Rabu, 06 Februari 2019

Paus Fransiskus Lakukan Kunjungan Bersejarah di Jazirah Arab


Paus Fransiskus (tengah) berjalan bersama Pangeran dan Wakil Panglima Uni Emirat Arba Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (keenam kanan) dan Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif (kedua kiri), setibanya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).
Paus Fransiskus (tengah) berjalan bersama Pangeran dan Wakil Panglima Uni Emirat Arba Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (keenam kanan) dan Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif (kedua kiri), setibanya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).
Foto: Antara/Ryan Carter

Paus Fransiskus berada di Uni Emirat Arab untuk mempromosikan kadamaian.




CB, ABUDHABI -- Paus Fransiskus melayani komunitas Katholik di Uni Emirat Arab. Dalam kunjungannya ke Semananjung Arab yang bersejarah ini ia menyerukan agar umatnya tetap lemah lembut dalam mengikuti Tuhan. Ini pertama kalinya Paus datang ke Jazirah Arab.

Satu hari setelah meminta pemimpin Kristen dan Muslim untuk berkerja sama dalam mempromosikan kedamaian dan menolak peperangan, Paus Fransiskus mengadakan misa terbesar di Arab. Misa ini menandakan tonggak sejarah baru toleransi di Uni Emirat Arab.

Hymne Helleluyah yang bergema di sepenjuru kota Abu Dhabi menjadi bukti toleransi Uni Emirat Arab terhadap agama lain selain Islam. Sementara di negara-negara Teluk Arab lainnya sangat sulit bagi masyarakat agama non-Islam menyelenggarakan ibadah publik.

"Kami harus katakan ini acara yang sangat besar dari acara yang tidak pernah kami perkirakan," kata Sumitha Pintu, perempuan asal India yang sudah tinggal hampir 20 tahun Uni Emirat Arab, Selasa (5/2).

Penyelenggara mengatakan pemeluk agama Katholik dari 100 negara menghadiri misa ini. Termasuk empat ribu Muslim dari federasi Muslim. Bukti keragaman 9 juta penduduk Uni Emirat Arab.

Surat kabar Amerika Serikat (AS) New York Times melaporkan Uni Emirat Arab memiliki Kementerian Toleransi. Kementerian ini bukti Uni Emirat Arab sudah lama berupaya mempromosikan diri mereka sebagai pusat kosmopolitan dan perdagangan global tapi juga menerapkan hukum agama yang inklusif.

Pinto menghadiri misa ini bersama suami dan empat orang anaknya. Anak bungsu Pinto memegang sebuah poster foto Paus dengan tulisan 'Selamat Datang Paus Fransiskus, Jadikan Saya Saluran Kedamaian Anda'.

Sorak-sorai meledak di dalam dan luar Stadion Zayed Sports City ketika Paus Fransiskus tiba dengan mobil bak terbuka. Teriakan 'Viva il Papa' dan 'We love you' bergema di mana-mana. Diperkirakan ada 135 ribu orang yang menghadiri misa ini.

Masyarakat Katholik Uni Emirat Arab sesuatu yang anomali di kawasan Timur Tengah. Mereka sangat banyak, beragam dan terus berkembang ketika banyak masyarakat Katholik di Timur Tengah melarikan diri dari serangan-serangan ISIS dan kelompok teror lainnya.

Gereja Katholik memperkirakan ada sebanyak 1 juta pemeluk Katholik di Uni Emirat Arab. Hampir semuanya adalah pendatang yang datang untuk bekerja di negara yang kaya minyak tersebut. Posisi mereka ada berbagai sektor mulai dari sektor kerah putih seperti keuangan sampai kerah biru seperti konstruksi.

Kebanyakan dari mereka adalah orang Filipina dan India. Banyak yang meninggalkan keluarga mereka di negara asal untuk datang dan bekerja di Uni Emirat Arab. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengkritik tempat atau kondisi kerja yang disediakan pemerintah Uni Emirat Arab kepada mereka. 

Paus Fransiskus menyampaikan khotbahnya dengan bahasa Italia. Diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan Inggris di layar raksasa. Dalam khotbahnya Paus meminta umat Katholik di Uni Emirat Arab untuk menahan segala penderitaan yang mereka tanggung.

"Tentunya tidak mudah bagi Anda untuk tinggal jauh dari rumah, merindukan orang yang Anda cintai, dan mungkin merasa tidak ada kepastian di masa depan, tapi Tuhan setia dan tidak akan meninggalkan umatnya," kata Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus juga memberitahu jemaatnya yang banyak di antara mereka miskin dan pekerja kasar untuk tidak perlu membangun karya 'sangat besar' untuk membuktikan keimanan mereka. Sebuah pesan yang menekankan kelemahlembutan di negara yang memiliki banyak gedung pencakar langit dan terkenal dengan kemewahannya.

"Yesus, tidak meminta kita untuk membangun karya besar atau menarik perhatian diri kita sendiri dengan gestur yang luarbiasa, dia meminta kita hanya membuat satu karya seni, yang mungkin untuk semua orang: hidup kita sendiri," kata Paus Fransiskus.

Para jemaat gembira dan mengapresiasi kata-kata Paus Fransiskus. Kedatangan Paus Franciskus selama tiga hari di Uni Emirat Arab merupakan sebuah oasis bagi mereka.

"Ia hampir bersifat keilahian, dia memiliki kharisma yang istimewa," kata Raphael Muntenkurian, seorang mantan seminaris yang tinggal selama 30 tahun di Uni Emirat Arab.

Muntenkurian mengatakan, semua orang sangat terpesona dengan upaya yang dilakukan Paus Fransiskus untuk terus mempromosikan perdamaian dan toleransi. Kesederhanaan dan keredahan hatinya, kata Muntenkurian, selalu layak untuk dipuji.

Untuk menekankan keragamaan jemaat Katholik doa misa dibacakan dalam berbagai bahasa dan menekankan berbagai kesulitan hidup. Dalam doa bahasa India Konkani doa misa meminta agar pejabat publik 'diterangi' dan mempromosikan martabat semua orang.

Sementara itu doa dalam bahasa Tagalog Filipina meminta agar pengorbanan dan kerja para pekerja dan imigran di Uni Emirat Arab dapat menopang keluarga mereka. Doa dalam bahasa Prancis meminta mereka yang melakukan kekerasan untuk mengubah cara mereka berperilaku dan menghentikan perang, mengatasi kebencian dan membantu semua orang untuk menjalin keadilan dan membangun kedamaian.  

Misa diakhiri pada tengah hari dan Paus pun menuju bandara Abu Dhabi untuk pulang. Pada Senin (4/2), bersama Imam Besar Al-Azhar Syeikh Ahmed el-Tayeb, Paus Fransiskus menandatangani perjanjian mempromosikan 'persaudaraan manusia'.

Paus Fransiskus juga meminta pemimpin-pemimpin agama untuk bekerja sama menentang 'kekejaman yang menyedihkan' dalam perang. Ia juga meminta pemimpin agama untuk menolak 'logika pasukan bersenjata, mempersenjatai perbatasan dan meningkatkan tembok perbatasan'.

"Tidak ada alternatif : kita membangun masa depan bersama-sama atau tidak ada masa depan sama sekali," kata Paus Fransiskus.

Kata-kata itu ia sampaikan di depan putra mahkota Uni Emirat Arab, ratusan imam, mufti, rabi dan swami yang berkumpul di Abu Dhabi. Di saat ketika Uni Emirat Arab membantu koalisi Arab Saudi dalam perang Yaman. Perang yang membuat Yaman sebagai negara termiskin di Arab ke ambang kelaparan.

"Tuhan menyertai mereka yang mencari perdamaian," tambah Paus Fransiskus. 

Penguasa Uni Emirat Arab memperhiasi lampu-lampu jalan dengan bendera Uni Emirat Arab dan Vatikan untuk kedatangan Paus Fransiskus. Mereka sudah lama memberikan kebebasan kepada agama-agama minoritas termasuk Katolik.

