Selasa, 04 Juli 2017

Roket Pengangkut Satelit Terbesar Milik Cina Gagal Meluncur


Roket Pengangkut Satelit Terbesar Milik Cina Gagal Meluncur
Peluncuran roket Cina, Long March-5 Y2, di Wenchang, Hainan, Cina, 2 Juli 2017. (REUTERS)



CB, Jakarta - Roket terbesar milik Cina, yang bernama Long March-5 Y2, gagal meluncur pada hari Minggu, 2 Juli 2017. Menurut pemerintah Cina, roket ini sedianya akan mengangkut satelit terberat milik Cina.

“Sebuah anomali timbul dalam penerbangan roket tersebut. Penelitian lebih lanjut akan dilakukan,” demikian diberitakan kantor berita Xinhua setelah roket diterbangkan pada malam hari dari provinsi Hainan di bagian selatan Cina. Xinhua tidak menyebutkan apakah investigasi lanjutan akan dilaksanakan.

Pada tahun ini, tipe roket yang serupa diharapkan bisa melanjutkan usaha Cina untuk mencapai bulan dan kembali dengan sampel-sampel temuan. Sampai saat ini, belum ada kepastian bahwa jadwal dari misi ini akan terganggu akibat gagalnya peluncuran tersebut.

Untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional, Presiden Xi Jinping telah memprioritaskan kemajuan program-program luar angkasa dari Cina. Pemerintah menekankan bahwa inisiatif ini memiliki maksud yang sepenuhnya damai.

Walau hampir seluruh program-program luar angkasa berjalan tanpa kendala, Cina masih harus mengejar ketertinggalan pada Amerika Serikat dan Rusia. Salah satu program yang signifikan terjadi pada tahun 2013, ketika rover bulan milik Cina bernama Jade Rabbit mendarat di Bulan dengan berbagai kendala teknis yang parah.




Credit  TEMPO.CO









Ilmuwan Sebut Rudal Korea Utara Bisa Capai Alaska


Ilmuwan Sebut Rudal Korea Utara Bisa Capai Alaska 
Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal pada Selasa (4/7) bertepatan dengan hari kemerdekaan Amerika Serikat. (KCNA via REUTERS)


Jakarta, CB -- Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal balistik, Selasa (4/7), bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan Amerika Serikat. Peluncuran rudal tersebut langsung menimbulkan reaksi dari Presiden Donald Trump yang mendesak China segara melakukan tindakan untuk “mengakhiri omong kosong ini secepatnya”.

Di sisi lain, analis menyebut peluru kendali terbaru Korea Utara itu bisa mencapai Alaska.

“Rudal balistik yang tidak dikenal” itu ditembakkan melalui sebuah situs di Provinsi Phyongan Utara dan jatuh di Laut Timur, menurut Kepala Staf Gabungan militer Korea Selatan.

“Rudal tersebut sempat terbang sejauh 930 kilometer,” sebut militer Korsel.



Sementara juru bicara kementerian pertahanan Jepang mengatakan pada AFP, rudal tersebut kemungkinan besar memasuki zona ekonomi eksklusif Jepang.

Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan misil tersebut terbang sekitar 40 menit, yang merupakan rekor terlama dalam uji coba rudal Korut.

Komando Pasifik Amerika Serikat mengonkfirmasi bahwa rudal tersebut ditembakkan dari darat dan merupakan misil berjangkauan menengah, sempat terbang selama 37 menit dan tidak menimbulkan ancaman bagi AS.

Tapi, David Wright dari Persatuan Ilmuwan Peduli mengatakan bukti-bukti dari uji coba rudal terbaru itu menunjukkan kemajuan yang signifikan terhadap perkembangan senjata Korut.

Wright menambahkan, rudal tersebut bisa punya jangkauan yang lebih jauh jika “ditembakkan dengan sudut yang lebih tinggi”.

“Jika laporannya benar, rudal yang sama bisa mencapai jarak maksimum sejauh 6700 kilometer dengan sudut lintasan standar,” papar Wright dalam blog allthingsnuclear milik organisasi ilmuwan tersebut.



“Jarak itu tidak bisa mencapai 48 negara bagian di Amerika Serikat, tapi bisa jadi mencapai Alaska,” paparnya.

Di sisi lain, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyebut uji coba rudal terbaru Korut semakin mengancam keamanan di kawasan.

“Peluncuran ini jelas menunjukkan bahwa ancaman senjata Korut semakin nyata,” tutur Abe.

Sementara itu, Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan akan melakukan diskusi terpisah saat pertemuan G20 pekan ini, guna membahas ancaman senjata Korut.

Abe menambahkan dia akan mendesak Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melakukan “tindakan yang lebih konstruktif.”




Credit  cnnindonesia.com



Uji Rudal Terbaru Korut Masuki Perairan Jepang


Uji Rudal Terbaru Korut Masuki Perairan Jepang 
Korut kembali meluncurkan rudal balistiknya ke Laut Timur, yang menurut Kementerian Pertahanan Jepang jatuh di sekitar perairan zona ekonomi eksklusifnya. (KCNA/via Reuters)


Jakarta, CB -- Korea Utara dilaporkan kembali melakukan uji coba rudal balistiknya pada Selasa (4/7).

Peluncuran rudal ini dilakukan hanya berselang beberapa hari setelah Presiden Korea Selatan Moon Jae-In dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu untuk pertama kalinya dan membahas ancaman Pyongyang yang kian memprihatinkan.

"Rudal balistik tidak dikenal diluncurkan dari sebuah situs militer dekat Bangyon di Provinsi Phyongan Utara dan jatuh di Laut Timur [Laut Jepang]," bunyi pernyataan militer Korsel.

Menurut juru bicara Kementerian pertahanan Jepang, rudal tersebut diperkirakan jatuh di sekitar zona ekonomi eksklusif negaranya, perairan yang membentang sekitar 321 kilometer dari garis pantai Jepang.


Peluncuran rudal Korut hari ini merupakan yang terbaru dari serangkaian provokasi pemerintahan Kim Jong-un yang telah meningkatkan ketegangan di kawasan.

Sejak awal tahun Korut terus menjadi sorotan akibat aktivitas uji coba rudal dan ambisi pengembangan nuklirnya yang kian mengkhawatirkan.

Negara paling terisolasi itu pun telah meluncurkan sejumlah rudalnya sejak Presiden Moon Jae-In menjabat pada Mei lalu, menggantingkan Presiden Park Geun-hye yang dimakzulkan.

Padahal, sejak menjabat di Gedung Biru, kantor kepresidenan Korsel, Moon memiliki pendekatan yang lebih halus untuk bisa berembuk dengan Korut.


Meski begitu, Moon tetap menegaskan bahwa penerapan sanksi atas Korut tetap penting dilakukan selama Pyongyang tak bisa meredam ambisi nuklirnya.

Dalam pertemuan perdananya dengan Moon pada akhir pekan lalu, Trump menyatakan bahwa AS telah habis kesabaran menghadapi pergerakan senjata Korut.

Dia bahkan menyebut, AS bersama komunitas internasional perlu merespons ancaman nuklir Korut ini secara tegas dan pasti.

"Bersama-sama kita menghadapi ancaman rezim sembrono dan brutal Korut. Nuklir dan rudal rezim tersebut memerlukan respons yang tegas," ucap presiden AS ke-45 itu, seperti dikutip AFP.




Credit  cnnindonesia.com






Korut Klaim Sukses Uji Coba Rudal Antar Benua



Korut Klaim Sukses Uji Coba Rudal Antar Benua
Korut menyebut rudal yang ditembakkan adalah rudal balistik antarbenua atau ICBM baru mereka, dan uji tembak itu dinilai sukses besar. Foto/Istimewa


PYONGYANG - Korea Utara (Korut) akhirnya angkat bicara mengenai peluncuran rudal terbaru yang mereka lakukan. Korut menuturkan, peluncuran rudal terbaru adalah bagian dari pengembangan rudal mereka.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh televisi pemerintah Korut, rudal yang ditembakkan adalah rudal balistik antarbenua atau ICBM baru mereka dan uji tembak itu dinilai sukses besar.

"Korut sukses melakukan uji coba ICBM baru di bawah pengawasan pemimpin Kim Jong-un, dan rudal mampu menyerang negara manapun di dunia," bunyi pernyataan tersebut, seperti dilansir Al Jazeera pada Selasa (4/7).

"Rudal Hwasong-14 mencapai ketinggian 2.802 km dan mencapai targetnya tepat setelah terbang selama 39 menit," sambungnya.

Rudal tersebut sendiri diketahui jatuh di wilayah Zona Ekonomi Esklusif (ZEE) Jepang. Jepang sendiri melemparkan kecaman keras atas peluncuran rudal terbaru yang dilakukan oleh Korea Utara (Korut). Tokyo menilai peluncuran rudal tersebut adalah tindakan provokasi Pyongyang, dan memberikan ancaman serius pada keamanan di kawasan.

Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menuturkan peluncuran rudal tersebut merupakan masalah serius dalam hal keamanan bagi pesawat terbang dan kapal, dan ini merupakan pelanggaran mencolok terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. 






