Changi,
Singapura (CB) - Pesawat terbang komuter R80 buatan PT Regio
Aviasi Industri (RAI) ditargetkan bisa mengudara pada 2019 nanti.
"Saat
ini kami masih mengerjakan desain rinci hingga tahun depan. Termasuk
menentukan pengintegrasian semua sistem, misalnya menentukan mesin dari
siapa, dan lain-lain," kata anggota Dewan Komisaris PT RAI, Ilham
Habibie.
Berbicara
kepada pers di sela Singapore Air Show 2016, Rabu, Habibie menyatakan,
pesawat komuter R80 itu telah melewati uji terowongan angin di Puspiptek
LIPI, di Serpong, Banten, walau masih ada beberapa hal yang harus
diselesaikan.
Dia
menyatakan, ada beberapa keunggulan pasti R80 ketimbang pesaing
terdekatnya, ATR-72 series dari ATR Italia-Prancis. Di antaranya adalah
kelas yang berbeda, desain lebih maju, dan lebih efisien untuk
dioperasikan.
"Dari
sisi aerodinamika lebih baik, telah memakai teknologi fly by wire.
Walau pada awalnya lebih mahal, namun setelah itu bisa menjadi lebih
murah," katanya.
Bicara
soal mesin, kata dia, PT RAI masih menimbang-nimbang apakah akan memakai
Pratt&Whitney PW-150 atau Rolls Royce AE-2100. "Pembicaraan dengan
mereka terus dilakukan. Kemarin dengan Pratt&Whitney dan besok
dengan Rolls Royce," kata dia.
Walau
belum menggelinding dari hanggar produksi PT RAI yang dinyatakan akan
dibangun di Kertapati, Majalengka, Jawa Barat, namun dia menyebut angka
145 sebagai jumlah pesanan R80 ini.
Dia
merinci, 100 untuk NAM Air, 25 untuk Kalstar Asia, dan 20 untuk Trigana
Air. "Para operator turut terlibat sejak awal. Mereka juga memberi
masukan tentang rancangan yang mereka ingin dapatkan, yang tidak
diperoleh dari pesawat terbang yang selama ini ada," kata dia.
Credit ANTARA News