Pasalnya pemeluk Katholik dari India, Filipina dan Amerika Selatan, telah membantu mendukung pertumbuhan Uni Emirat Arab sebagai pekerja konstruksi, pembantu rumah tangga dan karyawan industri minyak. Sementara umat Hindu, dan minoritas agama lainnya dapat mempraktikkan keyakinan mereka.





Credit  republika.co.id





Paus Fransiskus Pimpin Misa Perdana di Semenanjung Arab



Paus Fransiskus (tengah) berjalan bersama Pangeran dan Wakil Panglima Uni Emirat Arba Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (keenam kanan) dan Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif (kedua kiri), setibanya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).
Paus Fransiskus (tengah) berjalan bersama Pangeran dan Wakil Panglima Uni Emirat Arba Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (keenam kanan) dan Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif (kedua kiri), setibanya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).
Foto: Antara/Ryan Carter

Misa tersebut akan dihadiri oleh umat kristiani dari 100 negara



CB, ABU DHABI -- Paus Fransiskus melakukan misa pertamanya bagi komunitas Katolik di Stadion Zayed Sports City, Uni Emirat Arab (UAE). Misa tersebut dilakukan pada akhir rangkaian kunjungan bersejarahnya ke Semenanjung Arab.

Misa ini disebut sebagai ibadah umat Kristiani terbesar pertama di Semenanjung Arab, yang dikenal merupakan tempat kelahiran Islam. Stadion yang berkapasitas sekitar 43 ribu orang tersebut sudah terisi penuh sejak pagi hari.

Sementara, di luar stadion pihak penyelenggara juga telah menyediakan layar raksasa. Sorak-sorai dan nyanyian Viva il Papa mengiringi Paus Fransiskus ketika memasuki stadion. Adapun misa tersebut akan dihadiri oleh umat Kristiani dari 100 negara, termasuk 4000 umat muslim dari berbagai federasi muslim.



Jumlah umat Katolik di UAE sekitar 1 juta orang dari total populasi 9 juta jiwa. Sebagian besar umat Katolik merupakan warga negara India dan Filipina yang bekerja di bidang perminyakan hingga konstruksi. Para pendeta dan diplomat menggambarkan UAE sebagai tempat yang tidak terlalu ketat untuk ibadah Kristen, tetapi seperti negara-negara di sekitarnya, UAE tidak memperkenankan kecaman atau perbedaan pendapat mengenai para pemimpinnya.

"Ini adalah peristiwa yang besar bagi kami, dan tidak pernah kami duga," ujar Sumintha Pinto, seorang penduduk asli India yang sudah 20 tahun tinggal di Uni Emirat Arab.

Pinto menghadiri misa bersama suami dan empat putranya. Ke empat putra Pinto sangat antusias mengikuti misa yang langsung dipimpin oleh Paus Fransiskus tersebut.

Doa-doa yang dipanjatkan dalam misa pertama Paus Fransiskus di Semenanjung Arab disampaikan dalam berbagai bahasa. Dalam misa tersebut, Paus Fransiskus menyerukan kepada umat Katolik untuk menghentikan kekerasan dan mendorong perdamaian antar umat beragama.

"Hentikan perang, hentikan kebencian, dan bantu kami untuk menciptakan perdamaian dan keadilan," ujar Paus Fransiskus.

Sebelumnya, pada Senin (4/2) lalu, Paus Fransikus bertemu dengan para pemimpin Semenanjung Arab dan Imam Besar Masjid Al-Azhar Mesir, Sheikh Ahmed al-Tayeb. Dalam pertemuan tersebut,mereka menandatangani dokumen tentang persaudaraan dan perdamaian antar umat beragama. Selain itu, Paus Fransiskus juga mendesak para pemuka agama untuk bekerja sama dalam menciptakan perdamaian dan menghentikan kekerasan serta perang.

Dalam pertemuan tersebut, Imam Besar Masjid sekaligus Universitas Al-Azhar di Mesir, Syekh Ahmed al-Tayeb, meminta umat Islam di Timur Tengah agar merangkul komunitas Kristen setempat. Syekh Tayeb juga meminta umat Islam di negara Barat untuk berbaur dengan negara yang menjadi tuan rumah mereka dan menghormati hukum setempat.

Mesir mengandalkan ulama-ulama Al Azhar dalam pertempurannya memerangi kalangan penganut garis keras Islam. Al-Azhar menjadi tuan rumah bagi Paus Fransiskus pada 2017 untuk memperbaiki hubungan antara umat Islam dan umat Katolik.




Credit  republika.co.id





Paus, Imam Al Azhar tandatangani deklarasi perdamaian dunia


Paus, Imam Al Azhar tandatangani deklarasi perdamaian dunia
Paus Fransiskus (kiri) dan Imam Besar Al Azhar Ahmed al-Tayeb (kanan) menandatangani Deklarasi Abu Dhabi, yakni sebuah dokumen tentang persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama, di sela-sela Pertemuan Persaudaraan Manusia di Uni Emirat Arab, Senin (4/2/2019). (Human Fraternity Meeting)




Jakarta (CB) - Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Dr. Ahmed al-Tayeb menandatangani Deklarasi Abu Dhabi, yakni sebuah dokumen tentang persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama.

Dalam keterangan tertulis dari Pertemuan Persaudaraan Manusia (Human Fraternity Meeting) yang diterima di Jakarta, Selasa, disebutkan bahwa dokumen tersebut bertujuan mendorong hubungan yang lebih kuat antarmanusia untuk menghadapi ekstremisme serta dampak negatifnya.

Upacara penandatanganan deklarasi pada 4 Februari 2019 dihadiri oleh Wakil Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Perdana Menteri dan Pejabat Dubai, Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA, serta lebih dari 400 pemimpin agama.

Dalam upacara tersebut, Wakil Presiden UEA juga menyerahkan “Penghargaan Persaudaraan Manusia - Dari Dar Zayed” kepada Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar.

Penghargaan ini diberikan kepada Dr. Ahmed al-Tayeb sebagai pengakuan atas posisinya dalam membela moderasi, toleransi, nilai-nilai global serta penolakannya terhadap ekstremisme radikal.

Sementara Paus Fransiskus dikenal sebagai promotor toleransi dengan mengesampingkan perbedaan. Ia pun dikenal karena panggilan tekadnya untuk mewujudkan perdamaian dan persaudaraan diantara umat manusia.

Dalam pidatonya sebelum menandatangani Deklarasi Abu Dhabi, Paus Fransiskus mengatakan bahwa “kebencian dan kekerasan” atas nama Tuhan tidak dapat dibenarkan.

Paus juga menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dalam upaya mengurangi konflik.

Sementara itu, Dr. Ahmed al-Tayeb, yang merupakan salah satu pemimpin Muslim terkemuka di dunia, menyeru umat Islam untuk melindungi komunitas Kristen di Timur Tengah dan bagi umat Islam di Barat untuk berintegrasi dalam masyarakat mereka.

“Anda adalah bagian dari masyarakat, anda bukan minoritas,” kata imam besar tersebut dalam pidatonya.

Upacara penandatanganan Deklarasi Abu Dhabi merupakan bagian dari Pertemuan Persaudaraan Manusia yang diselenggarakan oleh pemerintah UEA, yang sekaligus menjadi peristiwa bersejarah dimana Pimpinan Tertinggi Gereja Katolik untuk pertama kalinya mengunjungi Teluk Arab.




Credit  antaranews.com




Bom Mobil di Pusat Perbelanjaan Somalia Tewaskan 11 Orang


Bom Mobil di Pusat Perbelanjaan Somalia Tewaskan 11 Orang
Foto/Ilustrasi/Istimewa

MOGADISHU - Sebuah bom mobil meledak di sebuah pusat perbelanjaan di Ibu Kota Somalia, Mogadishu, pada Senin (4/2/2019). Serangan yang diduga oleh pihak kepolisian dilakukan oleh kelompok al-Shabaab itu menewaskan 11 orang dan melukai 10 lainnya.