Credit  sindonews.com




Uji Coba Rudal Korut Sukses, Trump Mengamuk di Twitter


Uji Coba Rudal Korut Sukses, Trump Mengamuk di Twitter 
Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal pada Selasa (4/7). (KCNA/via REUTERS)


Jakarta, CB -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengamuk di Twitter usai Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal terbarunya pada Selasa (4/7), bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan Amerika Serikat.

“Korea Utara baru saja menembakkan misil. Apakah orang ini tidak punya hal lain untuk dilakukan dalam hidupnya?” cuit Trump, merujuk pada pemimpin Korut, Kim Jong-un.

Dia juga menulis bahwa negara-negara tetangga Korut tidak melakukan upaya yang cukup guna menahan Pyongyang melanjutkan ambisi senjatanya.

Dalam cuitan berikutnya Trump juga mendesak China untuk bertindak lebih tegas terhadap Korut.



“Sulit dipercaya bahwa Korea Selatan dan Jepang masih sabar dengan hal ini. Mungkin China bisa melakukan tindakan keras terhadap Korea Utara agar bisa mengakhiri omong kosong ini secepatnya!”

Menanggapi amukan Trump di media sosial tersebut, China membela diri.

Juru bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang menyebut China terus konsisten berkontribusi menekan Korea Utara soal ambisi senjatanya.

“China terus melakukan upaya dialog guna menyelesaikan isu nuklir di Semenanjung Korea. Kontribusi China dalam masalah ini sudah diketahui luas dan peran China sangat penting,” papar Geng, dikutip AFP, Selasa (4/7).



Dia juga menyebut bahwa China terus mengikuti perkembangan uji rudal dan nuklir yang dilakukan Korut. Geng menambahkan Beijing turut mengecam Pyongyang yang menembakkan rudal Hwasong-14 dengan ketinggian 2802 kilometer dan mencapai jarak 933 kilometer sebelum jatuh di perairan Jepang.

“China menentang Korea Utara yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB melakukan peluncuran," kata Geng.

Selain itu, China juga berharap semua pihak yang terlibat bisa menahan diri dan tidak melakukan aksi yang bisa meningkatkan ketegangan di kawasan.

“Kami berharap semua pihak bisa melakukan upaya perdamaian dan menyelesaian masalah melalui dialog dan konsultasi,” ujar Geng, menambahkan.






Credit  cnnindonesia.com










Qatar Nyatakan Siap Perang dengan Negara Teluk


Qatar Nyatakan Siap Perang dengan Negara Teluk
Menteri Pertahanan Qatar, Khaled al-Attiyah menyatakan pihaknya siap mengerahkan semua yang mereka memiliki untuk membela diri, jika memang hal itu diperlukan. Foto/Istimewa


DOHA - Menteri Pertahanan Qatar, Khaled al-Attiyah menyatakan pihaknya siap mengerahkan semua yang mereka memiliki untuk membela diri, jika memang hal itu diperlukan. Namun, dia berharap perselisihan antara Qatar dan negara Teluk dapat diselesaikan melalui jalur dialog.

"Saya harap kita tidak mencapai tahap intervensi militer, tapi kita selalu waspada. Kami siap untuk membela negara kita," kata Attiyah dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Alaraby pada Selasa (4/7).

Dia kemudian memperingatkan bahwa Qatar secara historis membuktikan bahwa negara tersebut bukanlah negara yang mudah untuk dikalahkan.

Attiyah di kesempatan yang sama juga mengatakan, blok negara-negara Teluk yang dipimpin oleh Arab Saudi sedang berusaha untuk mencari perubahan rezim di Qatar. Saudi cs menurut Attiyah berusaha memancing kudeta di Qatar.

"Pada tahun 1996, terjadi usaha kudeta yang kejam, dan pada tahun 2014 terjadi usaha kudeta yang lunak, dan pada tahun 2017 ada usaha kudeta yang lunak," ucapnya.

Ketegangan antara Qatar dan negara Teluk sendiri masih jauh dari kata usai. Ini disebabkan oleh sikap Qatar yang menolak untuk memenuhi 13 tuntutan yang disampaikan oleh Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir.

Beberapa tuntutan itu antara lain, Qatar harus memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menutup pangkalan militer Turki di Doha, berhenti mendanai tokoh dan organisasi yang dinyatakan sebagai teroris.

Saudi cs sendiri baru saja mengumumkan perpanjangan tenggat waktu kepada Qatar untuk memenuhi tuntutan tersebut. Saudi memberikan waktu 48 jam tambahan kepada Qatar, yang terhitung sejak Senin dihari, untuk memberikan respon atas tuntutan tersebut. 





Credit  sindonews.com







PBB Tolak Ikut Campur Dalam Krisis Qatar



PBB Tolak Ikut Campur Dalam Krisis Qatar
Dewan Keamanan (DK) PBB mengindikasikan tidak ingin terlibat dalam konflik yang terjadi antara Qatar dan negara-negara Teluk. Foto/Istimewa


NEW YORK -  Dewan Keamanan (DK) PBB mengindikasikan tidak ingin terlibat dalam konflik yang terjadi antara Qatar dan negara-negara Teluk. Indikasi itu disampaikan oleh Duta Besar China Liu Jieyi, yang memegang jabatan Presiden DK PBB pada bulan ini.

"Cara terbaik adalah negara-negara yang bersangkutan mencari solusi melalui dialog dan melalui konsultasi di antara mereka sendiri, karena kita tidak melihat alternatif lain untuk itu," kata Liu.

"Apapun yang bisa dilakukan negara-negara tersebut untuk memperbaiki pagar dan untuk kembali ke hubungan tetangga yang baik, itu pasti akan disambut oleh China," sambungnya, seperti dilansir Al Arabiya pada Selasa (4/7).

Menteri Luar Negeri Qatari Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani sendiri telah bertemu dengan anggota DK PBB pada hari Jumat lalu untuk membahas perpecahan dalam hubungan dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir.

Thani kabarnya telah meminta anggota DK PBB untuk mendesak negara-negara yang dipimpin oleh Saudi untuk mencabut pembatasan penggunaan wilayah udara, dan hubungan transportasi lainnya dengan Qatar. 




Credit  sindonews.com



Di PBB, Saudi Sebut Qatar Ancaman Dunia


Di PBB, Saudi Sebut Qatar Ancaman Dunia
Duta Besar Arab Saudi untuk PBB, Abdallah Al-Mouallim menyatakan, Qatar bersikeras untuk memberikan dukungan kepada kelompok teroris. Foto/Istimewa


NEW YORK - Duta Besar Arab Saudi untuk PBB, Abdallah Al-Mouallim menyatakan, Qatar bersikeras untuk memberikan dukungan kepada kelompok teroris. Hal ini, lanjut Mouallim, menjadikan Qatar sebagai salah satu ancaman dunia.

"Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir membuat keputusan yang berdaulat untuk memboikot Qatar guna menjaga keamanan di wilayah, dan menekan Doha untuk menghentikan dukungannya terhadap terorisme," kata Mouallimi.

"Qatar telah memilih Iran sebagai sekutunya. Ini telah mendukung kelompok teroris selama 20 tahun, meskipun ada skema mereka terhadap negara-negara kawasan," sambungnya, seperti dilansir Al Arabiya pada Minggu (2/7).

Dia juga mengatakan, bahwa Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir telah memberi Qatar beberapa kesempatan untuk tetap berada dalam jalur yang benar. Namun, sayangnya Qatar gagal untuk memanfaatkan kesempatan tersebut.

"Qatar diberi beberapa kesempatan untuk mengakhiri dukungannya terhadap terorisme, dan tidak mencampuri urusan dalam negara lain. Yang terakhir dari peluang ini adalah pada 2013 dan 2014, namun usaha ini gagal karena Qatar tidak berkomitmen terhadap tuntutan yang diajukan mengenai hal itu," tukasnya.  



Credit  sindonews.com









Jurnalis Saudi Dihukum karena Terlalu Mengagungkan Raja Salman


Jurnalis Saudi Dihukum karena Terlalu Mengagungkan Raja Salman
Seorang jurnalis Arab Saudi dilaporkan dihukum karena terlalu mengangungkan pemimpin Saudi, Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud. Foto/Istimewa


RIYADH - Seorang jurnalis Arab Saudi dilaporkan dihukum karena terlalu mengagungkan pemimpin Saudi, Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud. Jurnalis yang diketahui bernama Ramadan mendapat hukuman skorsing dari tempat dia bekerja, yakni surat kabar Al Jazirah untuk batas waktu yang tidak diketahui.

Anzi dihukum karena menyebut Raja Salman sebagai al-Halim, atau Maha Penyantun. Al-Halim adalah salah satu dari 99 sebutan untuk Allah, atau yang disebut juga dengan Asmaul Husna.

Hukuman kepada Anzi dijatuhkan setelah adanya aduan langsung dari Raja Salman. Pemimpin Saudi itu menulis sebuah surat protes kepada Al Jazirah melalui Kementerian Kebudayaan dan Informasi Saudi.

