Di masa kecilnya, Perdana Menteri India Narendra Modi kerap membantu sang ayah berjualan teh di stasiun kereta. (Jim Bourg)
Jakarta, CB -- Hidup berubah 180 derajat boleh jadi tepat menggambarkan kisah Narendra Damodardas Modi. Kerabat menganggap Modi muda hanya seorang anak dari kota kecil di India, Vadnagar, negara bagian Gujarat, yang suka membantu sang ayah berjualan teh di stasiun kota setiap hari.
Namun,
siapa sangka di umur ke-63 tahun Modi dilantik menjadi Perdana Menteri
India ke-14-orang nomor satu di negara dengan perekonomian terbesar
ketujuh pada 2018 berdasarkan IMF.
Guru sekolahnya menggambarkan
sosok Modi sebagai siswa biasa-biasa saja, namun sangat terampil dalam
berdebat. Modi dikenal kerap menghabiskan waktu dengan membaca di
perpustakan sekolah dan sangat tertarik dengan seni teater.
Lahir pada 1950, Modi pernah kabur dari rumah karena
menolak dijodohkan dalam usia 17 tahun. Selama dua tahun dia pernah
berkeliling India sebelum melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas
Delhi mengambil jurusan ilmu politik.
Dikutip dari situs resminya, darah politik Modi sudah terlihat sejak
muda. Di usia 8 tahun, Modi bergabung dengan Rashtriya Swayamsevak
Sangh (RRS), organisasi nasionalis Hindu yang berpengaruh di India. RRS
menolak paham sekularisme dan menjunjung tinggi Hinduisme dalam
konstitusi negara.
Pada 1985, Modi bergabung degan partai politik
nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP). Sejak itu, karier
politik Modi terus merangkak naik hingga menjadi Dewan Eksekutif
Nasional BJP pada 1991.
Empat tahun kemudian, Modi bekerja di
belakang layar untuk memenangkan BJP dalam pemilihan umum di Gujarat.
Pada 2001, Modi memenangkan pemilihan Majelis Umum Gujarat dan menjadi
Menteri Besar Gujarat selama 13 tahun.
Kisah bagaimana Modi dari orang biasa (
common man/CM) menjadi Menteri Besar (
Chief Minister)
Gujarat diulas dalam situs resminya. Diceritakan, Modi sedang berada di
pemakaman jurnalis yang menjadi korban kecelakaan pesawat, saat
menerima telepon dari PM India kala itu, Shri Atal Bihari Vajpaye.
"Di mana kamu?" tanya Atal Ji. Modi pun menjawab, "Saya sedang
menghadiri upacara pemakaman." PM Atal Ji lalu memanggil Modi ke
rumahnya malam itu juga. Saat bertemu Atal Ji mengomentari penampilan
Modi. "Delhi membuat kamu sangat gendut ! Kamu harus kembali ke
Gujarat!"
Pesan itu dipahami dengan sempurna oleh Modi, yang
sangat terkejut atas keputusan tersebut. Tak pernah menjadi Menteri
Besar, hal itu adalah tanggung jawab luar biasa dipercayakan padanya.
Namun, Perdana Menteri telah bertitah, Modi tak dapat berkata tidak.
Pada akhirnya, Modi bukan hanya sekali terpilih menjadi Menteri Besar, melainkan empat kali!
Popularitasnya
pun terus melonjak selama memerintah Gujarat. Dia dianggap berhasil
membangun perekonomian dan memajukan sektor industri di sana. Di tangan
Modi, Gujarat mampu menjadi wilayah penyumbang GDP terbesar bagi India.
Kepemimpinan Modi di Gujarat tidak selalu mulus. Tak lama setelah ia
diangkat sebagai kepala menteri, Gujarat menghadapi krisis komunal.
Demo anti-Muslim pecah pada 2002 lalu hingga menewaskan lebih dari 1.000
orang, terutama umat Muslim.
Modi dituding gagal mencegah
kekerasan tersebut. Dia sempat diinterogasi polisi karena disebut
terlibat dalam kericuhan itu namun tidak pernah dituntut.
Krisis
tersebut mendapat sorotan hingga boikot dari dunia internasional.
Amerika Serikat bahkan sempat menolak Modi masuk negaranya karena dituding membiarkan konflik komunal itu terjadi.
Ia
juga sempat dikritik karena kebijakannya selama memimpin Gujarat
dianggap lebih menguntungkan orang kaya dan beberapa perusahaan tertentu
daripada orang miskin.
Namun, polarisasi agama dan kekerasan 2002 itu tampaknya malah
meningkatkan prospek elektabilitasnya. Hingga pada 2014, BJP mencalonkan
Modi sebagai Perdana Menteri India dalam pemilihan umum meski sejumlah
partai senior menolaknya.
Modi bersama BJP mampu meraup perhatian
publik India dengan menjanjikan penguatan nasionalisme Hindu dan
pembangunan ekonomi. Dia memfokuskan janji kampanyenya tentang
pengentasan korupsi, peningkatan lapangan pekerjaan, pembangunan, hingga
kemiskinan.
Dia mengklaim dirinya sebagai bapak pembangunan
karena bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi negara tanpa foksu pada salah
satu sektor. Visi misi Modi tersebut cukup banyak menarik perhatian
generasi muda India.
Popularitas Modi yang terus meningkat juga
terbantu karena kinerja partai berkuasa di Kongres saat itu jeblok
menghadapi situasi ekonomi negara yang memburuk.
Dikutip
Al Jazeera,
selama kampanye, Modi bahkan sempat mengeluh tentang "imigran ilegal"
dari Bangladesh yang terus masuk ke India dan meminta mereka pergi
begitu BJP berkuasa.
Modi memenangkan Pemilu 2014 lalu dengan raihan 31,34 persen
suara atau 171 juta suara popular, mengalahkan pesaingnya sekaligus anak
mantan PM Rajiv Gandhi, Rahul Gandhi, dari partai INC, dan Jayalalithaa
dari Partai AIADMK.
Tak hanya terkenal di dalam negeri, nama Modi pun cukup bergaung di luar negeri.
Majalah
Forbes
menobatkannya sebagai orang ke-9 paling berkuasa di dunia pada 2018.
Pada 2014, dia juga masuk dalam daftar 100 orang berpengaruh versi
Majalah Time.
Ia bahkan dikenal memiliki kedekatan dengan
sejumlah pemimpin negara besar, salah satunya mantan Presiden Amerika
Serikat Barack Obama.
Tak
hanya dilihat sebagai politikus, Modi juga dikenal sebagai pemimpin
yang modis dan memperhatikan penampilan. Ia senang mengenakan pakaian
tradisional India dengan sentuhan modern di hampir setiap acara publik
maupun kenegaraan yang ia datangi.
Modi juga dikenal sangat aktif menggunakan media sosial, hingga pada 2015 Majalah
Time menobatkannya sebagai politikus kedua yang paling banyak diikuti di Twitter dan Facebook.
Credit
cnnindonesia.com