Ledakan itu terjadi di distrik Hamarweyne, Mogadishu, daerah sibuk dengan toko-toko dan restoran.

"Beberapa orang yang tewas telah dikeluarkan dari sebuah bangunan yang hancur di tempat ledakan. Sejauh ini jumlah korban tewas 11 warga sipil dan 10 lainnya cedera," kata perwira polisi setempat Mohamed Hussein seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/2/2019).



Hussein sebelumnya menyebutkan korban tewas hanya dua orang.

Seorang saksi mata melihat satu orang tewas di tempat kejadian, di mana empat mobil terbakar dan sebuah restoran hancur.

Al-Shabaab sering melakukan pemboman di Mogadishu dan bagian Somalia lainnya terhadap pemerintah dan target lainnya. Kelompok ini berusaha untuk menggulingkan pemerintah pusat yang didukung Barat dan menetapkan aturannya sendiri berdasarkan interpretasi yang ketat terhadap hukum syariah.

Militan al-Shabaab juga melakukan serangan di luar Somalia. Serangan terbaru di negara tetangga Kenya, serangan bunuh diri dan senjata di kompleks kantor dan hotel di Ibu Kota Nairobi bulan lalu, menewaskan 21 orang.


Al-Shabaab ingin Kenya menarik tentaranya dari Somalia di mana mereka ditempatkan sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian Afrika yang membantu mempertahankan pemerintah pusat. 




Credit  sindonews.com




Video Manuver Jet Tempur, Pesan Tahun Baru Imlek China pada Taiwan


Video Manuver Jet Tempur, Pesan Tahun Baru Imlek China pada Taiwan
Cuplikan video pesan Tahun Baru Imlek dari China untuk Taiwan yang berisi gambar manuver pesawat pembom dan jet tempur. Foto/YouTube/Shilei/PLA

BEIJING - China merilis pesan video Tahun Baru Imlek untuk Taiwan yang menyandingkan adegan kehidupan sehari-hari di pulau yang diperintah sendiri itu dengan manuver pesawat jet tempur dan pesawat pembom Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

Video itu berjudul My Fighting Eagles Fly Around Formosa. Formosa adalah nama lama untuk Taiwan.

Video dirilis di media sosial oleh PLA Airborne Corps Airborne pada hari Minggu dengan pesan tertulis yang mengatakan itu untuk merayakan tahun baru, yang jatuh pada hari Selasa (5/2/2019).

Tayangan propaganda berdurasi 3,5 menit yang dirilis di Weibo meninggalkan sedikit imajinasi karena melapiskan lencana resmi Angkatan Udara PLA melawan tembakan pencakar langit ikonik Taiwan, Taipei 101, yang pernah menjadi gedung tertinggi di dunia.

Meski menampilkan manuver pesawat pembom H-6 dan jet tempur siluman J-20, pesan video itu berbicara tentang penyatuan kembali dan persaudaraan. Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang membangkang dan telah mengancam akan menyatukan kembali dengan China, termasuk dengan cara kekerasan.

Lirik lagu yang menyertai tayangan video menyerukan; "Saudara dan saudari dari Taiwan untuk kembali (dan) bersatu kembali".

"Elang tempurku terbang di sekitar Taiwan, ingatan nostalgia dari tanah air dengan lembut memanggilmu untuk kembali," lanjut lirik lagu tersebut.

Selain memajang gambar Taipei 101, video propaganda itu juga menampilkan cuplikan lokasi terkenal lainnya yang ada di Taiwan, seperti Danau Sun Moon dan Gunung Ali.

Beijing telah mengambil garis keras terhadap Taipei sejak Tsai Ing-wen terpilih sebagai presiden pulau itu pada 2016. Tsai menolak untuk mendukung pandangan Beijing bahwa Taiwan yang demokratis adalah provinsi China.

Sebagai tanggapan, PLA telah meningkatkan latihan militernya di udara dan di perairan di dekat Taiwan. Selain itu, PLA juga menggelar latihan perang di sisi daratan Selat Taiwan.

Kementerian pertahanan di Taipei menanggapi video PLA dengan merilis video berdurasi 90 detik, berjudul Freedom Is Not Free, pada hari Senin di Facebook.

Video balasan dari Taipei itu mencakup gambar kekuatan militer Taiwan seperti peluncuran rudal dan latihan perang yang melibatkan Angkatan Darat, Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Pesan yang disampaikan menyatakan bahwa militer Taiwan selalu siap untuk pertempuran, bahkan selama liburan Tahun Baru Imlek.

Dewan Urusan Daratan Taiwan mengutuk Beijing karena menggunakan film propaganda untuk membangkitkan perasaan tidak enak di selat itu.

"Pendekatan ini bertujuan menyatukan kembali Taiwan dengan kekuatan dan hanya akan menghasilkan hasil yang kontraproduktif karena Taiwan akan merasa jijik dan tidak menyenangkan," katanya, dikutip South China Morning Post




Credit  sindonews.com


Denuklirisasi Masih Jadi Pembahasan dalam Pertemuan AS-Korut


Pencitraan satelit yang dirilis pada 30 Maret 2018 yang menunjukkan lokasi uji coba nuklir Punggye-ri, Korea Utara
Pencitraan satelit yang dirilis pada 30 Maret 2018 yang menunjukkan lokasi uji coba nuklir Punggye-ri, Korea Utara
Foto: ABC News

Korut dinilai belum mengambil langkah konkret untuk menghentikan program nuklir.



CB, WASHINGTON -- Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Korea Utara Stephen Biegun akan terbang ke Pyongyang untuk membahas persiapan pertemuan puncak antara Presiden Donald Trump, dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada akhir Februari 2019. Biegun akan membahas persiapan tersebut dengan Kim Hyok Chol yang merupakan utusan dari pemimpin negara tersebut.

Biegun mengatakan, pertemuan tersebut bertujuan untuk memetakan hasil konkret kerja sama kedua negara. Selain itu, AS dan Korea Utara juga akan membahas peta jalan atau roadmap tentang negosiasi ke depannya.

"Pertemuan ini bertujuan untuk membahas peta jalan negosiasi dan deklarasi ke depan, sekaligus pemahaman bersama tentang hasil yang diinginkan bersama," ujar Biegun, dilansir Reuters, Selasa (5/2).

Biegun menambahkan, Kim Jong Un telah menerima kunjungan kerja Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Oktober 2018 lalu. Ketika itu, Kim mengajak Pompeo untuk meninjau pembongkaran fasilitas plutonium dan uranium di Korea Utara.

"Langkah-langkah seperti itu akan menjadi subjek pembicaraan, dan kami bersedia membahas banyak hal untuk meningkatkan hubungan dan membujuk Pyongyang menyerahkan senjata nuklirnya," kata Biegun.

Selain itu, Biegun juga akan meminta daftar program senjata Korea Utara. Adapun menurutnya, pertemuan pertama antara Trump dan Kim Jong Un di Singapura beberapa waktu lalu menghasilkan komitmen yang masih samar.

Dalam pandangan AS, Korea Utara belum mengambil langkah konkret untuk menghentikan program senjata nuklir. Sementara itu, di sisi lain Korea Utara menilai AS tidak memberikan imbal balik atas penutupan fasilitas pengujian nuklir dan rudal, serta pembongkaran beberapa fasilitas nuklir.

Beberapa waktu lalu, Direktur Intelijen Nasional AS, Dan Coats mengatakan kepada Kongres bahwa Korea Utara tidak mungkin menyerahkan semua senjata nuklirnya. Coats berpendapat, nuklir Korea Utara masih menjadi ancaman bagi AS.

Adapun, pertemuan kedua antara Trump dan Kim Jong Un akan digelar pada akhir Februari 2019. Diperkirakan, keduanya akan bertemu di sebuah resor di Kota Da Nang, Vietnam.






