 km per jam.

Yang menjadi sasaran rudal ini di Suriah pagi tadi adalah hanggar pesawat tempur, bunker amunisi dan instalasi radar.

Pembuatnya, Raytheon, menyebut Tomahawk senjata "modern, matang, dan ampuh" yang mampu menghajar sasaran dalam tingkat ketepatan sangat tinggi dengan dampak kolateral yang minimal.

Satu unit rudal ini dihargai sekitar 1,5 juta dolar AS.

Peluru kendali canggih ini menjadi bagian sangat penting militer AS dalam Perang Teluk 1991 yang digadang-gadangkan angkatan laut luar biasa sukses.

Tomahawk menjadi bagian instrumental dalam invasi Nato menumbangkan Muammar Gaddafi di Libya pada 2011, selain  berjasa besar untuk AS dalam memerangi ISIS di Timur Tengah.

Pada September 2014, Pentagon meluncurkan 47 peluru kendali dari dua kapal perang --satu di Teluk Persia dan satu di Laut Merah-- ketika perang melawan ISIS meluas ke Suriah.

Menurut Washington Post rudal ini terakhir digelarkan Pentagon Oktober tahun silam dari destroyer-destroyer di Laut Merah dengan membidik tiga sasaran radar di Yaman.

Desember tahun lalu Raytheon mendapatkan kontrak senilai 303,7 juta dolar AS untuk memproduksi 214 Tomahawk Block IV yang digunakan untuk angkatan laut AS, demikian laman The Guardian.



Credit  antaranews.com






Indonesia prihatin serangan rudal AS di Suriah


Indonesia prihatin serangan rudal AS di Suriah
Rudal Tomahawk milik militer AS. (Reuters)

Jakarta (CB) - Pemerintah Indonesia menyatakan prihatin atas serangan rudal yang dilancarkan militer Amerika Serikat ke Suriah, sebagai respons atas dugaan serangan senjata kimia ke sebuah kota di Suriah yang dikuasai kubu pemberontak.

"Adanya serangan rudal Tomahawk AS ke Suriah sebagai respon serangan senjata kimia dua hari lalu, posisi Indonesia sangat mengutuk penggunaan senjata kimia yang memakan banyak korban. Pada saat yang sama, Indonesia prihatin serangan unilateral dari pihak manapun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir di Jakarta, Jumat.

Menurut Arrmanatha, serangan rudal AS ke Suriah itu merupakan tindakam militer sepihak karena dilakukan tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB, dan tidak sejalan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dalam penyelesaian konflik secara damai.

"Bagi Indonesia, stabilitas dan perdamaian di Suriah hanya bisa tercapai melalui dialog, proses politik yang inklusif, dan dengan mengedepankan diplomasi," ujar dia.

Untuk itu, Pemerintah Indonesia menekankan kepada semua pihak untuk dapat menahan diri, menghentikan seluruh tindak kekerasan serta melindungi dan menghormati hak asasi manusia.

"Indonesia mendorong agar akses kemanusiaan terus dibuka agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Suriah," tutur Arrmanatha.

Dia menambahkan, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi juga terus berkoordinasi dengan Wakil Tetap RI di PBB untuk menekankan bahwa Indonesia terus mendesak Dewan Keamanan PBB segera mengambil langkah agar situasi dan masalah di Suriah dapat diselesaikan.

Sebelumnya, seorang pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan sekitar 50 rudal jelajah Tomahawk ditembakkan dari beberapa kapal perusak di perairan Laut Mediterania menuju sebuah pangkalan udara Suriah.

Dalam pidato yang ditayangkan di televisi, Presiden AS Donald Trump mengklaim pangkalan udara tersebut merupakan tempat serangan senjata kimia berasal.

Trump juga menjuluki Presiden Suriah, Bashar al-Assad sebagai seorang "diktator" yang telah "meluncurkan serangan senjata kimia yang mengerikan kepada warga sipil tak berdosa".

Departemen Pertahanan AS mengatakan Rusia, yang menyokong militer Suriah, telah diberitahu sebelum serangan rudal ke Suriah dilaksanakan.

Serangan rudal AS itu merupakan tanggapan atas dugaan penggunaan senjata kimia dalam satu serangan udara di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah.

Menurut laporan media, sebanyak 70 orang tewas, 200 orang lagi cedera pada Selasa, dalam serangan gas di daerah yang dikuasai gerilyawan di Idlib Selatan, Suriah.



