Jumat, 19 Februari 2016

Benda Bersejarah Milik Indonesia yang Berada di Belanda

Patung Ken Dedes (foto: singosarikingdom.weebly.com)
Patung Ken Dedes (foto: singosarikingdom.weebly.com)
JAKARTA - Selama menjajah bangsa Indonesia, Belanda ternyata tidak hanya gemar eksploitasi manusia dan kekayaan alam negeri ini. Para serdadu negeri kincir angin itu juga mencuri benda-benda bersejarah warisan nenek moyang nusantara.
Banyak sekali benda-benda bersejarah yang diangkut ke Belanda di masa penjajahan dahulu. Pemerintah RI sebenarnya telah berulangkali meminta agar benda-benda bersejarah itu dikembalikan.
Namun, apesnya tidak semua berhasil dipulangkan ke Tanah Air. Berikut sejumlah benda bersejarah milik bangsa Indonesia yang tersimpan rapi di museum-museum negeri Belanda sebagaimana dikutip dari boombastis.com.
Patung Ken Dedes
Ken Dedes adalah putri Empu Purwa, seorang pendeta Buddha Mahayana. Ia pernah diculik dan diperistri Bupati Tumapel, Tunggul Ametung. Namun, dalam perkembangannya, Tunggul Ametung tewas di tangan pemuda desa bernama Ken Arok dengan sebilah keris karya Empu Gandring.
Suatu ketika, seorang pegawai pemerintah kolonial Hindia Belanda, D Monnerean menemukan patung Ken Dedes di antara reruntuhan Candi Singosari pada tahun 1819 silam. Namun, ihwal posisi tempat ditemukannya patung tersebut hingga kini masih misterius.
Patung tersebut sempat diboyong pemerintah kolonial Belanda untuk menjadi koleksi kebanggaan salah satu museum di Kota Leiden. Upaya untuk memulangkan benda ini sudah berkali-kali dicoba pemerintah Indonesia. Patung tersebut akhirnya dikembalikan Belanda ke tangan Indonesia pada tahun 1978.
Prasasti Sangsang
Prasasti ialah salah satu benda bersejarah paling berharga bagi bangsa Indonesia. Banyak sekali prasasti yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, tidak sedikit dari prasasti penting itu yang ternyata diangkut kolonial Belanda ke negerinya di masa penjajahan dulu.

Prasasti Sangsang (foto: wordpress.com)
Di antara prasasti itu yakni Prasati Sangsang dan Wujakana yang ada di Museum Tropen. Prasasti Guntur tersimpan rapi di Rotterdam, serta sekitar enam buah lagi berada di Museum Kota Leiden.
Patung Ganesha dan Anusapati
Selain patung Ken Dedes yang akhirnya dikembalikan itu, ternyata Belanda juga menyimpan beberapa artefak lain yang tak kalah pentingnya bagi Indonesia. Benda penting tersebut adalah Patung Ganesha dan juga Anusapati.
 
Patung Ganesha (foto:ist)
Kedua benda ini diambil di tempat yang berbeda. Patung Ganesha diambil di dekat Candi Singasari, sedangkan patung Anusapati di Candi Kidal. Meskipun berbeda lokasi, keduanya masih berada di Malang.
Patung Anusapati dan Ganesha tersimpan rapi di sebuah museum yang ada di Kota Leiden, Belanda. Dua obyek bersejarah yang gagal dipulangkan pemerintah RI tersebut menjadi salah satu primadona di museum itu.


Keris dan Senjata Lain Milik Para Raja
Keris juga menjadi benda bersejarah peninggalan zaman dahulu di tanah Jawa. Bahkan keris biasanya dimiliki oleh para raja maupun orang-orang besar zaman dulu.

Keris Singo Barong (foto: wordpress.com)
Di Belanda dapat ditemukan koleksi keris yang asli milik Indonesia. Adalah Keris Singo Barong yang diduga milik pembesar kerajaan Mataram yang berhasil digondol pemerintah kolonial Belanda ke negerinya.
Naskah Kuno Keraton Kasunanan Surakarta
Pemerintah Kota Solo sekira dua tahun silam mengungkapkan harapannya agar Belanda sudi mengembalikan beberapa peninggalan penting Keraton Kasunanan Surakarta yang di antaranya ialah naskah kuno. Pasalnya, naskah penting itu berisi jejak-jejak para leluhur di masa lalu.