Credit  republika.co.id






Laporan PBB Sebut Sanksi Terhadap Korut Tidak Efektif



Laporan PBB Sebut Sanksi Terhadap Korut Tidak Efektif
Foto/Ilustrasi/SINDONews/Ian

NEW YORK - Dewan Keamanan PBB telah menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara (Korut) terkait program nuklir dan rudal balistiknya. Meski begitu, sanksi tersebut dipandang tidak efektif karena menurut laporan pemantau PBB, Korut terbukti beberapa kali melanggar sanksi tersebut.

DK PBB dengan suara bulat telah meningkatkan sanksi terhadap Korut sejak 2006 dalam upaya untuk menghentikan pendanaan untuk program rudal nuklir dan balistik Pyongyang. DK PBB juga menjatuhkan sanksi yang melarang ekspor termasuk batubara, besi, timah, tekstil dan makanan laut, dan membatasi impor minyak mentah dan produk minyak sulingan.

Menurut laporan itu, Korut terbukti telah berulang kali melanggar sanksi yang dijatuhkan oleh PBB.

"Negara itu terus menentang resolusi Dewan Keamanan melalui peningkatan besar-besaran transfer ilegal kapal-ke-kapal produk minyak bumi dan batu bara," bunyi laporan para pemantau sanksi.

"Pelanggaran ini membuat sanksi terbaru di PBB tidak efektif," imbuhnya seperti dilansir dari Reuters, Selasa (5/2/2019).

Para pemantau mengatakan mereka memiliki bukti satu transfer produk minyak terlarang yang belum pernah terjadi sebelumnya, lebih dari 57.600 barel, bernilai lebih dari USD5,7 juta.

Mereka mengatakan bahwa kasus tersebut menyoroti teknik penghindaran sanksi baru yang mengalahkan upaya uji tuntas dari pedagang komoditas terkemuka di kawasan itu, serta bank Amerika Serikat (AS) dan Singapura yang memfasilitasi pembayaran bahan bakar. Perusahaan asuransi terkemuka Inggris juga terbukti memberikan perlindungan dan perlindungan ganti rugi kepada salah satu dari kapal yang terlibat.

Laporan itu menuduh Korut juga melanggar embargo senjata PBB dan berusaha menjual berbagai peralatan militer kepada kelompok-kelompok bersenjata dan pemerintah di Timur Tengah dan Afrika. Korut juga berusaha menjual senjata kecil dan senjata ringan ke Libya, Sudan dan Pemberontak Houthi di Yaman.

"Tren penghindaran sanksi keuangan DPRK dengan menggunakan serangan dunia maya untuk secara ilegal memaksa transfer dana dari lembaga keuangan dan pertukaran mata uang kripto," catat pemantau sanksi PBB menggunkan akronim dari nama resmi Korut: Republik Rakyat Demokratik Korea.

Korut dikenai larangan barang-barang mewah dan para pemantau mengatakan mereka sedang menyelidiki penampilan publik sebuah limusin Rolls-Royce Phantom yang relatif baru di Pyongyang pada 7 Oktober tahun lalu. Sedan mewah ini biasanya dijual seharga ratusan ribu dolar.

Rusia dan China menyarankan Dewan Keamanan untuk membahas pelonggaran sanksi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un bertemu untuk pertama kalinya pada Juni tahun lalu. Namun AS dan anggota dewan lainnya mengatakan harus ada penegakan sanksi yang ketat sampai Pyongyang melakukan denuklirisasi menyeluruh sesuai dengan kesepakatan pertemuan tersebut. 





Credit  sindonews.com




Peringatkan Soal Kemungkinan Perang Saudara, Guaido Cemooh Maduro


Peringatkan Soal Kemungkinan Perang Saudara, Guaido Cemooh Maduro
Tokoh oposisi Venezuela Juan Guaido terus mendapat dukungan dari sejumlah negara. Foto/Istimewa

 

CARACAS - Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, menolak peringatan Presiden Nicolas Maduro jika krisis politik di negara itu dapat memicu perang saudara. Maduro mengatakan bahwa apakah akan ada perang tergantung pada kegilaan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.


Namun Guaido menolak pernyataan Maduro dengan menyebutnya sebagai isapan jempol belaka.

"Tidak ada kemungkinan perang saudara di Venezuela, itu hanyalah rekaan Maduro," ujarnya saat berpidato seperti dikutip dari BBC, Selasa (5/2/2019).


Guaido juga menuduh pemerintah Maduro berusaha untuk melarikan Rp21,8 triliun dana publik ke Uruguay tanpa memberikan bukti.

Dalam pidatonya Guaido, yang mencoba mengatur pengiriman bantuan, mengatakan militer menghadapi pilihan penting ketika bantuan tiba di perbatasan.

Perwakilan Guaido akan menjadi tuan rumah pembicaraan darurat mengenai pengiriman bantuan pada konferensi 14 Februari mendatang di Washington, lapor AFP. Maduro sendiri telah menolak bantuan asing ke Venezuela dengan mengatakan itu akan menjadi dalih untuk intervensi militer.

Tekanan terus tumbuh kepada Maduro ketika lebih dari setengah negara yang membentuk Uni Eropa (UE) mengakui Guaido sebagai pemimpin sementara. Pengakuan ini sebagai buntut dari penolakan tenggat waktu yang ditetapkan oleh Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol dan negara lainnya agar Maduro untuk mengadakan pemilu baru.


Setidaknya 17 negara UE secara resmi mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela. Banyak yang mengeluarkan pernyataan mendesak Maduro untuk mengadakan pemilu baru. Negara-negara UE lainnya, seperti Yunani dan Irlandia, telah menyerukan pemilu baru tetapi tidak mengakui Guaido.

Maduro mempertahankan sekutu yang kuat, terutama China dan Rusia, yang menuduh negara-negara UE mencampuri urusan Venezuela dan berusaha untuk "melegitimasi kekuasaan yang dirampas".

Presiden Venezuela juga mempertahankan dukungan penting dari militer.

Maduro, yang menjabat pada tahun 2013 setelah kematian Hugo Chavez, telah dikutuk karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan karena penanganannya terhadap ekonomi.

Ada kekurangan parah barang-barang dasar seperti obat-obatan dan makanan, dan tingkat inflasi yang tahun lalu rata-rata membuat harga dua kali lipat setiap 19 hari.

Banyak orang memilih meninggalkan Venezuela. Menurut angka PBB, tiga juta orang Venezuela telah meninggalkan negara itu sejak 2014 ketika krisis ekonomi mulai menggigit negara anggota OPEC itu. 





Credit  sindonews.com






Ini Saran Rusia Atas Krisis yang Terjadi di Venezuela


Ilustrasi krisis Venezuela.
Ilustrasi krisis Venezuela.
Foto: Reuters
Rusia menjadi negara yang tetap mengakui Nicolas Maduro sebagai pemimpin Venezuela.



CB, MOSKOW -- Kantor berita yang dikelola pemerintah Rusia, RIA News Agency melaporkan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan krisis Venezuela hanya bisa selesai dengan duduk bersama. Ia mengatakan, pemerintah Presiden Nicolas Maduro dan oposisinya harus duduk bersama.

"Kami tetap yakin satu-satunya cara untuk keluar dari krisis ini pemerintah dan oposisi duduk bersama di meja negosiasi," kata Lavrov seperti dikutip RIA, Selasa (5/2).

Negara-negara besar Eropa sudah bergabung dengan Amerika Serikat (AS) dengan mengakui ketua oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela. Sementara itu Rusia, Cina, dan Turki masih mendukung Maduro.

"Kalau tidak hanya akan ada perubahan rezim yang sama dengan yang telah Barat lakukan berkali-kali," kata Lavrov.

Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan mereka berharap pemimpin Venezuela dapat mengakhiri krisis politik dengan cepat dan damai. Merkel mengatakan Jerman sudah mengakui ketua oposisi pemerintah Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara negara Amerika Latin tersebut.

"Guaido orang yang berbicara dengan kami dan orang yang perkirakan dapat menggelar proses pemilihan umum secepat mungkin dan dari sudut pandang Jerman dia presiden sementara yang memiliki legitimasi untuk tugas ini dan juga dari sudut pandang negara-negara Eropa," kata Merkel dalam konferensi pers bersama Abe.