Credit  antaranews.coms






Negara pendukung dan penentang Amerika Serikat serang Suriah



Negara pendukung dan penentang Amerika Serikat serang Suriah
Rudal Tomahawk milik militer AS. (Reuters)

Jakarta (ANTARA News) -  Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memerintahkan militernya untuk melancarkan serangan peluru kendali Tomahawk ke pangkalan udara Suriah yang menjadi asal serangan senjata kimia maut diluncurkan, dan menyebut aksi ini untuk kepentingan keamanan nasional Amerika dalam melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Para pejabat tinggi AS mengungkapkan militernya menembakkan puluhan peluru kendali ke pangkalan udara yang digunakan pasukan Suriah, sebagai jawaban AS terhadap serangan gas beracun ke daerah yang dikuasai pemberontak Selasa silam.

Berikut sejumlah negara yang mendukung dan menentang keputusan Trump itu seperti dilansir dari Kantor Berita AFP.

Arab Saudi
Pemerintah Arab Saudi menyatakan pihaknya mendukung penuh serangan udara Amerika Serikat terhadap pangkalan udara pemerintah Suriah sebagai respons atas dugaan serangan kimia di daerah kekuasaan pemberontak.

"Arab Saudi mendukung penuh operasi militer Amerika Serikat terhadap militer Suriah, yang merupakan respons terhadap penggunaan senjata kimia oleh rezim (Suriah) terhadap warga sipil tidak berdosa," ujar pejabat Kementerian Luar Negeri Arab Saudi seperti dilansir kantor berita SPA.

Inggris
"Pemerintah Inggris sepenuhnya mendukung tindakan AS, yang kami yakini sebagai respons yang tepat atas serangan senjata kimia brutal yang dilancarkan rezim Suriah,” kata seorang juru bicara dari pemerintahan dalam sebuah pernyataan.

Dia juga mengatakan serangan AS "bertujuan mencegah serangan lebih lanjut."

Turki
Turki menyambut baik serangan udara itu sebagai sebuah tindakan "positif" dan mendesak masyarakat internasional untuk mempertahankan sikapnya terhadap tindakan "barbarisme" dari Presiden Bashar al Assad.

"Kami menyambut serangan ini sebagai langkah positif, tetapi..... kami yakin bahwa rezim Assad harus dihukum sepenuhnya di arena internasional," kata Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus kepada Fox TV Turki dalam sebuah wawancara, dikutip oleh kantor berita negara Anadolu.

"Masyarakat internasional harus mempertahankan sikapnya untuk menentang barbarisme ini," kata Kurtulmus, yang juga menjabat sebagai juru bicara pemerintah.

Jepang
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengatakan pemerintah Jepang mendukung keputusan pemerintah Amerika Serikat bahwa mereka tidak akan pernah menoleransi distribusi dan penggunaan senjata kimia.

"Kami sangat menghargai komitmen tegas Presiden (Donald) Trump untuk menjaga ketertiban dunia dan perdamaian dan keamanan para sekutu dan seluruh dunia," katanya kepada awak media.

Iran
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Ghassemi seperti dilansir kantor berita Fars mengatakan, "Kami mengecam semua aksi militer sepihak dan serangan rudal kapal perang Amerika Serikat terhadap Pangkalan Udara Shayrat dengan dalih dugaan serangan pada Selasa di Khan Sheikhun."

Rusia
Rusia menyebut serangan militer Amerika Serikat sebagai agresi terhadap negara berdaulat, yang hanya akan memperkeruh hubungan Washington dengan Moskow, ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

"Presiden Putin menganggap serangan Amerika Serikat terhadap Suriah sebagai agres terhadap negara berdaulat yang melanggar norma-norma internasional, dan berdasarkan dalih yang dibuat-buat," ujar Peskov seperti dilansir sejumlah kantor berita Rusia.

IndonesiaPemerintah Indonesia menyatakan prihatin atas serangan rudal yang dilancarkan militer Amerika Serikat ke Suriah.

"Adanya serangan rudal Tomahawk AS ke Suriah sebagai respon serangan senjata kimia dua hari lalu, posisi Indonesia sangat mengutuk penggunaan senjata kimia yang memakan banyak korban. Pada saat yang sama, Indonesia prihatin serangan unilateral dari pihak manapun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, serangan rudal Amerika Serikat ke Suriah itu merupakan tindakan militer sepihak karena dilakukan tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB, dan tidak sejalan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dalam penyelesaian konflik secara damai.

