Para mantan pejabat dan mereka yang masih bekerja di CIA saat ini mengatakan, pemerintah sudah menanyakan opsi seranan siber secara klandestin untuk mempermalukan pemerintah Rusia.
Sejumlah pejabat yang tak mau disebutkan namanya kepada NBC News mengatakan, CIA sudah membuat pintu-pintu operasio siber, memilih sasaran dan membuat persiapan operasi.
Sumber itu mengatakan, CIA sudah mengumpulkan informasi yang berpotensi untuk mengekspos kesalahan yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Rencana ini menyusul upaya kelompok peretas yang didukung pemerintah Rusia yang berujung bocornya ribuan surat elektronik yang dikirim anggota senior Partai Republik.
Seorang peretas yang dikenal dengan nama Guccifer 2.0 merilis ribuan email antara para anggota senior Komiter Nasional Demokratik (DNC) beberapa hari sebelu konvensi digelar.
Dalam ribuan surat elektronik itu mereka mendiskusikan cara untuk menggagalkan rencana Senator Bernie Sanders untuk mencalonkan diri sebagai preside.
Pengungkapan ini berujung dengan pengunduran diri ketua DNC, Debbie Wasserman Schultz.
Kelompok peretas lainnya, DC Leaks, diyakini mendalangi pembocoran rincian paspor milik Michelle Obama. Kelompok ketiga, Fancy Bears, diyakini mencoba mengganggu pemilihan umum Iggris pada 2015.
Saat itu, Fancy Bears berpura-pura menjadi kelompok militan Islam meretas server milik sebuah stasiun televisi ternama.
Hubungan antara AS dan Rusia mencapai titik terburuk dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi ini membuat mantan kepala dinas intelijen Inggris MI6 Sir John Sawers mengatakan, dunia tengah memasuki era baru yang lebih berbahaya ketimbang Perang Dingin.
Credit KOMPAS.com