Dalam kunjungan selama dua hari ke Jepang, Merkel mengulangi pernyataan pemimpin negara-negara Eropa. Ia juga mengatakan Guaido harus segera melakukan pemilihan umum.

"Kami berharap proses ini dapat dilakukan sesingkat mungkin dan tentu dengan damai," tambah Merkel.





Credit  republika.co.id




Maduro Klaim Venezuela Siap Perang, Beri Nasihat Guaido


Maduro Klaim Venezuela Siap Perang, Beri Nasihat Guaido
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro. (Miraflores Palace/Handout via REUTERS)


Jakarta, CB -- Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menyatakan dia tidak akan menaati peringatan siapapun terkait krisis multidimensi di negaranya. Bahkan, dia mengatakan sudah siap angkat senjata jika terjadi perang sipil atau menghadapi campur tangan negara lain.

"Kami minta tidak ada pihak asing yang ikut campur urusan dalam negeri kami. Dan kami bersiap mempertahankan negara kami. Jika Kekaisaran Amerika Utara menyerang, kami harus mempertahankan negara kami," kata Maduro dalam wawancara bersama dengan stasiun televisi Spanyol, LaSexta, seperti dilansir Associated Press, Selasa (4/2).


Dalam wawancara itu, Maduro menyatakan dia sudah memerintahkan angkatan bersenjata untuk merekrut 50 ribu warga sipil menjadi milisi. Dia menyatakan mereka adalah penduduk yang akan menggalang dukungan di pemukiman, pabrik-pabrik, dan kampus-kampus.

Pada kesempatan itu, Maduro juga menitipkan pesan kepada seterunya, Kepala Majelis Nasional, Juan Guaido. Menurut dia, politikus muda itu masih punya jalan panjang dan jangan membuat gaduh negara itu dengan segala manuver politiknya.


"Tinggalkan taktik kudeta. Berhenti berlagak menjadi presiden yang mana belum tentu ada yang mau memilihnya. Kalau dia mau membicarakan sesuatu, mari kita duduk bersama berbicara empat mata. Mari bicarakan masalah negara ini dan jalan keluarnya. Berpolitik pada tingkat negara butuh tanggung jawab besar dan mendengarkan banyak nasihat," ujar Maduro.


Maduro juga menolak sebutan terjadi krisis kemanusiaan di negaranya. Dia meminta negara-negara lain melihat bangsanya secara utuh, dan tidak hanya dari sudut pandang kelompok pemodal seperti Amerika Serikat.

Pemerintah Venezuela juga menyatakan sedang mengevaluasi kembali kerja sama dengan negara-negara yang mengakui dan mendukung Guaido, sebagai presiden interim. Menurut mereka negara-negara itu ikut campur dalam masalah dalam negeri mereka, dan terseret hasutan Amerika Serikat untuk menggulingkan Maduro.




Credit  cnnindonesia.com


Dubes RI: Belum Ada Bukti WNI Terlibat Bom Gereja di Filipina


Dubes RI: Belum Ada Bukti WNI Terlibat Bom Gereja di Filipina
Dubes RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang akan mengirimkan nota keberatan kepada pemerintah Filipina. (CNN Indonesia/Riva Dessthania Suastha)



Jakarta, CB -- Duta Besar Indonesia untuk FIlipina, Sinyo Harry Sarundajang menegaskan dugaan keterlibatan Warga Negara Indonesia (WNI) sebagai pelaku aksi bom bunuh diri di Gereja di Pulau Jolo, Mindanao Filipina masih belum jelas.

Hal itu ia sampaikan untuk merespons pernyataan Mendagri Filipina Eduardo Ano yang meyakini pasangan suami istri (pasutri) asal Indonesia menjadi pelaku bom bunuh diri di gereja di Pulau Jolo, Mindanao, Filipina beberapa waktu lalu.

Sinyo menyatakan pihak Kepolisian Nasional FIlipina (PNP) sendiri belum dapat melampirkan bukti yang kuat seperti pemeriksaan DNA maupun rekaman CCTV yang menunjukkan pelaku pengeboman merupakan WNI.


"PNP belum mengeluarkan hasil uji DNA serta gambar resmi hasil rekaman CCTV di lokasi ledakan, yang menyatakan bahwa kedua pelaku sebagaimana dinyatakan oleh Secretary Ano adalah WNI," kata Sinyo dalam keterangan tertulis, Selasa (5/2).



Mantan Gubernur Sulawesi Utara itu menyatakan data DNA dan CCTV itu sangat diperlukan untuk membuktikan tuduhan Ano soal dugaan pelaku pengeboman merupakan warga WNI.

Ia menilai pernyataan Ano itu tak memiliki basis data yang valid. Bahkan, kata dia, Intelijen Filipina (NICA) sendiri menyatakan masih terus melakukan investigasi terkait pelaku pengeboman itu.


Dubes RI: Belum Ada Bukti WNI Terlibat Bom Gereja di Filipina
Bom Gereja Filipina. (Armed Forces Of The Philippines/Handout via REUTERS)

"Intelijen Filipina mengakui bahwa pihaknya belum mengetahui dasar penyampaian informasi yang diberikan oleh Mendagri Ano tentang keterlibatan WNI pada bom bunuh diri," ungkapnya.

Lebih lanjut, Sinyo mengeluhkan sikap Pemerintah Filipina yang kerap menuding WNI terlibat dalam aksi bom bunuh diri di negara berjuluk 'Lumbung Padi' itu tanpa adanya bukti yang kuat.


Ia bahkan mencatat sudah dua kali pemerintah Filipina melontarkan tuduhan tersebut. Pertama, kata dia, WNI dituduh terlibat pada peledakan Bom di Kota Lamitan pada 31 Juli 2018 dan Bom jelang tahun baru 2019 di Cotabato CIty.

"Namun hasil investigasi menunjukkan tidak ada keterlibatan WNI dalam dua pemboman tersebut sebagaimana pernyataan aparat [Filipina] seperti pemberitaan di media," kata dia.

Guna merespon hal itu, Sinyo menyatakan Badan Intelijen Filipina (NICA) berencana membuka investigasi gabungan dengan pemerintah RI secara informal untuk mendalami kasus tersebut.


Tak hanya itu, KBRI Manila berencana akan mengirimkan nota verbal kepada Pemerintah Filipina untuk menyatakan keberatan dan meminta klarifikasi langsung terkait tuduhan tersebut.

"Akan mengirimkan nota verbal untuk meminta klarifikasi kepada pemerintah Filipina serta menyatakan keberatan karena tak adanya notifikasi dari pemerintah Filipina mengenai dugaan keterlibatan WNI pada peristiwa serangan di Jolo," kata dia.





Credit  cnnindonesia.com




Kepolisian Filipina masih tunggu hasil pemeriksaan DNA pelaku bom bunuh diri


Kepolisian Filipina masih tunggu hasil pemeriksaan DNA pelaku bom bunuh diri
Seorang anggota Tentara Filipina berjalan di dalam sebuah gereja setelah serangan bom di Jolo, Provinsi Sulu, Filipina, Minggu (27/1/2019). (Armed Forces of the Philippines -Western Mindanao Command/Handout via REUTERS)



Jakarta (CB) - Duta Besar RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang mengatakan Kepolisian Nasional Filipina (PNP) masih menunggu hasil pemeriksaan DNA jasad kedua pelaku bom bunuh diri di sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, pada 27 Januari lalu.
“Sampai saat ini belum ada hasilnya,” kata Harry dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Hasil pemeriksaan DNA jasad kedua pelaku pengeboman akan sangat penting untuk membuktikan dugaan keterlibatan dua WNI dalam insiden yang mengakibatkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang luka-luka, seperti sebelumnya disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano.
Dalam konferensi pers di Provinsi Visayas, Filipina, 1 Februari lalu, Ano menyebut pelaku bom bunuh diri adalah pasangan suami istri WNI bernama Abu Huda dan seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya.