"Bagi Indonesia, stabilitas dan perdamaian di Suriah hanya bisa tercapai melalui dialog, proses politik yang inklusif, dan dengan mengedepankan diplomasi," ujar dia.




Credit  antaranews.com



Arab Saudi dukung AS serang Suriah

 
Arab Saudi dukung AS serang Suriah
Rudal Tomahawk ditembakkan dari salah satu kapal perang Amerika Serikat. (Reuters)


Riyadh (CB) - Pemerintah Arab Saudi pada Jumat menyatakan "sepenuhnya mendukung" serangan udara Amerika Serikat terhadap pangkalan udara pemerintah Suriah sebagai balasan atas dugaan serangan menggunakan senjata kimia di daerah kekuasaan pemberontak.

"Arab Saudi mendukung penuh operasi militer Amerika Serikat terhadap target-target militer di Suriah, yang merupakan respons terhadap penggunaan senjata kimia oleh rezim terhadap warga sipil tidak berdosa," kata pejabat Kementerian Luar Negeri Arab Saudi seperti dilansir SPA, kantor berita resmi negara itu.

Pejabat tersebut mengatakan rezim Suriah hanya bisa menyalahkan diri sendiri setelah "kejahatan keji yang dilakukan rezim selama bertahun-tahun terhadap rakyat Suriah."

Ia menyebut Presiden Amerika Serikat Donald Trump "berani" mengambil tindakan ketika "masyarakat internasional gagal menghentikan tindakan rezim."

Trump mengatakan serangan terhadap Pangkalan Udara Shayrat dengan 59 rudal Tomahawk yang ditembakkan dari kapal perang di Mediterania timur merupakan balasan atas serangan kimia "keji" terhadap daerah kekuasaan pemberontak di Suriah barat laut oleh rezim Damaskus, demikian menurut warta kantor berita AFP. 


Credit  antaranews.com










Isi pidato Trump perintahkan serang pangkalan udara Suriah



Isi pidato Trump perintahkan serang pangkalan udara Suriah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (REUTERS/Kevin Lamarque)


Washington/Palm Beach, Florida (CB) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan militernya untuk melancarkan serangan peluru kendali ke sebuah pangkalan udara Suriah yang menjadi asal serangan senjata kimia maut diluncurkan. Trump menyebut aksinya ini untuk kepentingan keamanan nasional Amerika dalam melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Berikut isi pidato Trump yang memerintahkan serangan ke pangkalan udara Suriah, seperti dikutip Reuters:

Rekan-rekan sebangsaku Amerika: Pada Selasa, diktator Suriah Bashar al-Assad telah melancarkan serangan senjata kimia yang mengerikan terhadap sipil tak berdosa. Dengan menggunakan gas saraf mematikan, Assad mencekik nyawa para pria, wanita, dan anak-anak yang tak berdaya. Bagi begitu banyak orang, itu adalah kematian pelan-pelan yang brutal. Bahkan bayi-bayi lucu dengan kejam dibunuh oleh serangan sangat barbar ini. Seharusnya tak ada satu pun anak-anak Tuhan yang mengalami horor semacam ini.

Malam ini, saya memerintahkan serangan militer terarah ke pangkalan udara di Suriah yang menjadi asal serangan kimia itu diluncurkan. Serangan ini demi kepentingan keamanan nasional Amerika Serikat dalam mencegah dan menghalau penyebaran dan penggunaan senjata kimia mematikan. Tak terbantahkan bahwa Suriah telah menggunakan senjata kimia terlarang ini, melanggar kewajiban-kewajibannya menurut Konvensi Senjata Kimia, dan mengabaikan seruan Dewan Keamanan PBB.

Upaya bertahun-tahun sebelumnya untuk mengubah prilaku Assad telah gagal total dan gagal dengan sangat dramatis. Akibatnya, krisis pengungsi semakin dalam dan kawasan itu terus-terusan terdestabilisasi sehingga mengancam AS dan sekutu-sekutunya.