"Masalah seperti itu telah mengganggu kita dan kita tidak dapat menerima atau mentolerirnya. Kami tidak menginginkannya dan kami tidak mengakuinya. Kami sangat menyadari keseriusan dan bahaya bersikap lunak terhadapnya," kata Raja Salman, sepeti dilansir Russia Today pada Selasa (4/7).

"Semua surat kabar dan media harus menyadari sepenuhnya, bahwa hal-hal tersebut tidak boleh dipublikasikan dan bahwa semua pihak yang tidak mematuhi akan dimintai pertanggungjawabannya," sambungnya.

Al Jazirah sendiri dilaporkan bukan hanya memberikan hukuman kepada Anzi, namun mereka juga telah menyampaikan permintaan terbuka kepada Raja Salman. 





Credit  sindonews.com






Jumat, 23 Juni 2017

Los Angeles Pertimbangkan Jadikan Obama Nama Jalan


Los Angeles Pertimbangkan Jadikan Obama Nama Jalan
Nama mantan presiden AS, Barack Obama, dipertimbangkan untuk menjadi nama jalan di Los Angeles. Foto/Istimewa


LOS ANGELES - Presiden Dewan Kota Los Angeles mewacanakan untuk mengganti nama sebuah jalan dengan nama mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Inisiatif di umumkan di akun twitternya.

Anggota Dewan Kota, Herb J. Wesson Jr, mengatakan bahwa ia ingin mengubah nama sebuah jalan di distriknya dari Rodeo Road menjadi Obama Boulevard. Untuk diketahui, Wesson adalah orang Afrika-Amerika pertama yang memegang posisi sebagai presiden Dewan Kota Los Angeles.

"Sembilan tahun yang lalu saya mendapat kehormatan untuk mengenalkan Senator Obama pada kampanye pertamanya yang diadakan di Rancho Cienega Park di Rodeo Road. Dewan distrik kami adalah rumah bagi Washington," cuit Wesson men-tweet seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (22/6/2017).

Rodeo Road, yang panjangnya kira-kira 5 km, adalah tempat Senator Obama mengadakan kampanye pertamanya di Los Angeles setelah mengumumkan pencalonannya sebagai presiden pada tahun 2007 lampau.

Los Angeles sudah memiliki sejumlah jalan yang dinamai mantan presiden, termasuk Washington Boulevard, Adams Boulevard dan Jefferson Boulevard.

Ini bukan rencana pertama untuk menghormati Obama di kota terbesar kedua di Amerika Serikat itu. Senat Negara Bagian California bulan lalu mendukung sebuah rencana untuk mengganti nama jalan bebas hambatan yang berjalan melalui pinggiran utara LA dengan Obama, yang menghadiri Occidental College di daerah Eagle Rock di dekatnya pada tahun 1979. 





Credit  sindonews.com







UEA Miliki Penjara Penyiksaan Rahasia di Yaman, AS Ikut Terlibat


UEA Miliki Penjara Penyiksaan Rahasia di Yaman, AS Ikut Terlibat
Uni Emirat Arab (UEA) diam-diam menjalankan penjara penyiksaan rahasia di Yaman yang melibatkan personel AS. Foto/Ilustrasi/REUTERS


SANAA - Uni Emirat Arab (UEA) diam-diam mengoperasikan penjara penyiksaan rahasia di Yaman untuk para tersangka teroris. Para personel Amerika Serikat (AS) ikut terlibat dalam interogasi.

Investigasi AP mengungkap jaringan “situs hitam” yang dioperasikan UEA di negara yang dilanda perang tersebut. Laporan investigasi itu menyebut setidaknya ada 18 penjara klandestin di Yaman selatan yang dioperasikan UEA maupun pasukan Yaman yang dilatih negara-negara Arab.

Menurut laporan yang dirilis hari Kamis tersebut, diperkirakan ada 2.000 tahanan di penjara-penjara rahasia di Yaman. Mereka mengalami penganiayaan dan penyiksaan dan tidak memiliki perlindungan hukum.

Militer AS, lanjut laporan itu, menyediakan daftar pertanyaan untuk para tahanan dan menerima transkrip interogasi yang dilakukan di penjara-penjara “hitam”, yang berpotensi melibatkan para personel AS dalam penyiksaan tahanan.

Laporan investigasi AP ini juga bersumber dari wawancara dengan puluhan orang, termasuk mantan narapidana, anggota keluarga orang-orang yang ditahan, pengacara, serta pejabat Yaman dan AS.

Sebagian besar sumber berbicara dengan syarat anonim, karena khawatir terkena tindakan serta tidak memiliki wewenang untuk membahas masalah ini dengan media.

UAE adalah bagian dari koalisi negara-negara yang dipimpin Arab Saudi yang melakukan agresi di Yaman sejak Maret 2015 untuk memerangi kelompok pemberontak Houthi, musuh Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi. AS tak terlibat langsung dalam agresi, namun memberikan bantuan pengisian bahan bakar pesawat-pesawat tempur koalisi Arab dan data intelijen.

Penjara-penjara penyiksaan rahasia yang dijalankan UEA itu berbasis di pangkalan militer, termasuk di seberang laut di Eritrea. Penjara-penjara rahasia itu tersebar di pelabuhan, bandara, vila pribadi dan bahkan kelab malam.

Para mantan narapidana menceritakan bagaimana mereka dimasukkan ke dalam kontainer pengiriman dan bahkan diolesi tinja. Beberapa dari mereka dicambuk dengan kabel, dikunci di dalam sebuah wadah dengan api yang menyala. Ada juga yang diikat dalam lingkaran api.

”Kami bisa mendengar jeritan tersebut,” kata seorang mantan tahanan, yang menghabiskan setengah tahun di sebuah penjara yang terletak di bandara Riyan dekat Kota Mukalla, Yaman timur.

Dia mengklaim bahwa ”hampir semua orang sakit” dan sisanya meninggal akibat disiksa. Sementara itu, para pejabat AS yang dikutip oleh AP mengaku tidak memiliki informasi perihal keterlibatan personel AS dalam pelanggaran langsung. Namun, anggota unit khusus Yaman (Hadramawt Elite), yang diciptakan oleh UEA, mengklaim pasukan AS berada di dekat mereka selama proses tersebut.

Unit operasi khusus yang dilatih UEA tersebut beroperasi di Mukalla dengan target kelompok cabang Al-Qaeda. sekitar 400 orang ditangkap di daerah tersebut karena diduga memiliki hubungan dengan Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP).

Beberapa pejabat Yaman mengatakan bahwa orang-orang Amerika melakukan interogasi terhadap tersangka teroris dengan kapal-kapal dari pantai Yaman. Salah seorang dari pejabat mengatakan bahwa dia telah menyaksikan tahanan dibawa untuk diinterogasi ke sebuah kapal dimana dia bertugas pada saat itu. Menurutnya, interogasi dilakukan oleh para ahli Amerika. 


Setelah laporan penyiksaan tahanan di penjara-penjara rahasia di Yaman menyebar, Pentagon menyatakan akan menyelidiki tuduhan penyiksaan tersebut.

”Kami tidak akan menutup mata, karena kami berkewajiban melaporkan pelanggaran hak asasi manusia,” kata juru bicara Pentagon Dana White, Jumat (23/6/2017). “AS selalu mengikuti standar tertinggi perilaku pribadi dan profesional.”




Credit  sindonews.com




Mohammed bin Nayef, Putra Mahkota 'Terguling' Saudi Didikan AS


Mohammed bin Nayef, Putra Mahkota Terguling Saudi Didikan AS
Mohammed bin Nayef dicopot sebagai Putra Mahkota Saudi. Dia digantikan putra Raja Salman, Mohammed bin Salman. Foto/REUTERS


RIYADH - Mohammed bin Nayef, 57, secara mengejutkan dicopot dari statusnya sebagai Putra Mahkota atau calon raja Arab Saudi dalam sebuah perombakan kabinet. Padahal, dia pangeran yang disegani CIA atas perannya dalam perang melawan terorisme dan merupakan didikan FBI Amerika Serikat (AS).

Mohammed bin Nayef bin Abdulaziz Al Saud adalah keponakan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, penguasa Saudi saat ini. Posisinya sebagai Putra Mahkota digantikan oleh sepupunya, Mohammed bin Salman, yang tidak lain adalah putra Raja Salman.

Penyebab perombakan kabinet pada 21 Juni 2017 yang membuat Mohammed bin Nayef tersingkir masih misterius. Tak hanya dicopot dari posisinya sebagai Putra Mahkota, sosok “Pangeran Kontra-Terorisme” ini juga dibebaskan dari semua perannya, termasuk sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri.

”Saya puas,” ucap  Pangeran Mohammed bin Nayef tentang penunjukan sepupunya sebagai pengganti posisinya. ”Saya akan beristirahat sekarang, semoga Tuhan membantu Anda,” katanya lagi, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (22/6/2017).

 

Mohammed bin Nayef memiliki pengalaman dalam pekerjaaan intelijen selama bertahun-tahun. Julukan sebagai “Pangeran Kontra-Terorisme” melakat padanya karena dia telah memainkan peran penting dalam kebijakan keamanan internal Saudi.

