Jumat, 21 Oktober 2016

Kiprah Korps Penerbad TNI AD di Afrika Saat Jalankan Misi PBB


Kiprah Korps Penerbad TNI AD di Afrika Saat Jalankan Misi PBB
Sumber gambar: Satgas Heli TNI
Pertama kali mendarat di Timbuktu, Mali.
CB - Tertunda cukup lama sejak 2013 akibat berbagai kendala politik dan militer di negara tujuan, akhirnya tiga helikopter Mil Mi-17V5 Hip Puspenerbad mendarat di Mali, Afrika untuk menjalankan misi perdamaian PBB.
Kontingen berkekuatan 140 personel (121 AD, 19 AU) ini diberangkatkan pada 18 September 2015, disusul ketiga heli yang diangkut pesawat kargo Antonov sewaan PBB dari Halim pada 23 September.
Khususnya bagi Puspenerbad, misi ini jadi istimewa karena menjadi debut TNI mengirimkan pesawatnya dalam misi PBB.
Komandan Satgas dipercayakan kepada Letkol CPN Zulfirman Caniago (alumni Akmil 1996) yang kesehariannya menjabat Komandan Skadron 12/Serbu Puspenerbad di Waytuba, Lampung.
Untuk mendukung tugas ini, dari komposisi personel yang dikirim, 13 di antaranya berkualifikasi penerbang, disusul flight engineer (7), mekanik (6), avionik (4), dan fungsi-fungsi lainnya.
Ketiga heli yang dikirim sengaja dipilih dari armada heli termuda dari 12 unit yang dimiliki Puspenerbad.
Yaitu heli dengan nomor HA-5156, HA-5157, dan HA-5159. Dengan beroperasi di bawah bendera PBB, otomatis ketiga heli menyandang nomor ekor PBB, masing-masing UNO-067P, UNO-068P, dan UNO-069P. Ketiga Mi-17 hasil pengadaan 2011.

Mi-17 dilengkapi dua senapan mesin FN MAG-58 kaliber 7,62mm sebagai alat bela diri. Begitu pula setiap kru, dilengkapi rompi antipeluru serta dipersenjatai pistol dan senapan laras panjang.
Sesuai persyaratan PBB, jam terbang maksimal per bulan untuk setiap heli adalah 135 jam.
Guna mengantisipasi misi yang beragam dan sesuai requirement PBB, setiap heli memiliki kekhususan.
Masing-masing hanya satu heli yang dilengkapi sling, hoist/winch dengan kabel 40 meter, dan FLIR (Forward Looking Infra Red).
Dengan kesiapan heli seperti itu, maka semua penerbang dipersiapkan mampu melaksanakan tugas apapun yang diberikan Minusma.
Mekanisme penugasan diatur Air Operations Centre (AOC) Minusma yang bertugas mengolah dan membuat perencanaan misi.
Hasilnya akan dikeluarkan dalam bentuk surat perintah terbang kepada Penerbad berdasarkan status kesiapan pesawat yang dilaporkan Satgas dan kebutuhan Minusma.

Perintah operasi dari AOC berbentuk Air Tasking Order yang dikirim melalui email khusus kepada Satgas TNI dan hanya bisa dibuka dengan laptop inventaris Minusma yang terhubung dengan jaringan Minusma.
Mission area mencakup seluruh area negara Mali.
Pemeliharaan terjadwal dilaksanakan sesuai perencanaan yang telah dibuat dan diajukan ke AOC setiap bulannya.
Apabila terjadi kerusakan akan diajukan perbaikan (unscheduled maintenance) ke AOC. Jika sparepart yang dibutuhkan tidak tersedia di gudang Satgas TNI, akan diajukan ke Mabes TNI.
Di awal penugasan cukup banyak tantangan dihadapi, seperti ritme dan prosedur kerja PBB yang ketat.
Namun berkat pengalaman penugasan di tanah air dan pembekalan yang cukup dari PMPP TNI, Satgas Heli TNI Penerbad dengan cepat menyesuaikan.
Medan padang pasir dan berdebu serta angin yang cukup kencang, merupakan tantangan lain.


Termasuk perbedaan cuaca yang ekstrem antara siang dan malam. Jika siang suhu mencapai 46 derajat Celcius, sebaliknya di malam hari mencapai 6 derajat Celcius.
Di luar tugas penerbangan, Satgas Heli TNI Penerbad melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial seperti mengunjungi tokoh masyarakat setempat, memberi bantuan pengobatan, memberikan beras dan perlengkapan sekolah untuk warga dan anak-anak setempat.





Credit  TRIBUNNEWS.COM