Kedua pelaku dibantu oleh Kamah, anggota kelompok Ajang-Ajang yang berafiliasi dengan kelompok Abu Sayyaf. Faksi tersebut telah menyatakan dukungannya kepada jaringan teroris IS.
Namun, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan KBRI Manila dan KJRI Davao, pihak intelijen Filipina (NICA) sendiri belum mengetahui dasar penyampaian informasi yang dilakukan Menteri Ano tentang keterlibatan WNI dalam insiden tersebut.
“Dengan demikian hingga saat ini belum dapat dipastikan adanya keterlibatan WNI dalam peristiwa pengeboman di Jolo,” kata Harry.


Dalam wawancara dengan media Inquirer pada 3 Februari, Wali Kota Jolo Kherkar Tan menyatakan bahwa dirinya telah mengajukan permohonan kepada kelompok pegiat HAM lokal maupun internasional untuk mengunjungi Jolo guna membantu proses investigasi tindakan teror tersebut.

Wali Kota Tan mengatakan bahwa proses pencarian fakta yang independen perlu dilakukan agar tidak ada yang “dapat ditutup-tutupi”.
Ia juga mengatakan bahwa penduduk dan keluarga para korban ledakan bom menolak mempercayai pernyataan pejabat-pejabat pemerintah yang mengklaim bahwa pelaku bom bunuh diri asal Indonesia yang mungkin telah melakukan serangan tersebut.
Pada 4 Februari lalu, Kepala Kepolisian Nasional Filipina Oscar D. Albayalde menyampaikan keterangan pers bahwa Kammah L. Pae, seorang pria warga Jolo yang diyakini sebagai tersangka utama sekaligus donatur aksi pengeboman, telah menyerahkan diri bersama empat orang lainnya, yaitu Albaji Kisae Gadjali alias Awag, Rajan Bakil Gadjali alias Radjan, Kaisar Bakil Gadjali alias Isal, serta Salit Alih alias Papong.


Kelima orang tersebut adalah anggota kelompok Abu Sayyaf di bawah pimpinan Hatib Hajan Sawadjaan. Mereka menyerahkan diri setelah kepolisian dan militer Filipina melakukan operasi pengejaran besar-besaran.
Kamah diyakini sebagai bagian dari anggota tim yang memandu para pelaku bom bunuh diri, yaitu pasangan Asia yang belum teridentifikasi identitasnya. Pasangan tersebut diketahui tiba di Jolo dengan menggunakan perahu pada 24 Januari 2019.




Credit  antaranews.com


Kepolisian Filipina belum rilis bukti keterlibatan WNI dalam pengeboman di Jolo


Kepolisian Filipina belum rilis bukti keterlibatan WNI dalam pengeboman di Jolo
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Lalu Muhammad Iqbal (kedua kanan) bersama Duta Besar RI untuk Filipina Sinyo Sinyo Harry Sarundajang (ketiga kanan) memberikan keterangan pers terkait pembebasan dan penyerahan kembali tiga WNI yang sebelumnya disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina selatan, Jakarta, Rabu (19/9/2018). (ANTARA/Yashinta Difa)




Jakarta (CB) - Duta Besar RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang mengatakan Kepolisian Nasional Filipina (PNP) belum merilis bukti keterlibatan WNI dalam pengeboman di sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, pada 27 Januari 2019.
“Otoritas setempat belum mengeluarkan hasil uji DNA serta gambar resmi hasil rekaman CCTV di lokasi ledakan, yang menyatakan bahwa kedua pelaku sebagaimana dinyatakan oleh Secretary Ano adalah WNI,” kata Harry dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Dugaan mengenai keterlibatan dua WNI sebagai pelaku bom bunuh diri yang mengakibatkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang luka-luka pertama kali disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri (Secretary of Interior and Local Government) Filipina Eduardo Ano.
Dalam konferensi pers di Provinsi Visayas, Filipina, 1 Februari lalu, Ano menyebut pelaku bom bunuh diri adalah pasangan suami istri WNI bernama Abu Huda dan seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya.
Kedua pelaku dibantu oleh Kamah, anggota kelompok Ajang Ajang yang berafiliasi dengan kelompok Abu Sayyaf. Faksi tersebut telah menyatakan dukungannya kepada jaringan teroris IS.

Namun, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan KBRI Manila dan KJRI Davao, pihak intelijen Filipina (NICA) sendiri belum mengetahui dasar penyampaian informasi yang dilakukan Menteri Ano tentang keterlibatan WNI dalam insiden tersebut.
"Saat dihubungi KBRI Manila, pihak NICA secara informal menyatakan keterbukaannya untuk melakukan investigasi bersama dengan pemerintah RI,” ujar Harry.
Berdasarkan catatan KBRI Manila, berita keterlibatan WNI dalam aksi bom bunuh diri dan serangan teror telah beberapa kali disampaikan pemerintah Filipina kepada media massa tanpa adanya dasar pembuktian dan hasil investigasi terlebih dahulu.
Tuduhan keterlibatan WNI pernah disampaikan saat terjadi ledakan bom di Kota Lamitan, Provinsi Basilan, pada 31 Juli 2018 serta ledakan bom menjelang tahun baru 2019 di Kota Cotabato atas nama Abdulrahid Ruhmisanti.
“Meski demikian, hasil investigasi menunjukkan tidak ada keterlibatan WNI dalam dua peristiwa pengeboman tersebut sebagaimana pernyataan aparat dan pemberitaan media massa,” lanjut Harry.
Untuk menyikapi penyebaran berita yang belum jelas kebenarannya ini, KBRI Manila akan meminta klarifikasi langsung melalui Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri Filipina.
Nota verbal juga akan dikirimkan oleh pemerintah RI untuk meminta klarifikasi kepada pemerintah Filipina serta menyatakan keberatan karena tidak adanya notifikasi dari pemerintah Filipina mengenai dugaan keterlibatan WNI dalam serangan bom di Pulau Jolo.





Credit  antaranews.com




Diduga Bantu WNI Membom Gereja Filipina, 5 Anggota Abu Sayyaf Menyerah


Diduga Bantu WNI Membom Gereja Filipina, 5 Anggota Abu Sayyaf Menyerah
Kondisi Gereja Cathedral of Our Lady of Mount Carmel di Jolo, Filipina selatan, yang dihantam bom kembar. Foto/REUTERS

MANILA - Lima anggota kelompok militan Abu Sayyaf yang diyakini berada di belakang pemboman mematikan terhadap sebuah gereja di Filipina selatan menyerah diri kepada pihak berwenang akhir pekan lalu. Menurut polisi setempat, salah satu dari mereka diduga membantu dua warga negara Indonesia (WNI) dalam melakukan serangan.

Kepala Polisi Filipina Oscar Albayalde mengumumkan penyerahan diri lima anggota Abu Sayyaf tersebut pada hari Senin (4/2/2019).

Anggota senior Abu Sayyaf; Kammah Pae, ikut menyerahkan diri kepada pasukan pemerintah. Menurut Albayalde, Kammah Pae diduga telah membantu pasangan asal Indonesia dalam serangan pada 27 Januari lalu.

"Dia dipaksa untuk menyerah," kata Albayalde pada konferensi pers. "Dia mungkin tidak ingin mati selama serangan militer," katanya lagi, dikutip Reuters.

Pasukan Filipina telah baku tembak dengan kelompok Abu Sayyaf di Patikul, Provinsi Sulu, pada hari Sabtu. Tiga gerilyawan Abu Sayyaf tewas. Sedangkan dari kubu militer Filipina lima tentara tewas.

Albayalde mengatakan Kammah membantah terlibat dalam pemboman ganda di katedral Jolo yang menewaskan 23 orang, termasuk warga sipil dan tentara. Namun, laporan para saksi mata menunjukkan dia mengawal pasangan asal Indonesia yang diduga terlibat dalam serangan tersebut.