Sosoknya juga dikenal sebagai pemimpin paling pro-Amerika di antara kepemimpinan Saudi. Dia menjadi sosok utama dalam pertempuran melawan al-Qaeda.

Dia bersekolah di AS, yakni kuliah di Lewis & Clark College di Portland, Oregon. Pada akhir 1980-an, Mohammed bin Nayef belajar di Biro Investigasi Federal (FBI) sebelum menggantikan posisi ayahnya di Kementerian Dalam Negeri. Dia juga mengikuti kursus "anti-terorisme" di Scotland Yard Unit.

Sebelum serangan 11 September di AS, Mohammed bin Nayef telah mengembangkan hubungan dengan pejabat AS sebagai tokoh yang dihormati dalam "perang melawan terorisme".

Dia memimpin sebuah tindakan keras terhadap al-Qaeda di Arab Saudi antara tahun 2003 dan 2007. Badan Intelijen Pusat AS (CIA) menganggap Mohammed bin Nayef sebagai kunci untuk mengalahkan al-Qaeda.

George Tenet, mantan direktur CIA, menggambarkan Mohammed bin Nayef sebagai ”lawan bicaranya yang paling penting”.

Pada tahun 2009, Mohammed bin Nayef selamat dari upaya pembunuhan oleh al-Qaeda setelah setuju untuk bertemu dengan Abdallah Asiri, seorang anggota al-Qaeda yang membingkai dirinya sebagai mantan petempur yang bertobat. Selama pertemuan di Jeddah, Asiri meledakkan sebuah rompi bunuh diri, namun akhirnya hanya sedikit melukai Mohammed bin Nayef.

Sejak saat itu, Mohammed bin Nayef tetap tangguh dalam keamanan internal. Dia ditunjuk sebagai Menteri Dalam Negeri pada tahun 2012 dan Wakil Perdana Menteri pada tahun 2015. Namun, semua jabatan itu kini dicopot. 

Pada tahun 2017, Mohammed bin Nayef dianugerahi medali oleh direktur baru CIA, sebagai penghormatan atas kontribusinya terhadap kerja kontraterorismenya.





Credit  sindonews.com




Pejabat AS: Korut Tes Mesin Roket untuk Rudal Balistik Antar-Benua


Pejabat AS: Korut Tes Mesin Roket untuk Rudal Balistik Antar-Benua
Stasiun Peluncuran Satelit Sohae yang digunakan Korea Utara untuk menguji coba mesin roket untuk rudal balistik antar-benua. Foto/KCNA/REUTERS


WASHINGTON - Korea Utara (Korut) dilaporkan telah melakukan uji coba mesin roket yang dapat digunakan untuk menembakkan rudal balistik antar-benua (ICBM). Laporan itu diungkap para pejabat Amerika Serikat (AS) yang memiliki informasi terkait uji coba peralatan rudal Pyongyang.

Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut berambisi memiliki rudal balistik antar-benua yang bisa menghantam daratan AS. Jika Pyongyang berhasil menguji coba ICBM, Washington berada dalam bahaya karena ICBM bisa membawa hulu ledak nuklir.

Pejabat AS yang berbicara dalam kondisi anonim kepada Fox News, Jumat (23/6/2017), mengatakan, tes mesin roket Korut diduga dilakukan pada hari Rabu di Stasiun Peluncuran Satelit Sohae. Situs itu menjadi lokasi tes serupa sebanyak tiga kali di bulan Maret lalu.

Laporan itu juga dikonfirmasi oleh pejabat AS lainnya, yang mengatakan bahwa tes tersebut dapat dilakukan untuk tahap terkecil dari mesin roket untuk ICBM.

Rezim Kim Jong-un sendiri melalui medianya sudah mengisyaratkan bahwa mereka akan menguji coba ICBM dalam waktu dekat. Tes ICBM, menurut Korut, diperlukan untuk membantu Pyongyang dalam mengatasi kebijakan bermusuhan AS.

Selama bertahun-tahun, Pyongyang terus mengembangkan teknologi nuklir dan rudal dengan target mampu menyerang daratan AS, yang jaraknya sekitar 9.000 km (5.500 mil). AS dan sekutunya di kawasan tersebut baru-baru ini merasa cemas bahwa Pyongyang akan melaksanakan uji coba senjata nuklir untuk keenam kalinya setelah melakukan lima kali uji coba senjata nuklir sejak tahun 2006.

Sebuah rudal dianggap ICBM jika bisa menempuh jarak setidaknya 5.500 km (3.400 mil). Namun, ada pula yang dirancang untuk mencapai target 10.000 km (6.200 mil). Teknologi ICBM memerlukan metode dan sarana teknik yang rumit agar berhasil mengirimkan muatan ke target yang ditentukan tanpa mengalami kegagalan melalui tiga tahap penerbangan.

Sejauh ini, Pyongyang telah melakukan sejumlah uji coba rudal jarak pendek dan menengah. Namun, para ahli Barat yakin bahwa Pyongyang belum memiliki teknologi untuk memproduksi rudal balistik antarbenua yang bisa dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir.

Meskipun diremehkan para ahli Barat, media Korea Utara pada awal bulan ini mengklaim militer Pyongyang akan menguji tembak ICBM dalam waktu dekat.

”Rangkaian uji senjata strategis baru-baru ini menunjukkan bahwa kita tidak terlalu jauh dari uji coba rudal balistik antar-benua,” tulis surat kabar Partai Buruh yang berkuasa di Korut, Rodong Sinmun, dalam editorialnya. 




Credit  sindonews.com





Uji Coba Versi Baru Sistem Rudal AS-Jepang Berujung Kegagalan


Uji Coba Versi Baru Sistem Rudal AS-Jepang Berujung Kegagalan
Sistem anti rudal AS Jepang gagal menembak jatuh rudal balistik dalam sebuah uji coba di lepas pantai Hawaii. Foto/Istimewa


WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan Jepang melakukan uji coba sistem pertahan udara baru di lepas pantai Hawaii. Namun, rudal tersebut gagal mencegat sasaran, kata Badan Pertahanan Rudal AS dalam pernyataannya.

Dalam pertanyaan tersebut diungkapkan jika yang menjadi target adalah rudal balistik jarak menengah yang diluncurkan dari Kauai. USS John Paul Jones mendeteksi dan melacaknya dengan radar AN / SPY-1 menggunakan sistem senjata Aegis Baseline 9.C2.

"Setelah memperoleh dan melacak target, kapal tersebut meluncurkan rudal yang dipandu SM-3 Blok IIA, namun rudal tersebut tidak berhasil mencegat target," demikian yang dinyatakan rilis tersebut seperti dikutip dari Sputniknews, Kamis (22/6/2017).

Badan Pertahanan Rudal AS bermaksud untuk melakukan analisis ekstensif terhadap data uji coba dan menyelesaikan sebuah tinjauan. Pada bulan Februari 2017 lalu, sebuah tes mencegat serupa berhasil, menurut rilis tersebut. 





Credit  sindonews.com





Rusia Siapkan Aksi Balasan Atas Sanksi UE


Rusia Siapkan Aksi Balasan Atas Sanksi UE
Rusia dilaporkan sedang menyiapkan aksi balasan atas keputusan Uni Eropa (UE) memperpanjang sanksi kepada Moskow. Foto/Istimewa


MOSKOW - Rusia dilaporkan sedang menyiapkan aksi balasan atas keputusan Uni Eropa (UE) memperpanjang sanksi kepada Moskow. UE memperpanjang sanksi atas Rusia untuk satu tahun ke depan.

"Tentu saja, prinsip utama respon terhadap sanksi adalah prinsip timbal balik, jadi cukup dimengerti dan jelas. Tindakan penanggulangan sekarang sedang dilakukan dan dirumuskan di tingkat ahli," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (22/6).

Selain UE, Amerika Serikat (AS) juga turut memberikan sanksi tambahan kepada Rusia terkait dengan krisis Ukraina. Dalam putaran sanksi baru tersebut, AS menjatuhkan sanksi kepada 38 individu atau perusahaan yang diduga mendukung aksi Rusia di Ukraina.

Putaran terakhir sanksi tersebut menargetkan pejabat Ukraina dan Rusia, serta perusahaan di AS yang diduga membantu Rusia memperketat cengkeramannya di Semenanjung Crimea.

Pengumuman sanksi baru tersebut dilakukan tepat sebelum Presiden Ukraina Petro Poroshenko bertemu dengan Wakil Presiden Mike Pence di Gedung Putih dan kemudian mampir ke Oval Office untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump dan Penasihat Keamanan Nasional H.R. McMaster.

"Keputusan ini ditujukan untuk mempertahankan tekanan pada Rusia untuk bekerja menuju solusi diplomatik. Pemerintahan ini berkomitmen pada proses diplomatik yang menjamin kedaulatan Ukraina, dan seharusnya tidak ada sanksi tambahan jika Rusia memenuhi kewajibannya berdasarkan kesepakatan Minsk," kata Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. 





