Netanyahu ingin menguasai wilayah Tepi Barat
CB,
YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menentukan
syarat-syarat untuk menerima rencana damai Amerika Serikat (AS) yang
disebut 'kesepakatan abad ini'. Sebuah langkah yang menurut para pakar
bertujuan untuk mendapatkan suara dalam pemungutan suara pada Selasa
(9/4).
Dalam wawancaranya dengan surat kabar Israel
Hayom,
Netanyahu yang juga pemimpin partai sayap kanan Likud mengatakan ia
belum berkoordinasi dengan Presiden AS Donald Trump tentang kesepakatan
tersebut. Tapi ia sudah menentukan 'tiga syarat dasarnya'.
"Tidak
ada satu pun pemukiman yang digusur dari Tepi Barat. Tepi Barat tetap
dalam kuasa Israel, dan Yerusalem tidak dipecah," kata Netanyahu,
dilansir di
Anadolu Agency, Senin (6/4).
Mengomentari
tentang keberadaan Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat dan pergerakan
Hamas di Jalur Gaza, Netanyahu mengatakan ia menolak kekuasaan PA di
Gaza. Alasannya karena Israel mendapatkan manfaat dari sisi Palestina.
PA langsung mengutuk dan menolak pernyataan Netanyahu tersebut. Kantor berita
WAFA melaporkan PA menyebut komentar itu 'tidak bertanggung jawab'.
Kepada
Anadolu Agency,
dosen ilmu politik dan hubungan internasional Birzeit University, Nabil
al-Khatib mengatakan pernyataan Netanyahu menunjukan sikap pemerintah
Israel yang sudah lama diketahui. "Kesepakatan abad ini tidak akan jauh
dari posisi Israel," kata Khatib.
Ia menekankan posisi
Palestina terhadap pemerintah AS. Menurutnya, Palestina harus terus
menolak mediasi yang dilakukan Amerika dan menolak untuk proposal apa
pun yang AS ajukan.
Partai
sayap kanan Likud dan koalisi Biru dan Putih yang dipimpin Benny Gantz
diprediksi akan menjadi rival utama dalam pemilu tahun ini. Khatib tidak
yakin hubungan Trump dan Netanyahu akan retak karena kesepakatan abad
ini.
"Nada pernyataan Netanyahu didorong pemilih, dia
ingin menunjukkan dirinya sebagai orang yang mengajukan syarat terhadap
Amerika," kata Khatib.
Menurutnya di masa depan, rencana
AS mungkin akan sesuai dengan posisi Israel. Perbedaan-perbedaannya pun
hanya ada di rincian-rincian yang sangat terbatas.
Namun
ia menekankan jika AS mengajukan persyaratan dalam rencana damai maka
akan sulit bagi Netanyahu untuk menolaknya. Menurut Khatib sangat
memalukan bagi Netanyahu untuk menolaknya karena hubungannya yang luar
biasa baik dengan Trump.
Khatib yakin Trump dapat
menghindari Netanyahu dari tekanan politik internal sebelum pemilu.
Caranya dengan 'menunda memperkenalkan' kesepakatan damai yang ia
ajukan.
Kepala Pusat Hubungan Israel dan Palestina Al-Quda
yang bermarkas di Tepi Barat, Emad Abu Awwad mengatakan pernyataan
Netanyahu 'menegaskan' kebijakan permukiman di Tepi Barat. Awwad
mengatakan perdana menteri itu akan mendapatkan suara dari pernyataan
tersebut.
"Ia sudah mengadopsi kebijakan itu di lapangan
sejak ia mulai menjabat, kebijakannya sudah mapan dan sistematis tapi
dia juga ingin menekankannya kembali agar (kebijakan itu) memberikannya
banyak suara," kata Awwad.
Berhentinya proses perdamaian
sejak 2014 lalu, kata Awwad, tema kampanye Netanyahu dalam pemilu 2015
lalu 'menegaskan tidak akan ada perdamaian'. Awwad menunjukkan video
saat Netanyahu mengatakan hal itu.
"Perdamaian tidak ada
dalam agenda Likud tapi menghilangkan mimpi negeri Palestina secara
bertahap tanpa mengungkapkannya kepada publik dunia," kata Awwad.