Malam ini saya menyeru semua bangsa beradab untuk bergabung bersama kita dalam mengakhiri pembantaian dan pertumpahdarahan di Suriah, dan juga untuk mengakhiri terorisme dari segala bentuk dan jenis. Kita memohon kebijaksanaan Tuhan karena kita sedang menghadapi tantangan dari dunia kita ini yang sangat berbahaya. Kami mendoakan kehidupan untuk mereka yang terluka dan untuk jiwa bagi yang gugur. Dan kita berharap sepanjang Amerika membela keadilan, maka perdamaian dan harmoni, pada akhirnya, menang.

Selamat malam. Tuhan memberkati Amerika dan seluruh dunia. Terima kasih.




Credit  antaranews.com




Trump perintahkan hukum Assad, puluhan rudal Tomahawk pun hajar Suriah


Trump perintahkan hukum Assad, puluhan rudal Tomahawk pun hajar Suriah
Rudal Tomahawk milik militer AS. (Reuters)
Serangan ini demi kepentingan keamanan nasional vital Amerika Serikat dalam mencegah dan menghalau penyebaran dan penggunaan senjata kimia berbahaya

Washington/Palm Beach, Florida (CB) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan militernya untuk melancarkan serangan peluru kendali ke sebuah pangkalan udara Suriah yang menjadi asal serangan senjata kimia maut diluncurkan. Trump menyebut aksinya ini untuk kepentingan keamanan nasional Amerika dalam melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Para pejabat tinggi AS mengungkapkan militernya menembakkan puluhan peluru kendali ke pangkalan udara yang digunakan pasukan Suriah, sebagai jawaban AS terhadap serangan gas beracun ke daerah yang dikuasai pemberontak Selasa silam.

Menghadapi krisis kebijakan luar negeri terbesarnya sejak dilantik Januari lalu, Trump mengambil langkah kebijakan paling keras dalam enam tahun perang saudara Suriah. Dan itu juga berarti menempatkan dia dalam risiko besar berhadapan dengan Rusia dan Iran yang merupakan dua sekutu utama Assad.

"Upaya bertahun-tahun sebelumnya untuk mengubah prilaku Assad telah sama sekali gagal dan secara dramatis gagal," kata Trump dari resortnya di Mar-a-Lago saat menjamu Presiden China Xi Jinping.

Sekitar 50 rudal Tomahawk diluncurkan dari dua kapal perang Angkatan Laut AS --USS Porter dan USS Ross-- di Laut Mediterania timur  dengan membidik berbagai target, mulai landasan, pesawat tempur, sampai stasiun pengisian bahan bakar pesawat, di Pangkalan Udara Shayrat.

Dampak dari serangan yang dilancarkan pukul 8:45 waktu setempat (Jumat 8.45 pagi WIB), belum diketahui pasti.

 

Televisi pemerintah Suriah menyebutkan bahwa "agresi Amerika" telah membidik sebuah pangkalan militer Suriah, namun serangan itu akan terpatahkan.

"Malam ini saya memerintahkan serangan militer ke pangkalan udara di Suriah yang menjadi asal serangan kimia diluncurkan. Serangan ini demi kepentingan keamanan nasional vital Amerika Serikat dalam mencegah dan menghalau penyebaran dan penggunaan senjata kimia berbahaya," kata Trump.

"Tak dapat dibantah lagi bahwa Suriah telah menggunakan senjata kimia terlarang, melanggar kewajiban-kewajibannya di bawah konvensi senjata kimia dan mengabaikan Dewan Keamanan PBB," kata Trump lagi.

Trump memerintahkan serangan rudal ini sehari setelah dia menuduh Assad ada di balik serangan senjata kimia pekan ini yang menewaskan paling sedikit 70 orang yang kebanyakan darinya anak-anak, di kota Khan Sheikhoun. Pemerintah Suriah membantah berada di belakang serangan itu.

Trump memilih serangan udara terukur dan tersasar ketimbang serangan penuh kepada pasukan instalasi militer Suriah.

Tanggapan relatif cepat terhadap serangan senjata kimia terjadi setelah Trump dihadapkan pada banyak masalah global, mulai Korea Utara sampai China, Iran dan ISIS. Trump ingin mengirimkan pesan baik kepada sekutu maupun musuhnya bahwa dia tak segan menggunakan kekuatan militer jika dirasa perlu, demikian Reuters.