Credit  sindonews.com






NATO Akui Pesawatnya Dikejar Jet Rusia di Laut Baltik



NATO Akui Pesawatnya Dikejar Jet Rusia di Laut Baltik
Jet Rusia mengejat pesawat tempur NATO yang mendekat pesawat Menteri Pertahanan Rusia di atas Laut Baltik. Foto/Istimewa



BRUSSELS - NATO mengkonfirmasi bahwa pesawatnya telah dikejar oleh tiga pesawat Rusia di atas Laut Baltik. Insiden itu terjadi karena pesawat NATO tidak menanggapi konvertor lalu lintas udara atau memberikan informasi tentang identitas mereka.



Sebelumnya, pesawat tempur F-16 NATO berusaha mendekati pesawat Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dalam perjalanan ke kota Kaliningrad paling barat Rusia di atas perairan Baltik yang netral namun dikejar oleh jet Rusia.

"NATO dapat memastikan bahwa tiga pesawat Rusia, termasuk dua pesawat tempur, dilacak di atas Laut Baltik. Karena Pesawat tidak mengidentifikasi diri mereka atau merespons pengendalian lalu lintas udara, jet tempur NATO bergegas untuk mengidentifikasi mereka, menurut prosedur standar," kata perwakilan NATO.

"NATO tidak memiliki informasi mengenai siapa yang berada di pesawat. Kami menilai perilaku pilot Rusia melakukan tindakan yang aman dan profesional," ujar perwakilan aliansi itu lagi seperti dikutip dari Sputniknews, Kamis (22/6/2017).

Pesawat tempur Sukhoi Su-27 Rusia, salah satu pesawat yang mengawal pesawat Shoigu, kemudian menunjukkan senjatanya, mendorong F-16 untuk mundur.

Sebelumnya, pada tanggal 6 Juni lalu Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa mereka mengirim pesawat tempur superior Su-27 di atas Laut Baltik untuk mencegat dan mengawal pembom strategis B-52 Amerika Serikat (AS) yang mendekati perbatasannya.

Pada 12 Mei, kementerian tersebut mengatakan Moskow mengirim pesawat tempur Su-30 pada 9 Mei di atas Laut Hitam untuk mencegat pesawat pengintai AS. 




Credit  sindonews.com






Prancis Tak Lagi Ngotot Ingin Lengserkan Assad


Prancis Tak Lagi Ngotot Ingin Lengserkan Assad
Pemerintah Prancis secara mengejutkan mengatakan, mereka tidak lagi ngotot ingin melengserkan Presiden Suriah Bashar al-Assad dari posisisnya saat ini. Foto/Istimewa
 

PARIS - Pemerintah Prancis secara mengejutkan mengatakan, mereka tidak lagi ngotot ingin melengserkan Presiden Suriah Bashar al-Assad dari posisisnya saat ini. Kebijakan ini merupakan langkah baru yang diambil oleh Presiden Emmanuel Macron.

Macron mengatakan dalam sebuah wawancara dengan delapan surat kabar Eropa, ia ingin bekerja lebih dekat dengan Rusia untuk mendapatkan solusi di Suriah dan mengatakan bahwa kekuatan luar negeri terlalu terfokus pada Assad sebagai pribadi.

"Pandangan baru yang saya hadapi dalam masalah ini adalah saya belum menyatakan kepergian Bashar Assad adalah syarat penting untuk semuanya, karena tidak ada yang menunjukkan kepada saya penggantinya yang sah," ucap Macron, seperti dilansir AP pada Kamis (22/6).

Sebelumnya, Prancis bersama dengan Amerika Serikat (AS) adalah negara-negara yang ngotot untuk melengserkan Assad. Mereka menilai Assad adalah sumber masalah di Suriah, dan harus disingkirkan.

Sementara itu, Macron dalam wawancara tersebut kembali menegaskan Prancis tidak akan segan-segan menyerang Suriah jika pemerintah Assad terbukti menggunakan senjata kimia untuk menyerang pemberontak, dan warga sipil. 




Credit  sindonews.com








Rusia: Besar Kemungkinan Al-Baghdadi Telah Tewas


Rusia: Besar Kemungkinan Al-Baghdadi Telah Tewas
Rusia menyebut besar kemungkinan pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, telah tewas dalam sebuah serangan udara pada akhir bulan Mei lalu. Foto/Istimewa


MOSKOW - Pejabat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia mengatakan besar kemungkinan bahwa pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi tewas dalam serangan udara pada akhir Mei lalu. Pernyataan ini sekaligus mempertegas pernyataan sebelumnya yang menyatakan al-Baghdadi telah tewas bersama para pendukungnya pertengahan bulan ini.

Pada 16 Juni lalu Moskow mengklaim bahwa pemimpin ISIS diyakini telah terbunuh dalam sebuah serangan udara yang menargetkan pertemuan para pemimpin kelompok ekstrimis itu di luar Raqqa.



Kabar terbaru mengenai kepastian tewasnya al-Baghdadi ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Oleg Syromolotov.

"Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, dapat dikatakan dengan probabilitas tinggi bahwa pemimpin ISIS, al-Baghdadi, tewas sebagai hasil serangan oleh militer Rusia jelang akhir Mei. Informasi ini sekarang diperiksa melalui berbagai saluran," kata Syromolotov seperti dikutip dari CBS News, Kamis (22/6/2017).

Tidak segera jelas apakah Syromolotov telah menyinggung data intelijen terbaru, atau hanya mengulangi klaim Kremlin tentang tewasnya al-Baghdadi.

Beberapa jam sebelumnya, dalam sebuah briefing harian, juru bicara Kemlu Rusia mengatakan bahwa dia tidak memiliki informasi baru mengenai kondisi al-Baghdadi.

Seorang pejabat mencatat bahwa ISIS tidak diragukan lagi berhasil dikalahkan di medan perang baik di Suriah maupun di Irak, dan bahwa kelompok dan negara lain sangat ingin mengklaim beberapa tanggung jawab atas kekalahan tersebut.

Abu Bakr al-Baghdadi belum pernah terdengar kabarnya sejak akhir 2016 lalu. Pemimpin ISIS ini hanya pernah muncul dalam video, berbicara dengan para pendukung di sebuah masjid yang menjadi ikon di jantung Mosul yang, kebetulan, dihancurkan oleh ISIS pada kemarin Rabu karena pasukan Irak mengepungnya.



Kemunculannya itu terjadi pada tahun 2014, saat Baghdadi mendirikan khalifah Muslim yang memproklamirkan dirinya sendiri sebagai khalifah.

Terakhir kali Baghdadi merilis sebuah pesan audio pada 3 November 2016, saat dia merilis sebuah pernyataan audio yang mendesak para pengikut untuk terus memperjuangkan Mosul. 



Credit  sindonews.com



Rusia Klaim Bunuh Pemimpin ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi


Rusia Klaim Bunuh Pemimpin ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi
Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi diyakini tewas akibat serangan udara Rusia. Foto/Istimewa


MOSKOW - Rusia mengatakan mereka yakin salah satu serangan udaranya kemungkinan telah membunuh pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Kematian komandan militan tersebut telah dikabarkan beberapa kali sebelumnya.

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan di Facebook bahwa pihaknya sedang memeriksa informasi yang berkaitan dengan serangan tersebut. Rusia mengatakan serangan tersebut menargetkan sebuah pertemuan tokoh-tokoh senior ISIS dekat benteng kelompok itu di Raqqa, Suriah, pada 28 Mei.

Dikatakan sekitar 30 komandan lapangan dan 300 gerilyawan tewas oleh serangan jet tempur Su-35 dan Su-34. Baghdadi kemungkinan hadir dalam pertemuan tersebut.

"Menurut informasi yang sedang diperiksa melalui berbagai saluran pemimpin ISIS hadir dalam konferensi tersebut dan dihancurkan oleh serangan tersebut," pernyataan Kementerian Pertahan Rusia yang dimuat di Facebook seperti dikutip dari NBC News, Jumat (16/6/2017).

Militer Rusia mengatakan telah mengatakan kepada Amerika Serikat (AS) tentang serangan tersebut yang mungkin telah membunuh pemimpin ISIS. "Mitra kami, AS, telah diberi tahu sebelumnya tentang waktu dan lokasi serangan udara Rusia melalui saluran komunikasi," demikian pernyataan itu. 



Credit  sindonews.com










Perang Lawan ISIS Usai, AS Tarik Senjata dari Kurdi


Perang Lawan ISIS Usai, AS Tarik Senjata dari Kurdi
AS berjanji akan menarik senjata dari militan Kurdi jika berhasil merebut Raqqa dari ISIS. Foto/Ilustrasi/Istimewa
 

ANKARA - Pejabat Turki mengatakan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Jim Mattis, meyakinkan Turki bahwa senjata yang diberikan kepada pejuang Kurdi Suriah akan ditarik kembali. Senjata-senjata tersebut akan ditarik kembali setelah ISIS berhasil digulingkan dari benteng utama mereka di Suriah, Raqqa.

