Pembelian 8 unit Sukhoi 35 oleh
Indonesia tidak menggunakan anggaran negara karena alokasi dana di APBN
tak mungkin cukup. (Wikimedia Commons/Alex Beltyukov)
“Sumber pendanaannya jelas bukan dari APBN atau Rupiah murni, tapi dari pinjaman luar negeri. Pinjaman didorong Komisi I adalah dari state credit,” kata Mahfudz di Gedung DPR RI, Jakarta.
"Rusia pernah menyediakan fasilitas US$1 miliar kepada Indonesia, tapi yang digunakan (Indonesia) baru sekitar Rp300 juta sekian,” ujar Mahfudz.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera itu belum mengetahui persis jumlah anggaran yang bakal diperlukan untuk membeli delapan pesawat tempur Sukhoi 35 dari Rusia. Harga satu unit Su-35 diperkirakan US$65 juta atau sekitar Rp951 miliar.
Yang jelas, kata Mahfudz, pembelian melalui state credit lebih menguntungkan bagi Indonesia dibanding commercial credit, sebab suku bunga lebih rendah dan jangka serta tenggat waktu pengembalian pinjaman dapat lebih lama.
Sebelum dilakukan pembelian Sukhoi melalui state credit tersebut, ujar Mahfudz, perlu ada pembicaraan khusus antara Indonesia dan Rusia untuk menjamin ketersediaan kredit itu.
Mekanisme pembelian alutsista tersebut akan dibahas lebih lanjut oleh pemerintah dan Komisi I DPR. Komisi I, tegas Mahfudz, mendukung pembelian Sukhoi 35, dan menolak jika pesawat yang hendak dibeli merupakan armada bekas pakai.
Menurut Ryamizard, penandatanganan kontrak akan dilakukan di Rusia. “Nanti (teken kontrak) di Rusia. Saya kan mau ke Rusia. Ada undangan untuk seminar sekalian di sana,” kata dia.
Pekan sebelumnya dalam pertemuan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev dengan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjdaitan di Jakarta, Rusia menawarkan sejumlah alutsista produksi negaranya kepada Indonesia. Selain Su-35, kapal selam dan helikopter Mil Mi-17 juga disodorkan Negeri Beruang Merah.
Luhut berkata pada delegasi Rusia, jual beli alutsista antardua negara harus disertai transfer teknologi. Ia menyerahkan soal pembelian alutsista tersebut kepada Ryamizard selaku Menteri Pertahanan RI.
Credit CNN Indonesia