Credit  antaranews.com





Kamis, 06 April 2017

AS Tidak Memiliki Sistem Pertahanan Lawan Rudal Nuklir Rusia


AS Tidak Memiliki Sistem Pertahanan Lawan Rudal Nuklir Rusia
Rusia dikabarkan menyebarkan dua batalyon rudal SSC-8 di dua kota. Foto/Istimewa
 

WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) rentan dalam menghadapi ancaman rudal jelajah berkemampuan nuklir yang digunakan oleh Moskow bulan lalu. Demikian pernyataan Kepala Komando Strategis AS.

Jenderal AU John Hyten mengatakan kepada anggota Kongres, penyebaran setidaknya dua batalyon dari rudal jelajah SSC-8, disebut juga RK-55 Relief, yang dilakukan oleh Moskow melanggar perjanjian pelucutan senjata 1987. Penyebaran itu juga menempatkan sebagian besar Eropa dalam risiko.

Menurut Komandan Kepala Rudal AS dan Hulu Ledak Nuklir ini, langkah yang dilakukan oleh Moskow membuat AS dan sekutu Eropanya tidak boleh lengah.

"Kami tidak memiliki pertahanan untuk itu, terutama dalam membela sekutu Eropa kami," kata Hyten kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat AS.

"Sistem itu dapat berkisar dan mengancam sebagian besar benua Eropa tergantung di mana itu digunakan. Ini adalah kekhawatiran dan kita akan harus mencari cara untuk menghadapinya sebagai bangsa," imbuhnya seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (6/4/2017).

Menurut Popular Mechanics, rudal yang diluncurkan dari darat ini bisa dilengkapi dengan hulu ledak nuklir dan memiliki jangkauan minimal 1.200 mil. Rudal SSC-8 dikabarkan mirip dengan rudal jelajah Kalibr yang telah dipasang pada sejumlah kapal perang Rusia dan kapal selam.

Setidaknya dua batalyon dari rudal jelajah SSC-8 telah dikerahkan di kota Rusia selatan Volgograd dan lokasi lain yang tidak diketahui, menurut sebuah laporan oleh The New York Times. Rudal itu dilaporkan diuji sejak 2008 dan Rusia tengah mengejar produksinya meski mendapat protes dari pemerintahan Barack Obama.

Bulan lalu, Wakil Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Udara AS Jenderal Paul Selva mengatakan penyebaran SSC-8 Rusia merupakan ancaman bagi AS dan fasilitas sekutu di Eropa. Pernyataan itu disampaikan setelah para pejabat AS mengatakan pada Januari bahwa keberadaan rudal itu melanggar "semangat dan tujuan" dari perjanjian tentang senjata Nuklir yang ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987

Namun, menurut Defense News, Moskow berpendapat bahwa SSC-8 tidak melanggar perjanjian. Sebaliknya, Rusia menuduh AS dan NATO telah mengancam keamanan nasionalnya melalui pembangunan fasilitas militer sepanjang perbatasan negara itu.



Credit  sindonews.com





Hacker Korut Curi Rencana Perang AS-Korsel


Hacker Korut Curi Rencana Perang AS-Korsel
Hacker Korut disebut berhasil mencuri rencana perang rahasia gabungan AS-Korsel dalam sebuah serangan cyber pada September lalu. Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian
 

SEOUL - Hacker Korea Utara (Korut) diyakini telah mengakses masterplan rahasia yang disebut Oplan 5027 dalam sebuah serangan cyber. Oplan 5027 adalah rencana gabungan Amerika Serikat (AS)-Korea Selatan (Korsel) jika perang dengan Korut pecah.

Rencana itu termasuk rencana pengiriman pasukan, target kunci Korut, strategi dan fasilitan kontrol militer di Korut. Sumber-sumber militer Korsel telah mengakui penjatah cyber Korut telah mengakses bagian dari rencana itu yang diretas pada bulan September lalu seperti dikutip dari Daily Star, Rabu (5/4/2017).

Korsel telah mengakui "beberapa informasi militer, termasuk informasi sensitif" dicuri dalam serangan cyber. Tapi sumber pemerintah secara pribadi telah mengakui setidaknya bagian dari Oplan 5027 berada di antara dokumen yang dicuri.

Pelanggaran keamanan mengejutkan ini mendorong kemungkinan jika masterplan tersebut harus benar-benar direncanakan ulang. Sebuah sumber militer mengatakan para pejabat sedang mendiskusikan apakah rencana pertempuran sekarang harus benar-benar dirombak.

AS dan Korsel sendiri saat ini sedang melakukan latihan militer bersama dalam persiapan untuk kemungkinan invasi Korut. Namun, latihan perang ini bisa menjadi sia-sia jika rencana pertempuran harus dibatalkan.