Pasukan keamanan juga mengambil alat peledak improvisasi (IED) dan komponen lain dari rumahnya.

Kelima tersangka akan menghadapi beberapa tuduhan, termasuk tuduhan pembunuhan.

Pelaku serangan bom kembar di gereja teresebut masih simpang siur. Pemerintah Indonesia belum bisa mengonfirmasi laporan dari pihak berwenang Filipina bahwa pasangan suami-istri asal Indonesia sebagai pelakunya. Terlebih, identifikasi pelaku belum jelas.

Abu Sayyaf adalah organisasi militan yang terkenal karena kerap melakukan penculikan untuk minta tebusan. Kelompok ini telah sumpah setia kepada kelompok Islamic State atau ISIS.

"Ada lebih banyak bukti yang perlu diperiksa dengan cermat," kata Albayalde.

Sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan bahwa ledakan kembar di gereja Jolo kemungkinan akibat serangan bunuh diri. Namun, laporan lain dari militer mengatakan bom-bom itu diduga diletakkan di dalam dan di luar gereja yang kemudian diledakkan dari jarak jauh.

Beberapa hari kemudian, Menteri Dalam Negeri Duterte, Eduardo Ano, mengatakan bahwa serangan itu diduga dilakukan oleh pasangan Indonesia dengan bantuan Abu Sayyaf.

Klaim menteri itu juga sinkron dengan klaim kelompok ISIS melalui media propagandanya, Amaq, bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan di gereja.



Credit  sindonews.com


Jepang Sesalkan Keputusan Penangguhan INF, Tapi Pahami Alasan AS


Jepang Sesalkan Keputusan Penangguhan INF, Tapi Pahami Alasan AS
Jepang mengaku menyesalkan keputusan Amerika Serikat (AS) dan Rusia untuk menangguhkan Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah atau INF. Foto/Istimewa

TOKYO - Jepang mengaku menyesalkan keputusan Amerika Serikat (AS) dan Rusia untuk menangguhkan Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah atau INF. Namun, Tokyo menyatakan memahami alasan Washington menangguhkan perjanjian itu.

"Perjanjian itu telah memainkan peran bersejarah dalam pengendalian dan pengurangan senjata. Kami memenuhi syarat situasi di mana perjanjian itu harus diakhiri, karena tidak diterima," kata Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga.

"Namun, Tokyo dapat memahami esensi masalah yang memicu AS untuk mengumumkan keputusannya," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Senin (4/2).

Seperti diketahui, AS telah menuduh Rusia melanggar perjanjian INF dan pada hari Jumat dan mengumumkan bahwa pihaknya menangguhkan perjanjian itu. AS juga menyatakan kemungkinan akan menarik diri secara penuh jika Rusia tidak mengubah sikapnya dalam kurun waktu enam bulan ke depan.

Sebagai respon atas keputusan AS tersebut, kemarin Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan Moskow akan turut menagguhkan perjanjian INF.

Putin juga telah memerintahkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov dan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu untuk tidak melanjutkan negosiasi mengenai perlucutan senjata dengan AS. Tetapi, Putin mencatat bahwa semua proposal Rusia tetap ada di atas meja. 




Credit  sindonews.com



Kejaksaan New York Usut Dugaan Korupsi Dalam Pelantikan Trump


Kejaksaan New York Usut Dugaan Korupsi Dalam Pelantikan Trump
Ilustrasi Presiden AS, Donald Trump. (REUTERS/Lisa Norman-Hudson)


Jakarta, CB -- Kejaksaan Federal New York, Amerika Serikat dilaporkan tengah menyelidiki dugaan korupsi untuk acara pelantikan Presiden Donald Trump pada 20 Januari 2017. Ketika itu panitia pelantikan dilaporkan menggalang dana hingga US$107 juta yang dicurigai tidak sah.

Seperti dilansir AFP, Rabu (6/2), kejaksaan federal New York menerbitkan surat perintah permintaan kepada panitia pelantikan Trump untuk menyerahkan seluruh laporan keuangan dan hal-hal lain kepada mereka pada Senin lalu. Panitia menyatakan mereka akan bekerja sama dengan aparat.

Surat perintah itu panitia menyerahkan dokumen catatan sumbangan, vendor, kontraktor, dan rekening bank yang terkait dengan kegiatan mereka dalam pelantikan Trump. Hal itu diduga untuk mengungkap dugaan adanya korupsi dan pencucian uang.


Aparat dilaporkan menyelidiki seorang penyumbang, Imaad Zuberi dan perusahaannya di Los Angeles, Avenue Ventures. Dia menyumbang US$900 ribu untuk pelantikan Trump. Kegiatan pelantikan yang berlangsung sepekan itu diduga kuat membuka celah bagi kalangan pengusaha dan pelobi ke Gedung Putih. Mereka rela membuat acara makan malam, konser, dan kegiatan lain demi bisa mendapat akses ke lingkar kekuasaan.


Jumlah uang yang berhasil dihimpun oleh panitia pelantikan Trump menarik perhatian sekaligus pertanyaan. Apakah di dalamnya terdapat sumbangan tidak sah dari pihak asing, sebagai pelicin dari pengusaha untuk mendapat kontrak proyek pemerintah, atau malah dugaan gratifikasi.

Wakil Ketua Panitia pelantikan Trump adalah Rick Gates. Dia menjadi tersangka dugaan konspirasi dan kesaksian palsu dalam penyelidikan Biro Penyelidik Federal AS (FBI). Investigasi yang digelar oleh Robert Mueller juga menyinggung soal dugaan penyimpangan anggaran dalam pelantikan, proses seleksi tamu undangan, dan pesta eksklusif yang diduga dihadiri oleh orang-orang memiliki hubungan dengan pemerintah Rusia.


Meski begitu, Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders, menampik penyelidikan panitia pelantikan itu terkait dengan Trump. Menurut dia perkara ini dibuat-buat.

"Hal ini tidak ada hubungannya dengan Gedung Putih. Faktanya adalah hal ini tidak terkait dengan presiden," ujar Sarah.



Credit  cnnindonesia.com



Ancaman Bom Palsu Buat Panik Ribuan Penduduk Moskow


Ancaman Bom Palsu Buat Panik Ribuan Penduduk Moskow
Ilustrasi Kota Moskow, Rusia. (REUTERS/Maxim Zmeyev)


Jakarta, CB -- Ribuan penduduk Kota Moskow, Rusia dibuat dibuat gempar pada Selasa (5/2). Penyebabnya adalah ancaman bom yang membuat aparat mengevakuasi para warga dari ratusan bangunan di tengah dan sekitar Moskow.

Seperti dilansir AFP, aparat terpaksa mengevakuasi sekitar 50 ribu orang di Moskow setelah mendapat ancaman bom. Setelah pasukan penjinak bahan peledak sejumlah lokasi, tidak ditemukan satupun bom yang dimaksud.


Bahkan Universitas Negeri Rusia di Moskow tidak luput dari ancaman bom. Ratusan mahasiswa yang sedang dan hendak kuliah dievakuasi karena menerima pesan ancaman.

Menurut laporan sejak pekan lalu 130 gedung di tengah kota dan wilayah pinggiran Moskow menerima pesan ancaman bom. Hal itu juga terjadi di beberapa daerah lain di Rusia, yakni Saint Petersburg, Krasnoyarsk di Siberia dan Volgograd.


Badan layanan darurat Rusia menyatakan pola pesan ancaman bom itu dikirimkan melalui surat elektronik dan kata-katanya mirip. Hingga saat ini aparat masih mengusut kejadian itu.




