Jumat, 14 Oktober 2016

Laporan Psikolog: Duterte Punya Masalah Kejiwaan

 
Laporan Psikolog: Duterte Punya Masalah Kejiwaan  
Dalam laporan pengadilan cerai tahun 1998, Duterte menjalani pemeriksaan psikologis dan dinyatakan menderita masalah kejiwaan. (Reuters/Lean Daval Jr)
 
 
Jakarta, CB -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte memiliki riwayat penyakit kejiwaan yang bisa mempengaruhi keputusannya dalam memimpin. Hal ini terungkap dalam laporan pengadilan cerai antara Duterte dengan istrinya, Elizabeth Zimmerman, pada tahun 1998.

Pada laporan pengadilan yang dipaparkan oleh media Filipina ABS CBN April lalu, terdapat hasil pemeriksaan oleh psikolog Dr. Natividad Dayan, mantan presiden Dewan Psikologi Internasional, yang menyatakan bahwa bahwa Duterte menderita gangguan kejiwaan bernama "Gangguan Kepribadian Antisosial Narsistik."

Keadaan psikologi ini terungkap dalam gugatan cerai Zimmerman yang telah menikahi Duterte sejak tahun 1973. Selama 10 tahun sebelum gugatan dilayangkan pada 1998, pasangan ini pisah ranjang.

Zimmerman mengatakan bahwa Duterte yang saat itu pejabat tinggi di Davao suka main perempuan dan mata keranjang sehingga dia meminta pengadilan membatalkan pernikahan mereka. Hakim pengadilan saat itu, Pablo M. Roxas, mengabulkan permohonan tersebut.

Dayan dalam laporannya menyimpulkan Zimmerman mengalami "masalah pernikahan" yang menyebabkan "stres berat" dan dia akan terus menderita jika tetap menikah dengan Duterte.

Pemeriksaan oleh Dayan menunjukkan Duterte "secara psikologis tidak mampu memenuhi kewajiban dasar pernikahan". Menderita Gangguan Kepribadian Narsistik Antisosial, ujar laporan itu, membuat Duterte "tidak bisa setia dan berkomitmen, tidak peduli kebutuhan dan perasaan orang lain, ditambah tidak pernah merasa menyesal dan bersalah."

Sikap ini dibuktikan saat Duterte yang mengakui bahwa dia berada di balik pembunuhan ribuan pelaku tindak kriminal di Davao. Saat itu dia mengatakan bahwa akan ada 50 ribu orang yang tewas jika terpilih presiden.

Benar saja, sejak menjabat Juni lalu sudah lebih dari 3.000 orang tewas di bawah kepemimpinannya. Duterte bersumpah memberantas bandar dan pecandu narkotika.

Selain itu, Duterte membuka perseteruan dengan Amerika Serikat dengan mengatakan Presiden Barack Obama "anak pelacur" dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon "bodoh".

Pemeriksaan Dayan menunjukkan Duterte sebagai walikota adalah seorang "yang impulsif dan sulit mengendalikan keinginan dan emosinya. Dia tidak mampu melihat konsekuensi dari perbuatannya."

Dayan juga mengatakan, Duterte bisa dengan mudah murka jika keinginannya tidak terpenuhi. "Kebutuhannya atau keinginannya harus segera dipenuhi, setiap penundaan bisa membuat dia marah besar," ujar laporan itu.

Hasil pemeriksaan juga menyebutkan Duterte memiliki kecenderungan merusak dan penilaian yang buruk.

"Dia menilai tindakannya berdasarkan pandangannya sendiri, yang sesuai kebutuhannya saja, bias dan penuh penghakiman," lanjut laporan Dayan.

"Untuk setiap kesalahannya, dia mencoba mencari rasionalitas dan pembenaran. Karena itu, dia jarang merasa bersalah atau menyesal."

Namun laporan media soal hasil pemeriksaan psikologi yang muncul di tengah kampanye pemilu itu dibantah oleh putri Duterte, Sara. Dia mengatakan, pemeriksaan itu tidak menunjukkan bahwa ayahnya tidak layak memimpin.

"Itu tidak mencerminkan apa yang dia lakukan sebagai pelayan publik, sebagai politisi, sebagai pejabat pemerintah. Itu semua adalah penilaian atas kehidupan pribadinya antara dia dan istrinya," kata Sara.

Sara Duterte saat ini menggantikan posisi ayahnya sebagai walikota Davao. Wanita 38 tahun ini menggegerkan Filipina setelah tertangkap kamera memukuli polisi di Davao pada 2011 lalu.



Credit  CNN Indonesia