Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Kamis, 11 April 2019
Jengkel, Pakistan Peringatkan India S-400 Bisa Ciptakan Bencana
ISLAMABAD
- Pakistan merasa jengkel dengan kesepakatan pembelian sistem
pertahanan udara S-400 senilai USD5,43 miliar yang diteken India dengan
Rusia pada tahun lalu. Menteri Luar Negeri (Menlu) Pakistan Shah
Mohammed Qureshi menggambarkan S-400 sebagai sistem senjata tidak stabil
yang dapat mempengaruhi stabilitas strategis kawasan itu.
Qureshi
pun menyerukan kekuatan global untuk "memperhatikan" tanggung jawab
mereka dalam hal pasokan senjata ke wilayah tersebut.
"Pengenalan
sistem senjata destabilisasi baru, seperti sistem rudal anti-balistik
S-400, dapat lebih jauh menekankan tantangan pada stabilitas strategis.
Mereka dapat mendorong bencana, di bawah rasa aman yang palsu," kata
Qureshi seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (11/4/2019).
Oktober
lalu, India menandatangani kontrak pertahanan senilai USD5,43 miliar
dengan Rusia untuk membeli lima sistem pertahanan udara S-400 meskipun
ada ancaman sanksi AS. Pengiriman sistem S-400 pertama kemungkinan akan
terjadi pada tahun 2020.
Pakistan segera bereaksi dengan
mengklaim bahwa pembelian itu adalah bagian dari upaya India untuk
memperoleh Sistem Pertahanan Rudal Balistik (BMD) melalui berbagai
sumber. Pakistan menambahkan bahwa langkah itu dapat mengacaukan
stabilitas strategis di Asia Selatan.
India membantah tuduhan itu, menganggap pembelian itu perlu untuk keamanan nasionalnya.
Menurut
Qureshi, akuisisi besar-besaran senjata konvensional oleh India yang
digabungkan dengan doktrin ofensif, seperti Cold Start, dan perluasan
aset strategisnya, termasuk kapal selam nuklir, merupakan perkembangan
dengan implikasi keamanan serius bagi Pakistan dan kawasan.
Ia
juga menyebutkan bahwa tes ASAT baru-baru ini yang dilakukan oleh India
pada 27 Maret menimbulkan kekhawatiran di Islamabad. Qureshi
memperingatkan masyarakat internasional agar tidak memberikan konsesi
dan berbagi teknologi canggih dengan India.
"Pengecualian khusus
negara oleh Kelompok Pemasok Nuklir (NSG), telah memiliki implikasi
negatif untuk stabilitas strategis di wilayah kami," ujar Qureshi.
Qureshi
mendesak kekuatan global untuk tetap waspada saat berhadapan dengan
negara-negara di kawasan itu karena stabilitas strategis Asia Selatan
dipengaruhi tidak hanya oleh perkembangan regional tetapi juga oleh
pendekatan komunitas internasional.
Sesuai dengan pernyataan
menteri luar negerinya, Pakistan telah menunjukkan komitmennya terhadap
perdamaian dan stabilitas dengan mengajukan proposal untuk Rezim
Pertahanan Strategis (SRR) - yang didasarkan pada tiga elemen yang
saling terkait dari penyelesaian konflik: pembatasan nuklir, pembatasan
rudal dan keseimbangan konvensional. Ia mengatakan proposal itu tetap di
atas meja dan jika diupayakan bisa meletakkan dasar untuk perdamaian
dan stabilitas abadi di wilayah tersebut.
Krisis
antara dua negara bersenjata nuklir meningkat setelah serangan teroris
Pulwama di mana 40 tentara India terbunuh. Ketegangan semakin meningkat
pada 27 Februari ketika kedua angkatan udara terlibat dalam pertempuran
udara - yang pertama dalam lima dekade terakhir - sebagai balasan atas
serangan udara "non-militer pre-emptive" yang dilakukan oleh Angkatan
Udara India terhadap infrastruktur teror yang tampak nyata di Balakot
Pakistan pada 26 Februari.
Pakistan mengklaim bahwa mereka
menembak jatuh dua jet tempur India dalam pertempuran udara, sementara
India membantah klaim tersebut dan mengatakan bahwa jet tempur yang
jatuh adalah F-16 Angkatan Udara Pakistan yang ditembak jatuh oleh IAF
MiG-21 Bison.