Oplan 5027 pertama kali dibuat pada tahun 1978, ketika Komando Pasukan Gabungan Korsel-AS didirikan. Masterplan ini telah diperbarui setiap dua tahun sejak tahun 1994.

Korut sendiri kembali meluncurkan rudal balistik ke Laut Jepang pagi tadi. Rudal balistik KN-15 jarak menengah itu terbang sejauh 60km ke arah Laut Jepang. 




Credit  sindonews.com






Beda perlakuan Eropa terhadap St. Petersburg


Beda perlakuan Eropa terhadap St. Petersburg
Seorang pria terduduk di samping tempat peringatan untuk korban ledakan di metro St. Petersburg, di stasiun metro Tekhnologicheskiy Institut di St. Petersburg, Rusia, Selasa (4/4/2017). (REUTERS/Grigory Dukor)


Jakarta (CB) - Saat seorang warga Inggris yang terinspirasi ISIS menyerang kerumunan orang di Jembatan Westminster di London pada 22 Maret yang menewaskan empat orang, seisi Eropa serentak menggelar aksi solidaritas.

Mengutip laman CNN, saat Paris diserang teror, landmark-landmark terkenal Eropa seperti Gerbang Bradenburg di Berlin dinuansai bendera Prancis untuk menunjukkan solidaritas antiterorisme.

Namun ketika Rusia berduka atas serangan teroris yang menewaskan 14 orang dan melukai 39 orang di stasiun kereta api bawah tanah St. Petersburg, Senin lalu, Eropa tak menunjukkan solidaritas semasif itu  untuk St. Petersburg.

Ironi ini mendorong banyak orang yang umumnya warga Rusia menciptakan tagar #PrayforStPetersburg sebagai ajakan solidaritas untuk korban teror bom St. Petersburg.

Gema pun akhirnya terdengar. Wali Kota Paris Anne Hidalgo yang pernah mematikan lampu-lampu di Menara Eiffel sebagai bukti solidaritas kota ini dalam berbegai serangan teror di Eropa sebelum ini, dan bahkan sebagai solidaritas untuk Aleppo di Suriah, akhirnya memastikan bahwa kota ini akan mengambil langkah serupa demi solidaritas untuk korban serangan teror St. Petersburg.

Tetapi tetap saja reaksi Eropa tidak semegah ketika tempat-tempat lain dibom teroris. "Memprihatinkan betapa berbedanya dari teror Paris, Facebook tidak membuat filter warna-warna Rusia," cuit bloger Cristiano Alves.

Di Rusia sendiri, tiga hari berkabung nasional mulai Selasa kemarin ditandai dengan langkah Presiden Vladimir Putin meletakkan bunga di stasiun metro St. Petersburg Technological Institute.

Sementara itu Jerman menyatakan akan memberikan nuansa bendera Rusia yang membungkus Gerbang Bradenburg sebagai solidaritas untuk Rusia.

Seperti dikutip CNN, sikap lambat Eropa yang cenderung dingin itu mendorong penulis Berlin, Jon Worth, mencuit, "Bendera Inggris di Gerbang Brandenburg untuk serangan London, tapi tak ada apa-apa untuk St Petersburg."



Credit  antaranews.com






Jepang protes peluncuran peluru kendali Korut



Jepang protes peluncuran peluru kendali Korut
Roket jarak-jauh milik Korea Utara diluncurkan ke udara dalam foto yang diambli dari rekaman video KRT, dan disiarkan oleh Yonhap, Minggu (7/2). (REUTERS/Yonhap )


Tokyo (CB) - Juru bicara pemerintah Jepang mengatakan peluncuran terbaru peluru kendali Korea Utara pada Rabu "sangat bermasalah" dan negara itu sejak lama mengajukan protes keras pada tetangga bersenjata nuklir tersebut.

Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan dalam jumpa pers bahwa Jepang betul-betul tidak bisa menenggang tindakan provokatif berulang Korea Utara.

Korea Utara menembakkan peluru kendali balistik dari pantai timurnya ke laut semenanjung itu, kata militer Korea Selatan, sehari menjelang pertemuan puncak pemimpin Amerika Serikat dengan China, yang dijadwalkan membahas program senjata terbaru Pyongyang.