Credit  cnnindonesia.com



Senin, 04 Februari 2019

Kesalahan Besar, Amerika Tarik Diri dari Pakta Senjata Nuklir


Komponen sistem rudal jelajah SSC-8 / 9M729 dipajang di Patriot Expocentre dekat Moskow, Rusia, 23 Januari 2019. REUTERS / Maxim Shemetov
Komponen sistem rudal jelajah SSC-8 / 9M729 dipajang di Patriot Expocentre dekat Moskow, Rusia, 23 Januari 2019. REUTERS / Maxim Shemetov

CB, Jakarta - Keputusan Amerika Serikat untuk menarik diri dari Pakta Pengendalian Senjata Nuklir jarak jauh atau INF menuai keprihatinan. Para analis dan politikus khawatir keputusan ini akan menjadi babak baru perlombaan pengembangan senjata dan mendorong dunia lebih dekat pada perang nuklir.
"Tidak ada hal baik yang dihasilkan dengan keluarnya Amerika Serikat dari pakta ini," kata Mark Fitzpatrick, Direktur Eksekutif program non-proliferation Institut Internasional untuk kajian strategis.


Menurut Fitzpatrick, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah membuat sebuah kesalahan besar karena keluarnya Amerika Serikat dari pakta ini sama dengan menciderai kesepakatan dan menghancurkan kepercayaan Rusia. Keputusan ini juga akan menjadi masalah antara Amerika Serikat dengan sekutu-sekutunya di Eropa.

Fitzpatrick juga menekankan, hancurnya Pakta Pengendalian Senjata Nuklir jarak jauh bisa memancing perlombaan pengembangan senjata dengan Cina. Sejumlah analis lain menduga keputusan Presiden Trump angkat kaki dari Pakta ini adalah untuk membentuk keseimbangan militer di Eropa.


Keputusan Amerika Serikat untuk angkat kaki dari Pakta Pengendalian Senjata Nuklir jarak jauh dilakukan di tengah memburuknya hubungan antara Washington dan Moskow terkait aneksasi Krimea dari Ukraina dan tuduhan dugaan intervensi Rusia dalam pemilu Amerika Serikat 2016.

Pakta Pengendalian Senjata Nuklir jarak jauh atau INF ditanda tangani Amerika Serikat dan Rusia saat terjadi krisis rudal pada akhir 1970-an dan 1980-an, dimana ketika itu Uni Soviet memobilisasi rudal jelajah yang bisa menghantam sebagian besar wilayah Eropa. Hal ini mendorong Amerika Serikat mengerahkan rudal balistik yang bisa menjangkau ibu kota Moskow dalam tempo 10 menit.
Dalam Pakta Pengendalian Senjata Nuklir jarak jauh atau INF, Amerika Serikat dan Rusia dilarang menempatkan semua rudal dalam jangkauan 500 kilometer dan 5.500 kilometer, membersihkan wilayah Eropa dari seluruh senjata jenis destabilisasi. Hampir 3.000 rudal balistik dan rudal jelajah jarak menengah sudah dihancurkan.





Credit  tempo.co





Kapal Perang Rusia Dilengkapi Senjata Baru untuk 'Butakan' Musuh


Kapal Perang Rusia Dilengkapi Senjata Baru untuk \Butakan\ Musuh
Kapal perang Rusia dan senjata barunya, 5P-42 Filin. Foto/Alexei Danichev/Spuntik/Ruselectronics

MOSKOW - Dua kapal perang Angkatan Laut Rusia telah dilengkapi senjata baru yang dapat membuat tentara musuh kehilangan target dengan cara membutakan mata mereka untuk sementara. Senjata itu juga diklaim bisa menyebabkan halusinasi dan membuat para tentara musuh ingin muntah.

Produsen senjata, Ruselectronics, mengatakan kepada RIA Novosti bahwa senjata jenis dazzler baru bernama 5P-42 Filin itu tidak mematikan.

"Ini menciptakan efek seperti strobo yang mengganggu penglihatan, secara serius menghambat kemampuan prajurit (musuh) untuk membidik di malam hari," kata pihak Ruselectronics, yang dilansir Minggu (3/2/2019) malam.

Selama uji coba, sukarelawan menggunakan senapan serbu, senapan sniper, dan senapan mesin untuk menembak target yang ditempatkan sejauh 2km dan dilindungi oleh perangkat. Mereka semua kesulitan membidik karena mereka tidak bisa melihat target.

Sekitar 45 persen sukarelawan melaporkan bahwa mereka merasa pusing, mual, dan bingung. Sebanyak 20 persen mengaku mengalami halusinasi."Menggambarkannya seperti bola cahaya yang bergerak di depan mata (kita)," lanjut pihak produsen senjata.

Ruselectronics tidak menentukan berapa banyak sukarelawan yang berpartisipasi dalam tes senjata baru itu.

Menurut perusahaan itu, 5P-42 Filin juga mampu secara efektif menekan teknologi penglihatan malam, sensor laser, dan bahkan sistem penunjuk untuk rudal anti-tank dari jarak hingga 5km.

Kapal-kapal perang yang dilengkapi dengan senjata baru itu adalah fregat canggih Admiral Gorshkov dan Admiral Kasatonov, keduanya dari Armada Laut Utara Rusia. Masing-masing memiliki dua stasiun Filin. Dua fregat lagi, yang saat ini sedang dibangun, juga diperkirakan akan dipasangi perangkat serupa.

Perusahaan tersebut pertama kali meluncurkan senjata menyilaukan pada bulan Desember lalu dan diklaim sebagai alat untuk penegakan hukum. Tim desain senjata mengatakan bahwa perangkat tersebut dapat digunakan selama penggerebekan terhadap teroris dan penjahat lainnya. 





Credit  sindonews.com



Rusia Bakal Kembangkan Rudal Hipersonik Jarak Menengah


Rusia Bakal Kembangkan Rudal Hipersonik Jarak Menengah
Rusia akan mengembangkan rudal hipersonik jarak menengah berbasis darat setelah keluar dari perjanjian INF. Foto/Ilustrasi/Istimewa

MOSKOW - Rusia akan mengembangkan rudal jarak menengah jenis baru setelah menarik diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF). Keputusan itu datang sebagai tanggapan terhadap Amerika Serikat (AS) yang menangguhkan tanggung jawabnya atas perjanjian INF.

"Saya setuju dengan proposal untuk membuat rudal jarak menengah hipersonik berbasis darat," kata Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri seperti dikutip dari RT, Minggu (3/2/2019).

Dia juga mendukung saran militer untuk membuat model rudal jelajah Kalibr yang berbasis di darat, yang saat ini dipasang di pesawat, kapal perang, dan kapal selam.

Namun, Putin menjelaskan, jika Moskow mengakuisisi rudal jarak pendek dan menengah, mereka tidak akan mengerahkannya ke Eropa atau wilayah lain di dunia kecuali Washington terlebih dahulu melakukannya.

Sementara itu Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menjelaskan bahwa membuat senjata baru itu akan menjadi tindakan pembalasan terhadap AS. Shoigu menuding AS telah mengembangkan rudal jarak pendek dan jarak menengahnya sendiri dalam pelanggaran nyata dari Perjanjian INF.

Sedangkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, juga menekankan bahwa Washington telah melakukan pelanggaran langsung atas perjanjian yang ditandatangani pada 1987 itu. AS telah menempatkan peluncur Mk 41 di Eropa sebagai bagian dari program pertahanan rudal AS. Peluncur itu benar-benar mampu membawa rudal Tomahawk jarak menengah dan itu dapat dilakukan dengan mudah dan tanpa modifikasi.

Putin mengumumkan sebelumnya bahwa Rusia menghentikan keikutsertaannya dalam Perjanjian INF. Ini dilakukan sebagai tanggapan atas penangguhan enam bulan perjanjian oleh Washington.

Perjanjian Kekuatan Nuklir Jangka Menengah (INF) melarang semua rudal darat dengan jarak antara 500 dan 5.500 km, serta peluncur mereka. AS mengancam akan membatalkan kesepakatan, kecuali Moskow menghentikan pengujian dan menyerahkan rudal 9M729, yang menurut Washington melebihi batas yang diizinkan. Rusia membantah tuduhan itu, dengan menegaskan bahwa tes itu dilakukan sesuai dengan perjanjian. 




Credit  sindonews.com