Ilustrasi (REUTERS/Aly Song)
Jakarta, CB -- Penangkapan penerus tahta sekaligus Chief Financial Officer (CFO) Huawei Meng Wanzhou menggambarkan makin intensifnya perang antara Amerika Serikat dan China untuk merajai teknologi.
Sebab,
menurut James Andrew Lewis Direktur Program Kebijakan Teknologi di
Pusat Strategi dan Studi Internasional di Washington kemampuan menguasai
teknologi saat ini menjadi barometer kekuatan sebuah negara.
Berbeda
dengan abad ke-20, dimana sumber daya alam dan kemampuan memproduksi
barang dalam jumlah besar yang menjadi kekuatan nasional.
"Dasar-dasar
keamanan dan kekuatan berbeda hari ini. Kemampuan untuk menciptakan dan
menggunakan teknologi baru adalah sumber kekuatan ekonomi dan keamanan
militer," kata Lewis seperti yang diwartakan CNN.
Melalui pandangan itulah beberapa orang di pemerintah China menilai
alasan besar dari penangkapan Meng. Meng ditangkap pada 1 Desember di
Kanada atas permintaan otoritas AS dan meminta agar perempuan itu
diekstradisi untuk menghadapi tuntutan di AS.
Huawei adalah salah
satu pabrikan ponsel pintar dan peralatan jaringan terbesar di dunia.
Huawei menjadi ujung tombak ambisi Cina untuk mengurangi
ketergantungannya pada teknologi asing dan menjadi kekuatan inovasi di
negaranya.
"AS sedang mencoba melakukan apa pun yang bisa menahan
ekspansi Huawei di dunia karena perusahaan ini adalah perusahaan
teknologi yang kompetitif China," kata salah satu editorial di koran
pemerintah China Daily.
Untuk memenuhi ambisi penguasaan
teknologi, China memompa ratusan milyar dolar ke dalam rencana "Made in
China 2025". Lewat rencana ini, China ingin menjadi pemimpin global
dalam industri seperti robotik, mobil listrik dan cip komputer.
Hambat penguasaan 5G
Saat ini prioritas utama
Huawei adalah memperkenalkan teknologi nirkabel jaringan generasi kelima
yakni 5G. Paul Triolo, Kepala perusahaan kebijakan resiko teknologi
global Eurasia Group menyebut Huawei menjadi satu-satunya perusahaan di
dunia yang bisa memproduksi semua elemen jaringan 5G.
Mulai dari
perangkat untuk BTS, pusat data, antena, hingga ponsel. Mereka pun bisa
memproduksi barang-barang ini dengan skala besar dan harga lebih
terjangkau.
"Xi Jinping menyebut ingin China menguasai pasar 5G
secara global," jelas Lewis kepada CNN Business. "Banyak orang yang
memperkirakan teknologi (5G) ini akan menjadi gelombang teknologi
berikutnya, seperti internet dan smartphone."
Tapi ambisi
menguasai 5G butuh peran AS. Sebab, dari 92 komponen pemasok komponen ke
Huawei, 33 diantaranya berasal dari AS. Intel, Qualcomm dan Micron
memasok perangkat keras, sementara Microsoft dan Oracle digunakan untuk
perangkat lunak, seperti disebutkan Tom Holland dari Gavekal Research.
Penerapan perang dagang oleh AS menjadi perlawanan terbuka untuk mempertahankan dominasi negara itu.
Penangkapan
Meng disebut analis Jefferies, Edison Lee akan membuat rencana 5G China
seikit terhambat. Sebab, larangan ekspor terhadap Huawei bisa
menghambat diluncurkannya layanan 5G perusahaan itu, "atau setidaknya
mengurangi volumenya," jelas Lee.
Sejumlah negara telah melarang
penggunaan produk telekomunikasi dari perusahaan China, merujuk pada
Huawei dan ZTE. Bersama dengna AS, Australia dan Selandia Baru telah
mengesahkan aturan itu. Jepang tengah mengusulkan pelarangan serupa di
negaranya. Sementara grup perusahaan telekomunikasi di Inggris, BT,
menyebut mereka tak akan membeli perangkat 5G Huawei.
Credit
cnnindonesia.com