Pada Maret, Korea Utara menembakkan empat peluru kendali balistik ke perairan dekat dengan garis pantai barat laut Jepang.

Militer Korea Selatan menduga empat peluru kendali tersebut tidak mempunyai daya jelajah antar-benua (ICBM), yang bisa mencapai Amerika Serikat, melainkan hanya bisa mencapai 1.000 km dengan ketinggian 260 km.

Beberapa peluru kendali tersebut mendarat di perairan 300 km dari garis pantai Jepang, kata Menteri Pertahanan Tonomi Inada di Tokyo.

Sementara itu, presiden sementara Korea Selatan Hwang Kyo-ahn mengecam peluncuran rudal dari tetangganya dan menyebutnya sebagai tantangan langsung terhadap komunitas internasional. Dia menegaskan bahwa pihaknya akan segera menyelesaikan instalasi sistem pertahanan rudal THAAD untuk menangkal ancaman dari Pyongyang.

Empat peluru kendali itu diluncurkan dari kawasan Tongchang-ri yang dekat dengan perbatasan Korea Utara dan China.

Korea Utara sendiri sebelumnya mengancam akan "mengambil langkah balasan" setelah tetangganya di selatan dan Amerika Serikat memulai latihan militer bersama.

Pyongyang menyebut latihan bersama itu sebagai persiapan untuk perang.

Pada tahun lalu, Korea Utara sempat menembakkan rudal jarak jauh dari Tongchang-ri. PBB kemudian mengecam tindakan tersebut karena melanggar resolusi Dewan Keamanan.

Pada bulan lalu, Korea Utara juga menguji peluru kendali jenis baru dan berjanji terus mengembangkan persenjataan strategis.

Percobaan itu adalah yang pertama bagi Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang kemudian merespon dengan ancaman terhadap Korea Utara dan pemimpin mudanya, Kim Jong-un.

Kabinet Trump dikabarkan merencanakan sejumlah tindakan balasan untuk meredam ancaman peluru kendali dari Pyongyang. Di antara pilihan rencana tersebut adalah penembakan peluru kendali langsung ke Korea Utara dan memberikan teknologi senjata nuklir kepada Korea Selatan, kata The New York Times.



Credit  antaranews.comt




Malaysia protes peluncuran rudal balistik Korea Utara


Malaysia protes peluncuran rudal balistik Korea Utara
Infografis jangkauan berbagai jenis dan tipe roket-peluru kendali yang dimiliki dan dikembangkan Korea Utara. (thehawaiireporter.com)


Kuala Lumpur (CB) - Pemerintah Malaysia memprotes peluncuran peluru kendali balistik yang dilakukan oleh Korea Utara atau Republik Rakyat Demokratik Korea.

"Malaysia mengutuk peluncuran rudal jarak sederhana yang dilakukan Korea Utara pada 5 April 2017," ujar Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Malaysia, Datin Nirvana Jalil Gani di Kuala Lumpur, Rabu.

Dia mengatakan peluncuran rudal balistik tersebut merupakan pelanggaran yang jelas terhadap resolusi-resolusi Majelis Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Malaysia kesal dengan tindakan ini yang menunjukkan ketidakpedulian Korea Utara terhadap keamanan dan keselamatan di Semenanjung Korea dan dunia seacara umumnya," katanya.

Dia mengatakan Malaysia meminta Korea Utara menghentikan peluncuran rudal balistik dan mematuhi sepenuhnya resolusi Majelis Keamanan PBB yang terkait dengan Korea Utara (DPRK).

Korea Utara telah menembakkan rudal balistik dari pelabuhan timurnya dari Sinp ke Laut Jepang. Demikian yang dikatakan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel).

Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan rudal itu terbang sekitar 60 Kilometer seperti dikutip dari BBC, Rabu (5/4).

Peluncuran ini adalah yang terbaru dalam serangkaian tes yang dikatakan oleh Korut bertujuan damai.

Meski begitu, bagi Barat uji coba ini menimbulkan ketakutan karena bagian dari program untuk mengembangkan senjata nuklir.

Peluncuran ini terjadi pada malam kunjungan Presiden China Xi Jinping ke AS untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump.

Keduanya akan membahas bagaimana untuk mengendalikan program nuklir dan rudal Korut.



