Ledakan terjadi tepat ketika umat
kristiani mengikuti misa minggu Palma atau jelang perayaan Paskah,
menandai Pekan Suci bagi umat Kristen. (Reuters/Mohamed Abd El Ghany).
Jakarta, CB --
Sebuah ledakan dalam ibadah pelayanan Minggu di
gereja Kristen Koptik di Tanta, Mesir Utara, Minggu (9/4), dilaporkan
menewaskan sedikitnya 15 orang dan membuat 40 jemaat gereja mengalami
luka-luka.
Mengutip CNN, dilaporkan oleh media lokal al-Ahram,
ledakan terjadi tepat ketika umat kristiani mengikuti misa minggu Palma
atau jelang perayaan Paskah, menandai Pekan Suci bagi umat Kristen.
Hingga saat ini, belum diketahui persis kondisi dan siapa pelaku teror
bom gereja. Namun, ledakan ini bukan pertama kalinya dialami gereja
Kristen Koptik di Mesir.
Pada Desember 2016 lalu, sebuah bom
mobil di dekat Katedral Koptik di Kairo juga meledak dan menewaskan
sedikitnya 25 orang. Sementara, 45 orang lainnya mengalami luka-luka.
Telegraph
melansir, umat Kristen di Mesir yang berjumlah 10 persen dari total 91
juta penduduk kerap menjadi sasaran ekstrimis Islam.
Kristen
Koptik mendapatkan serangan penganiayaan dan diskriminasi sejak jatuhnya
rezim Hosni Mubarak pada 2011 lalu. Bahkan, puluhan orang tewas dalam
bentrokan sektarian
Credit
CNN Indonesia
Korban Tewas Bom Beruntun Mesir Mencapai 36 Orang
Warga mencari korban pemboman yang dilakukan ISIS di gereja Alexandria, Mesir, Minggu (9/4). (REUTERS/Fawzy Abdel Hamied)
Jakarta, CB --
Jumlah korban tewas dua serangan di dua gereja yang
ada di Mesir terus bertambah, hingga kini tercatat 36 nyawa melayang.
Ledakan
pertama terjadi di Gereja St George di kota Tanta, Minggu (9/4).
Sedangkan ledakan kedua terjadi di Gereja Kristen Koptik di Alexandria.
Dilaoprkan Reuters pukul 20.30 WIB, melaporkan ada 36 korban tewas dalam
dua insiden tersebut.
Serangan di Tanta menewaskan 25 orang dan membuat 78 orang lainnya
mengalami luka. Sedangkan serangan di Alexandria menewaskan 11 orang dan
mencederai 35 orang lainnya.
Pihak berwenanang mengatakan otak
di balik serangan itu juga terkuak. Dua serangan diinisiasi oleh pihak
yang sama yaitu Iraq Syria Islamic State atau ISIS.
"Grup yang
merupakan bagian dari ISIS melakukan dua serangan di gereja yang ada di
Tanta dan Alexandria," demikian pernyataan ISIS melalui agensi berita
Amaq.
Paus Tawadros II tengahberada di dalam gereja di Alexandria
ketika serangan terjadi. Namun pejabat Kementerian Dalam Negeri Mesir
menyatakan, Paus Tawadros II dalam kondisi aman.
Credit
CNN Indonesia
Muslim Mesir Donorkan Darah untuk Korban Bom Gereja
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CB --
Umat Muslim di Kota Tanta, Mesir, berbondong-bondong
ke masjid pada Minggu (9/4). Mereka mengantre untuk mendonorkan
darahnya bagi para korban yang terluka dalam serangan bom di salah satu
gereja koptik di kota tersebut.
Salah satu pendonor darah,
Mohammed Ahmad Hassan, mengaku mendapatkan informasi mengenai kegiatan
ini dari pengumuman melalui pengeras suara yang biasanya mengumandangkan
azan.
Melalui pengeras suara tersebut, pihak masjid mengumumkan
bahwa stok darah di rumah sakit yang menampung korban bom di Gereja St.
George itu berkurang drastis.
Hassan mengatakan kepada
Al Arabiya bahwa banyak umat Muslim menanggapi pengumuman tersebut dan langsung pergi ke masjid.
Menurutnya, kini kantong-kantong darah itu sudah dikirimkan ke bank darah dan Rumah Sakit Umum tempat para korban dirawat.
Aksi
solidaritas ini dianggap sebagai harapan di tengah isu diskriminasi
terhadap umat Kristen yang berjumlah 10 persen dari total 91 juta
penduduk di Mesir.
Isu ini kian kencang setelah pada Minggu ini,
bom meledak di dua gereja koptik. Selain di St. George, satu bom juga
meledak di Gereja Gereja St. Mark's di Alexandria. Kedua insiden yang
diklaim oleh ISIS ini menelan 44 korban nyawa.
Seorang jurnalis
Koptik, Sameh Mahrous, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa serangan ini
merupakan bukti kegagalan aparat keamanan.
"Mesir sangat serius
memerangi ekstremis dan serangan semacam ini selalu meningkat setiap
negara meningkatkan pengawasan," kata Mahrous.
Kini, Presiden
Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, pun mengajukan penerapan status darurat
negara selama tiga bulan yang harus melalui persetujuan parlemen.
Hukum
gawat darurat ini memberikan kuasa lebih kepada polisi untuk melakukan
penangkapan, pengawasan, penggerebekan, dan pembatasan ruang gerak.
Credit
CNN Indonesia