Hal itu diungkapkan Mattis dalam sebuah surat. Dalam surat itu, Mattis juga meyakinkan Menteri Pertahanan Turki Fikri Isik bahwa AS secara teratur akan menyediakan daftar senjata kepada militan Kurdi kepada Turki. Sementara penasihat militer AS di lapangan akan memastikan bahwa senjata tersebut tidak berada di luar zona pertempuran Suriah.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Turki Ertan Omeroglu mengkonfirmasi surat tersebut seperti dikutip dari CBS News, Kamis (22/6/2017).

Keputusan AS untuk meluncurkan serangan guna menguasai Raqqa bekerja sama dengan Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi telah memperumit hubunganya dengan Ankara. Turki memandang kelompok pejuang Kurdi tersebut sebagai perpanjangan tangan dari kelompok teroris Kurdi yang beroperasi di Turki.

Ankara takut senjata yang diberikan kepada pejuang Kurdi akan berakhir di tangan para pemberontak di Turki dan telah mengancam akan menanggapi setiap ancaman.

Seorang pejabat Ankara mengatakan Mattis mengatakan kepada ISIS bahwa 80 persen kekuatan yang akan merebut Raqqa akan terdiri dari orang-orang Arab dan pasukan Arab akan menguasai kota tersebut.

Jika dikonfirmasi, pernyataan Mattis mengenai senjata-senjata tersebut akan diambil kembali setelah peperangan Raqqa berakhir dengan konflik dengan komentar baru-baru ini yang dibuat oleh pejabat koalisi pimpinan AS melawan ISIS.

Juru bicara koalisi bulan lalu, Kolonel John Dorrian mengatakan, senjata yang dipasok ke Kurdi tidak akan diambil kembali oleh AS setelah misi spesifik selesai. Namun AS akan memantau dengan hati-hati di mana dan bagaimana mereka digunakan.

Ada beberapa laporan yang kredibel sejak aliansi militer pimpinan AS dibentuk untuk membantu memerangi ISIS di Suriah dan Irak dari senjata buatan Amerika yang jatuh ke tangan milisi, dan bahkan ISIS sendiri dalam jumlah yang lebih kecil.

Dalam beberapa kasus, senjata AS dipasok ke pasukan Kurdi berakhir dengan milisi Syiah yang juga sedang memerangi ISIS, namun terlibat dalam pembunuhan dan penyiksaan Muslim Sunni di daerah yang direbut dari ISIS.  







Credit  sindonews.com




Palestina: Saudi Tidak Akan Jalin Hubungan Diplomatik dengan Israel



Palestina: Saudi Tidak Akan Jalin Hubungan Diplomatik dengan Israel
Petinggi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Mustafa Barghouti yakin, Arab Saudi tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Foto/Istimewa


RAMALLAH - Petinggi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Mustafa Barghouti yakin, Arab Saudi tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Setidaknya hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

"Saya tidak berpikir Arab Saudi atau negara-negara Arab lainnya akan menerima untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Ini adalah isu yang sangat sensitif, Yerusalem adalah masalah yang sangat sensitif. Bagaimana mungkin Arab Saudi memiliki hubungan normal dengan Israel, sementara Israel menduduki tempat religius ketiga paling penting bagi umat Muslim, yakni Masjid al-Aqsa?" tanya Barghouti.

"Jika hubungan normal terjadi antara Israel dan negara-negara Arab tanpa menyelesaikan masalah Palestina, Israel berpikir bahwa dunia akan melupakan masalah Palestina," tambahnya, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (22/6).

Pernyataan Barghouti ini merupakan respon atas seruan yang dibuat oleh Menteri Intelijen dan Transportasi Israel, Yisrael Katz. Katz menyerukan pemimpin Arab Saudi Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud untuk menggelar pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, untuk memperbaiki hubungan kedua negara.



Katz juga meminta Raja Salman untuk mengirim Putra Mahkota Saudi yang baru, yakni Mohammed bin Salman ke Tel Aviv untuk membahas mengenai ancaman yang ditimbulkan oleh Iran terhadap kawasan, khususnya terhadap Israel dan Saudi.





Credit  sindonews.com






Menteri Israel Minta Raja Salman Gelar Pertemuan dengan Netanyahu


Menteri Israel Minta Raja Salman Gelar Pertemuan dengan Netanyahu
Menteri Israel, Yisrael Katz menyerukan pemimpin Arab Saudi Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud untuk menggelar pertemuan dengan Netanyahu. Foto/Istimewa


TEL AVIV - Menteri Intelijen dan Transportasi Israel, Yisrael Katz menyerukan pemimpin Arab Saudi Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud untuk menggelar pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dia menyebut, pertemuan ini harus dilakukan agar terciptanya hubungan diplomatik antara kedua negara.

Katz juga meminta Raja Salman untuk mengirim Putra Mahkota Saudi yang baru, yakni Mohammed bin Salman ke Tel Aviv untuk membahas mengenai ancaman yang ditimbulkan oleh Iran terhadap kawasan, khususnya terhadap Israel dan Saudi.

"Saya memanggil Salman, Raja Saudi, untuk mengundang Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk mengunjungi Arab Saudi," kata Katz dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (22/6).

"Kami melihat betapa indahnya sambutan yang Anda berikan ketika Presiden (Donald) Trump ada di sana. Anda juga bisa mengirim ahli waris Anda yang baru, Pangeran Mohammed bin Salman. Dia adalah seorang yang dinamis, dia adalah inisiator dan dia ingin membuat sebuah terobosan," sambungnya.

Serupa serupa juga disampaikan oleh Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman. Dia mengatakan, terjalinnya hubungan diplomatik antara Israel dan Suadi akan mempermudah penyelesaikan masalah di kawasan, termasuk di dalamnya masalah dengan Palestina.

"Kesepakatan damai harus dicapai dengan negara Sunni yang moderat, sebelum kesepakatan damai dapat dilakukan dengan Palestina," ucapnya merujuk pada Saudi. 





Credit  sindonews.com




PBB: Populasi Dunia Dekati 10 Miliar di 2050


PBB: Populasi Dunia Dekati 10 Miliar di 2050 
India akan menjadi negara dengan penduduk terpadat di dunia pada 2050. (AFP PHOTO / Dibyangshu SARKAR)


Jakarta, CB -- Populasi manusia di dunia saat ini yang berjumlah 7,6 miliar jiwa akan terus membengkak hingga mencapai angka 9,8 miliar di tahun 2050, sebut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporannya.

Selain itu, PBB menyebutkan di tahun 2050 nanti, India akan melampaui China sebagai negara dengan penduduk terpadat di dunia.

Sementara Nigeria akan menempati posisi populasi terbanyak ke-tiga, di bawah China, menggantikan Amerika Serikat.

Hal itu terungkap dalam laporan Departemen Urusan Sosial dan Ekonomi PBB yang dirilis Rabu (21/6).


“Dengan perkiraan kasar peningkatan penduduk sebanyak 83 juta orang per tahun, tren populasi dunia akan terus meningkat bahkan saat angka fertilitas menurun,” sebut laporan itu, seperti diberitakan AFP, Kamis (22/6)

Mengacu pada kecepatan itu, populasi dunia akan mencapai angka 8,6 miliar jiwa pada 2030, kemudian meningkat hingga 9,8 miliar jiwa di 2050 dan menjadi 11,2 miliar jiwa di tahun 2100.

India, yang kini berada di populasi terpadat ke-dua setelah China akan menjadi nomor satu di 2024 nanti. Saat ini, India memiliki 1,3 miliar penduduk sementara China berada di angka 1,4 miliar.

Adapun Nigeria dinilai sebagai negara dengan pertumbuhan penduduk tertinggi. Di samping itu, penduduk di negara-negara Afrika juga akan berlipat ganda selama 33 tahun mendatang.

Penduduk dengan usia 60 tahun ke atas juga diperkirakan naik dua kali lipat pada 2050 dan meningkat lebih dari tiga kali lipat di 2100.

Laporan itu juga menyebutkan penduduk usia lanjut dunia diprediksi meningkat dari angka 962 juta jiwa pada 2017 menjadi 2,1 miliar di 2050 dan bertambah hingga 3,1 miliar pada 2100.






Credit  CNN Indonesia







Duterte Peringatkan Kemungkinan Perang Sipil di Mindanao


Duterte Peringatkan Kemungkinan Perang Sipil di Mindanao 
Duterte memperingatkan kemungkinan pecahnya perang sipil jika baku tembak antara militer Filipina dan kelompok militan di Marawi tak kunjung usai dan meluas. (Reuters/Erik De Castro)


Jakarta, CB -- Presiden Rodrigo Duterte memperingatkan kemungkinan pecahnya perang sipil jika baku tembak antara militer Filipina dan kelompok militan Maute di Marawi tak kunjung usai dan meluas hingga ke seluruh Mindanao.

Duterte mengatakan, perang sipil sangat mungkin terjadi karena jika kelompok militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS mulai merambah ke wilayah lain, warga Kristen akan bersiaga dengan mempersenjatai diri.