Credit  antaranews.com





Trump damprat Assad sudah kelewat batas karena senjata kimia



Trump damprat Assad sudah kelewat batas karena senjata kimia
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (REUTERS/David Becker)
Saya bilang pada Anda, apa yang terjadi kemarin itu tidak bisa saya terima

Washington/Beirut (CB) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuduh pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah "melewai garis merah" karena melancarkan serangan gas beracun kepada warga sipil. Trump menyatakan akibat serangan itu sikapnya terhadap Suriah dan Assad telah berubah total, namun tidak menyebutkan bagaimana dia merespons Assad.

Trump menyebut serangan yang menewaskan paling sedikit 70 orang yang kebanyakan anak-anak itu "telah melanggar banyak sekali batasan". Kalimat ini juga sindiran kepada pendahulunya Barack Obama yang pernah mengancam menggulingkan Assad jika sang presiden Suriah menggunakan senjata kimia.

Tuduhan terang-terangan kepada Assad itu membuat Trump berhadapan langsung dengan Rusia yang selama ini menjadi pelindung setia Assad.

"Saya bilang pada Anda, apa yang terjadi kemarin itu tidak bisa saya terima," kata Trump kepada wartawan dalam konferensi pers dengan Raja Yordania Abdullah, Rabu waktu setempat.

"Dan saya bilang pada Anda, sudah terjadi bahwa sikap saya kepada Suriah dan Assad telah berubah sama sekali," kata Trump.

Tapi Trump tidak mengungkapkan tindakan apa yang diambil AS terhadap Assad, namun Wakil Presiden Mike Pence mengatakan semua opsi terbuka, termasuk penggulingan Assad dan membuat zona aman di Suriah.

"Baiklah saya jelaskan, semua opsi ada di meja (perundingan)," kata Pence.

AS menolak tuduhan Rusia bahwa pihak pemberontak Suriahlah yang melancarkan serangan senjata kimia itu, demikian Reuters.



Credit  antaranews.com



Menlu AS: Penggunaan senjata kimia tunjukkan cara kerja Assad

 
Menlu AS: Penggunaan senjata kimia tunjukkan cara kerja Assad
Rex W. Tillarson. (Reuters)
Pembela dan pendukung Assad, termasuk Rusia dan Iran, seharusnya tidak membenarkan keyakinan dan niat kelirunya itu."

Washington (ANTARA News) - Serangan menggunakan senjata kimia di Suriah menunjukkan bahwa Presiden Bashar al-Assad bertindak secara "kejam dan tidak beradab" saat melancarkan gerakan bersenjata, kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson, Selasa waktu setempat (4/2).

"Pembela dan pendukung Assad, termasuk Rusia dan Iran, seharusnya tidak membenarkan keyakinan dan niat kelirunya itu," kata Tillerson, Selasa waktu setempat (4/4).

AS juga meminta Rusia dan Iran memastikan bahwa peristiwa itu tidak terjadi lagi, demikian laporan Reuters.

"Setiap penggunaan senjata kimia untuk menyerang rakyatnya menunjukkan sikap ketidakpedulian mendasar terhadap manusia dan harus bertanggung jawab," kata Tillerson menambahkan.




Credit  antaranews.com





Korban tewas akibat serangan kimia Suriah jadi 86 orang


 Korban tewas akibat serangan kimia Suriah jadi 86 orang

Dokumen foto petugas kesehatan menolong korban senjata kimia di Iblib, Suriah, Selasa (4/4/2017). (Reuters)


Beirut (CB) – Jumlah korban tewas akibat dugaan serangan senjata kimia di kota yang diduduki pemberontak di Suriah bertambah menjadi 86, 30 di antaranya adalah anak-anak, kata Observatorium Suriah untuk HAM pada Rabu (05/04).

“Ada juga 20 perempuan di antara korban dan jumlah orang yang tewas bisa bertambah karena ada orang yang hilang,” kata Observatorium.

Dewan Keamanan PBB pada Rabu bertemu untuk menyidangkan sebuah resolusi yang dirancang Barat yang mengecam serangan udara itu.

Namun, Moskow – yang memiliki hak veto – membela sekutu mereka Damaskus dengan mengatakan walaupun pesawat Suriah melancarkan sebuah serangan, zat kimia itu adalah bagian dari cadangan “zat beracun milik teroris” yang menghantam tanah.

Kelompok pemberontak yang dipimpin Front Fateh al-Sham berjanji akan membalas serangan pada Selasa di kota Khan Sheikhun di provinsi Idlib itu, demikian AFP.


Credit  antaranews.com