Riyadh, Arab Saudi (CB) - Mesir telah keluar dari upaya AS untuk
membentuk "NATO Arab" dengan sekutu penting Arab-nya, kata empat sumber
yang mengetahui keputusan tersebut.
Langkah Mesir itu merupakan pukulan terhadap strategi Amerika untuk mengekang kekuasaan Iran.
Mesir menyampaikan keputusannya kepada Amerika Serikat dan peserta lain di Aliansi Keamanan Timur Tengah, atau MESA, sebelum satu pertemuan yang diselenggarakan pada Ahad (7/4) di Riyadh, Arab Saudi, kata satu sumber.
Kairo tidak mengirim delegasi ke pertemuan tersebut, yang terakhir diselenggarakan untuk menggolkan upaya pimpinan AS guna mengikat sekutu Arab Muslim Sunni ke dalam satu kesepakatan keamanan, politik dan ekonomi guna menangkal Iran Syiah, kata sumber itu.
Mesir menarik diri sebab Kairo meragukan keseriusan gagasan tersebut, masih ingin melihat cetak biru yang menjelaskannya, dan akibat bahaya bahwa rencana itu mungkin meningkatkan ketegangan dengan Iran, kata satu sumber Arab yang, seperti yang lain, tak ingin disebutkan jati dirinya.
Ketidaktentuan mengenai apakah Presiden AS Donald Trump akan meraih masa jabatan kedua tahun depan dan apakah penggantinya mungkin mencampakkan gagasan itu juga memperkuat keputusan Mesir, kata sumber Arab tersebut.
"Itu tak berjalan dengan mulus," kata satu sumber Arab Saudi mengenai gagasan tersebut.
Gagasan itu, yang pertama kali diusulkan oleh Arab Saudi pada 2017, juga bertujuan membatasi pertumbuhan Rusia dan China di wilayah tersebut, kata satu dokumen rahasia Gedung Putih yang dilihat oleh Reuters tahun lalu.
Kedutaan Besar Mesir di Washington dan Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar.
Selain Amerika Serikat dan Arab Saudi, peserta MESA meliputi Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman dan Jordania.
Dua hari setelah pertemuan Riyadh, Presiden Mesir Abdel Fattah As-Sisi mengunjungi Washington untuk mengadakan pembicaraan dengan Trump. Sebelum pertemuan itu, Trump mengatakan mereka akan membicarakan masalah keamanan, tapi tidak jelas apakah mereka membahas masalah MESA.
Langkah Mesir itu merupakan pukulan terhadap strategi Amerika untuk mengekang kekuasaan Iran.
Mesir menyampaikan keputusannya kepada Amerika Serikat dan peserta lain di Aliansi Keamanan Timur Tengah, atau MESA, sebelum satu pertemuan yang diselenggarakan pada Ahad (7/4) di Riyadh, Arab Saudi, kata satu sumber.
Kairo tidak mengirim delegasi ke pertemuan tersebut, yang terakhir diselenggarakan untuk menggolkan upaya pimpinan AS guna mengikat sekutu Arab Muslim Sunni ke dalam satu kesepakatan keamanan, politik dan ekonomi guna menangkal Iran Syiah, kata sumber itu.
Mesir menarik diri sebab Kairo meragukan keseriusan gagasan tersebut, masih ingin melihat cetak biru yang menjelaskannya, dan akibat bahaya bahwa rencana itu mungkin meningkatkan ketegangan dengan Iran, kata satu sumber Arab yang, seperti yang lain, tak ingin disebutkan jati dirinya.
Ketidaktentuan mengenai apakah Presiden AS Donald Trump akan meraih masa jabatan kedua tahun depan dan apakah penggantinya mungkin mencampakkan gagasan itu juga memperkuat keputusan Mesir, kata sumber Arab tersebut.
"Itu tak berjalan dengan mulus," kata satu sumber Arab Saudi mengenai gagasan tersebut.
Gagasan itu, yang pertama kali diusulkan oleh Arab Saudi pada 2017, juga bertujuan membatasi pertumbuhan Rusia dan China di wilayah tersebut, kata satu dokumen rahasia Gedung Putih yang dilihat oleh Reuters tahun lalu.
Kedutaan Besar Mesir di Washington dan Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar.
Selain Amerika Serikat dan Arab Saudi, peserta MESA meliputi Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman dan Jordania.
Dua hari setelah pertemuan Riyadh, Presiden Mesir Abdel Fattah As-Sisi mengunjungi Washington untuk mengadakan pembicaraan dengan Trump. Sebelum pertemuan itu, Trump mengatakan mereka akan membicarakan masalah keamanan, tapi tidak jelas apakah mereka membahas masalah MESA.
Credit antaranews.com