"Semuanya akan kacau karena orang Kristen di Mindanao juga akan mempersenjatai diri sendiri. Kita tidak bisa membiarkan itu karena jika warga sipil mempersenjatai diri, akan ada perang sipil," ujar Duterte di hadapan para tentara yang terluka akibat bentrokan dengan Maute di Marawi.

Untuk mencegah terjadinya perang sipil, Duterte mendesak jajaran kabinetnya untuk segera merampungkan perundingan damai dengan kelompok pemberontak Fron Pembebasan Islam Moro (MILF) yang dipimpin oleh Al-Hajj Murad Ebrahim.


Dengan demikian, Duterte dapat meminta bantuan MILF untuk bernegosiasi hingga bisa meredam kekuatan kelompok-kelompok militan yang terinspirasi ISIS, seperti Maute dan Abu Sayyaf.

"Kami berharap dapat mempercepat proses damai dan saya akan mengatakan kepada Murad dan MILF, 'Kalian urus semua wilayah yang kalian inginkan, di pusat Mindanao, Lanao, Cotabato, Sultan Kudarat," tutur Duterte, Kamis (22/6).

Selama belasan tahun, pemerintah Filipina dan MILF memang sudah menggodok perjanjian yang akan memberikan kewenangan bagi kelompok pemberontak tersebut untuk mendirikan pemerintahan otonom di sejumlah wilayah. Namun, perundingan itu tak kunjung rampung.

Menurut Duterte, lebih baik pemerintah merelakan sejumlah wilayah menjadi daerah otonom ketimbang harus melihat perang sipil pecah di selatan negaranya.

Duterte juga mengatakan, ia sesungguhnya tidak ingin memberlakukan darurat militer di Mindanao pasca pecahnya bentrokan antara tentara dan Maute di Marawi. Namun, ia terpaksa melakukannya agar perang tidak meluas.

"Saya sangat tidak ingin memberlakukan darurat militer. Saya terpaksa karena jika tidak, kekacauan di Mindanao akan meluas. Kita kemudian akan kesulitan," katanya, sebagaimana dikutip Inquirer.



Credit  CNN Indonesia






Indonesia Buka Opsi Operasi Militer Bersama Tangkal ISIS


Indonesia Buka Opsi Operasi Militer Bersama Tangkal ISIS 
mengindikasikan adanya operasi militer bersama antara Indonesia, Filipina dan Malaysia demi memberantas ISIS di Asia Tenggara. (REUTERS/Beawiharta)


Jakarta, CB -- Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan patroli militer demi menangkal peredaran ISIS yang dilakukan Indonesia, Filipina, dan Malaysia, belum memikirkan ke arah operasi militer bersama.

Namun, Wiranto mengindikasikan bahwa operasi militer gabungan itu bisa dilakukan.

"Kita sendiri punya pengembangan prosedur operasi, tak bisa tiba-tiba kompak," kata Wiranto saat ditemui di kantor Kemenko Polhukam, Kamis (22/6).

Wiranto menjelaskan untuk bisa sampai ke taraf operasi bersama, perlu ada penyesuaian yang harus dilakukan oleh militer dari ketiga negara.

Salah satu penyesuaian yang menurut Wiranto telah sejalan adalah patroli maritim yang beberapa hari lalu diresmikan di Tarakan, Kalimantan Utara. Dalam peresmian itu Menteri Pertahanan dari tiga negara hadir, termasuk Menhan Indonesia Ryamizard Ryacudu.



"Dari situ nanti ada peningkatan dan kita mencoba untuk melakukan prosedur operasi bersama," ujarnya.

Selain masalah prosedur, Wiranto menekankan bahwa keinginan tiga negara tersebut untuk memberantas peredaran ISIS di Asia Tenggara, menjadi aspek yang tak kalah penting.

Wiranto juga menambahkan adanya persetujuan dari Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk melakukan patroli darat di negaranya, guna mengantisipasi penyebaran kelompok ISIS di Asia Tenggara.

Namun, itu tak serta merta membuat militer Indonesia bisa masuk begitu saja ke Filipina. Dia mengatakan tetap harus ada prosedur konstitusional, sebelum akhirnya operasi tersebut bisa dilakukan.

"Semua ada prosedurnya, sementara kita pelajari dulu operasi bersama itu bagaimana karena Indonesia tak bisa tiba-tiba (operasi) di negara lain," ujar mantan Panglima ABRI itu.






Credit  cnnindonesia.com







Filipina Klaim Kepung Militan di Marawi


Filipina Klaim Kepung Militan di Marawi Kini, militan Maute dilaporkan hanya menguasai sekitar 1 kilometer persegi daerah di Marawi. (Reuters/Romeo Ranoco)


Jakarta, CB -- Setelah lima pekan bertempur di Marawi, militer Filipina berhasil memukul mundur militan Maute dan mengepung kelompok militan tersebut di salah satu sudut kota.

"Pasukan kami menyerbu dari timur dan utara dan kami sudah mengepung tiga jembatan," ujar salah satu komandan tentara Filipina, Christopher Tampus, sebagaimana dikutip Reuters.

Kini, kata Tampus, militan Maute hanya menguasai sekitar 1 kilometer persegi daerah di Marawi. Sisa pasukan Maute pun kini diperkirakan sudah menurun drastis, hingga hanya sekitar 100 orang.

Militer Filipina menganggap perkembangan ini sebagai satu kemenangan. Namun, negara tetangga seperti Malaysia justru khawatir para militan yang mulai terdesak akan kabur ke wilayah mereka.

"Kami khawatir mereka akan masuk ke negara ini dengan menyamar menjadi imigran ilegal atau nelayan asing," ucap Komandan Keamanan Sabah Timur, Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid.

Namun, militer Filipina akan berusaha untuk memberangus kelompok Maute sebelum perayaan Idul Fitri. Mereka optimistis, terutama setelah mengetahui strategi tempur Maute.

Para militan itu masih menggunakan strategi klasik, menembak dan melemparkan bom tangan dari dalam sekolah atau masjid.

Mereka juga kerap memaksa warga sipil berjaga di ruas-ruas jalan untuk menjadi tameng manusia jika militer datang.

Strategi ini dapat terbaca setelah militer berhadapan langsung dengan militan Maute sejak bentrokan pecah pada 23 Mei lalu.

Bentrokan ini bermula ketika militer Filipina melancarkan operasi penangkapan pemimpin kelompok militan Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon.

Tak berapa lama setelah bentrokan pecah, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, langsung mendeklarasikan darurat militer.






Credit  CNN Indonesia




Filipina Bikin ISIS Terpojok di Marawi, Malaysia Ketir-ketir



Filipina Bikin ISIS Terpojok di Marawi, Malaysia Ketir-ketir
Militer Filipina membombardir wilayah di Marawi untuk memerangi para militan loyalis ISIS. Foto/REUTERS/Romeo Ranoco



MARAWI - Militan loyalis kelompok Islamic State atau ISIS telah terpojok setelah digempur militer Filipina selama lima minggu terakhir. Namun, serangan Filipina itu membuat Malaysia khawatir kelompok ISIS menyeberang ke wilayah mereka di Sabah.

Kekhawatiran Kuala Lumpur muncul ketika Filipina, Indonesia dan Malaysia sendiri sepakat meluncurkan patroli bersama untuk mengendalikan pergerakan kelompok militan di wilayah kepulauan mereka.

Para menteri luar negeri ketiga negara juga berkumpul di Manila pada hari Kamis (22/6/2017) untuk melakukan pembicaraan.

”Kami khawatir mereka bisa masuk ke negara (Malaysia) dengan menyamar sebagai imigran gelap atau nelayan asing,” kata Kepala Komando Keamanan Sabah Timur (Esscom) Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid, seperti dilansir Bernama.

Esscom telah membuat daftar buron yang mencakup dua pentolan militan yang mempelopori usaha untuk menduduki Marawi.

Mereka adalah pemimpin kelompok Abu Sayyaf Isnilon Hapilon, yang diproklamirkan sebagai emir ISIS Asia Tenggara, dan Abdullah Maute, yang pengikutnya sekitar 400-500 milisi. Kedua pentolan militan pro-ISIS ini dianggap terlibat pembunuhan orang-orang non-Muslim dan penyanderaan puluhan warga sipil di Marawi.

Pertempuran di Marawi pecah mulai 23 Mei 2017. Menurut data militer Filipina, total korban tewas telah mencapai sekitar 369 orang, dengan tiga perempatnya berasal dari kubu kelompok militan.

Juru bicara militer Filipina Letnan Kolonel Jo-Ar Herrera mengatakan bahwa jumlah militan yang berada di Marawi telah menyusut menjadi sedikit di atas 100 orang.

Pejabat militer Filipina Letnan Kolonel Christopher Tampus menambahkan; ”Wilayah mereka telah berkurang menjadi hanya 1km persegi.”

”Pasukan kami datang dari timur dan utara dan kami menghalangi tiga jembatan,” katanya, seperti dikutip Reuters




Credit  sindonews.com











Kemarahan Warga setelah ISIS Hancurkan Masjid Al-Nuri


Kemarahan Warga setelah ISIS Hancurkan Masjid Al-Nuri Masjid al-Nuri dihancurkan oleh ISIS karena hendak direbut oleh pasukan Irak. (Iraqi Military Handout/via Reuters TV)


Jakarta, CB -- "Ketika saya melihat ke luar jendela dan melihat menara tidak lagi berdiri di sana, saya merasa sebagian dari diri saya telah mati."

Untuk Ahmed Saied, guru berusia 54 tahun, dan banyak warga lainnya, Mosul tidak akan lagi sama setelah militan ISIS meledakan mnenara condong yang sudah menghiasi kota selama 850 tahun.

Militan menghancurkan Masjid Agung Al-Nuri pada Rabu malam berikut menara terkenalnya, yang akrab disebut al-Hadba atau si bungkuk oleh warga Irak. Dalam cahaya fajar, yang tersisa hanya dasar bangunan di antara puing-puing.


Penghancuran ini dilakukan ketika pasukan pemerintah Irak merangsek mendekati masjid yang juga menjadi simbol penting bagi ISIS ini. Pemimpin kelompok teror itu, Abu Bakar al-Baghdadi, menggunakannya untuk mendeklarasikan kekhalifahan gadungan yang membentang di Suriah dan Irak.

Bendera hitamnya telah berkibar di atas menara setinggi 45 meter itu sejak 2014, setelah pasukan ISIS membanjiri Irak dan merebut wilayah besar di negara tersebut.

Para pemberontak memilih untuk meledakan masjid itu ketimbang melihat bendera tersebut diturunkan oleh pasukan Irak yang didukung AS. Mereka bertempur di antara bangunan-bangunan dan jalanan Kota Tua, distrik terakhir yang masih dikuasai ISIS di Mosul.

"Dini hari, saya naik ke atap rumah saya dan terkejut melihat menara Hadba sudah hilang," kata Nashwan, seorang buruh harian yang tinggal Khazraj, melalui sambungan telepon. "Saya menangis, saya merasa kehilangan anak."

Menara itu dibangun dari tujuh lapis bata dekoratif dalam pola geometris rumit yang juga ditemukan di Persia dan Asia Tengah. Kemiringan dan kurangnya perawatan membuat menara itu rentan terhadap ledakan.


Kantor media militer Irak menyebarkan gambar yang diambil dari udara, menunjukkan masjid dan menara itu hanya tersisa puing-puing di antara rumah-rumah dan jalan kecil Kota Tua. Video di media sosial menunjukkan menara itu runtuh secara vertikal, menyisakan debu.

"Pasukan keamanan Irak terus mendorong ke kawasan ISIS yang terisa, kata Kolonel Ryan Dillon, juru bicara koalisi internasional yang membantu pasukan Irak melawan ISIS.

"Hanya ada dua kilometer persegi yang tersisa di Mosul Barat sebelum seluruh kota bisa dibebaskan," ujarnya kepada Reuters melalui telepon.

Untuk banyak orang, kehancuran menara itu menjadi tanda kejatuhan terakhir kekuasaan ISIS di Mosul dan meramalkan kekalahannyta di Irak. "Menghgancurkan al-Hadba dan al-Nuri sama dengan mengakui kekalahan secara resmi," kata Perdana Menteri Haider al-Abadi di situs webnya. 




Credit  CNN Indonesia





Al-Nuri, Masjid Zaman Pertengahan yang Dihancurkan ISIS


Al-Nuri, Masjid Zaman Pertengahan yang Dihancurkan ISIS Sebelum dihancurkan ISIS, masjid al-Nuri menjadi salah satu objek sejarah zaman pertengahan di Irak. (REUTERS/Erik De Castro)


Jakarta, CB -- Masjid Agung al-Nuri yang dihancurkan oleh kelompok teror ISIS adalah salah satu peninggalan bersejarah yang ada di Mosul, Irak. Karena itu, kehancurannya dapat dikatakan sebuah kerugian besar bagi negara yang dilanda konflik tersebut.

Walau demikian, Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi justru berkata sebaliknya. "Menghancurkan menara al-Hadba dan Masjid al-Nuri adalah bentuk pengakuan kekalahan secara resmi," ujarnya melalui komentar singkat di situs web, Kamis (22/6).

Dari masjid zaman pertengahan inilah pemimpin kelompok teror itu, Abu Bakar al-Baghdadi, mendeklarasikan kekhalifahan gadungan yang membentang di wilayah Suriah dan Irak.


Warga Irak menyebut menara condong setinggi 45 meter di masjid itu sebagai al-Hadba atau si bungkuk. Bendera hitam khas Baghdadi yang menyalahgunakan kata 'tiada Tuhan selain Allah' berkibar di atas menara tersebut sejak 2014 lalu.

Sejumlah pejabat pemerintahan Iraq secara pribadi sempat berharap masjid itu bisa direbut kembali sebelum Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Hari pertama Idul Fitri di Irak jatuh pada 25 atau 26 Juni.

Jika Mosul berhasil direbut, maka separuh khalifah Baghdadi yang ada di Iraq bisa dikatakan resmi runtuh, walau ISIS masih mempunyai wilayah di bagian barat dan selatan kota tersebut.

Nama masjid tersebut diambil dari Nuruddin al-Zanki, bangsawan dari wilayah feodal di masa lalu yang meliputi Turki, Suriah dan Irak, yang berperang melawan para tentara salib. Masjid itu dibangun pada 1172-73, tak lama sebelum kematiannya, dan menaungi sebuah pesantren.


Ketika Ibnu Batuta, pengembara sekaligus cendekiawan terkemuka zaman pertengahan, mengunjungi masjid tersebut dua abad kemudian, menaranya condong. Kemiringan itu membuat masjid tersebut disebut Si Bungkuk.

Masjid tersebut dibangun dengan tujuh lapis bata dekoratif dalam pola geometris rumit yang juga ditemukan di Persia dan Asia Tengah.
Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan kekhalifahannya di Masjid al-Nuri.
Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan kekhalifahannya di Masjid al-Nuri. REUTERS/Social Media Website via Reuters TV)
Nabeel Nouriddin, sejarawan dan arkeolog yang diwawancara Reuters, menyebut menara itu belum pernah direnovasi sejak 1970, membuatnya sangat rentan akan ledakan meski tidak terkena hantaman langsung.

Baghdadi mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai kalif atau pemimpin semua Muslim dari podium masjid bersejarah itu pada 4 Juli 2014, setelah para pemberontak menguasai wilayah besar Suriah dan Irak.


Pidato Baghdadi dari masjid itu adalah pertama kalinya ia menampilkan diri ke dunia, dan video yang kemudian disiarkan menjadi satu-satunya rekaman di mana ia menyebut dirisebagai kalif.

Kehancuran lokasi itu terjadi ketika unit Badan Kontra-Terorisme (CTS) elit Irak, yang selama ini bertempur menembus Mosul, sudah berjarak 50 meter dari masjid, kata pernyataan militer Irak.

Seorang juru bicara militer Irak menyebut ledakan itu terjadi tepatnya pada 9.35 waktu setempat.

"Ini adalah kejahatan terhadap warga Mosul dan seluruh Irak, dan merupakan bukti mengapa organisasi brutal ini harus dihancurkan," kata Mayor Jenderal Martin dari militer AS.





Credit  CNN Indonesia





Presiden Turki dan Raja Salman bahas usaha akhiri ketegangan dengan Qatar


Presiden Turki dan Raja Salman bahas usaha akhiri ketegangan dengan Qatar
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (REUTERS)


Ankara (CB) - Presiden Turki Tayyip Erdogan melakukan pembicaraan telepon dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud dan putra mahkota baru, bersepakat untuk meningkatkan usaha mengakhiri ketegangan dengan Qatar, kata sumber dari kantor Erdogan pada Kamis.

Turki menawarkan dukungan kuat kepada Qatar setelah Arab Saudi, Mesir dan beberapa negara lain menuduh Qatar sebagai pendukung terorisme dan memutuskan semua hubungan ekonomi serta diplomatik mereka.

Erdogan berbicara dengan pemimpin Saudi itu pada Rabu malam dan kedua pihak menekankan tekad memperkuat hubungan Turki-Saudi, sementara Erdogan juga mengucapkan selamat kepada Muhamad Bin Salman atas penobatannya sebagai putra mahkota, kata sumber tersebut.

"Kesepakatan dicapai dalam upaya mengakhiri ketegangan kawasan terkait dengan Qatar," kata sumber tersebut dalam pernyataan.

Pernyataan itu mengatakan bahwa Erdogan dan Raja Salman juga setuju untuk melakukan tatap muka pada pertemuan G20 di Hamburg bulan depan.

Raja Salman menobatkan anaknya itu sebagai raja berikutnya sesuai urutan takhta pada Rabu, menyerahkan kekuasaan kepada pemuda 31 tahun itu untuk memperbaiki ekonomi kerajaan, yang bergantung pada minyak, serta menghadapi ketegangan dengan negara pesaing terberat di wilayah sekitarnya, Iran, demikian Reuters.




Credit  antaranews.com