Naskah Kuno Kasunanan Surakarta (surakarta.go.id)
Naskah kuno itu kini tersimpan rapi di salah satu museum di Belanda. Selain naskah kuno, ada juga sebuah mobil kuno milik sang raja yang konon disebut sebagai mobil pertama di Indonesia.





Credit  Okezone




Potret Dunia Riset Indonesia

Ilustrasi: Shutterstock
Ilustrasi: Shutterstock
JAKARTA - Pemerintah terus mendorong dunia penelitian Tanah Air agar kian meningkatkan daya saing di kancah dunia. Potret dunia riset di Indonesia sendiri dihiasi berbagai masalah, mulai dari minimnya dana dan fasilitas hingga kurangnya apresiasi industri.
Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemristekdikti, Dr Muhammad Dimyati menjelaskan, banyak karya inovasi anak bangsa masih menggunakan teknologi asing.
"Sebanyak 58 persen peneliti masih menggunakan sumber teknologi utama dari luar negeri. Untuk itu Presiden berharap bisa menekankan penelitian tersebut pada pemanfaatannya di masyarakat, bukan hanya dari sisi ingin meneliti," papar Dimyati di Gedung Dikti Jakarta, Juamt (19/2/2016).
Selain itu, kata Dimyati, masih banyak penelitian yang dilakukan pihak asing tidak terdaftar di lembaga riset atau perguruan tinggi Indonesia. Dia bercerita, dalam sebuah kunjungan ke Bali, ternyata ada sejumlah peneliti asing sedang meneliti kera di kebun binatang. Namun setelah ditelusuri ke kampus, ternyata peneliti itu tidak terdaftar bersama mereka.
"Harus kita tertibkan, karena dikhawatirkan beberapa sampel yang dimiliki Indonesia akan dibawa ke luar negeri. Itu pernah terjadi beberapa kali," ujarnya.
Di sisi lain, tidak semua penelitian bisa dihilirisasi ke arah industri. Dimyati menyebut, hanya sekira delapan persen hasil riset yang pada akhirnya menjalani proses tersebut.
"Di Amerika saja total ada 100 ribu penelitian yang masuk, namun hanya 250 yang berhasil dan masuk ke skala besar," tandasnya.


Credit  Okezone














Inovasi sel bahan bakar hidrogen dari HES Energy pecahkan rekor penerbangan UAV buatan ST Aerospace selama enam jam dan sejauh 300 KM



Inovasi sel bahan bakar hidrogen dari HES Energy pecahkan rekor penerbangan UAV buatan ST Aerospace selama enam jam dan sejauh 300 KM
Skyblade 360 UAV dan sistem sel bahan bakar inovatifnya kini tengah dipamerkan di gerai ST Engineering di ajang Singapore Airshow 2016 (Antara)
- Skyblade 360 UAV dan sel bahan bakar dipamerkan di ajang Singapore Airshow 2016 (gerai ST Engineering)
- Penerbangan sejauh 300 KM merupakan rekor dunia untuk teknologi hidrogen on demand
                                                              
SINGAPURA--(CB) -- Konsorsium institusi dan perusahaan swasta asal Singapura yang terdiri dari  HES Energy Systems, ST Aerospace, DSO National Laboratories, dan Direktorat Sistem dan Teknologi Masa Depan dari Kementerian Pertahanan Singapura, mengumumkan berhasil mencatatkan rekor penerbangan Skyblade 360 UAV, yang dikembangkan oleh ST Aerospace, sejauh 300KM dan selama enam jam. Selain berhasil mencatatkan rekor teknis dan performa yang signifikan untuk sel bahan bakar hydrogen-on-demand, ini juga merupakan pertama kalinya di dunia sebuah sel bahan bakar mampu melampaui tahapan purwarupa dan masuk ke dalam daftar produk standar produsen pesawat nirawak (UAV). Skyblade 360 UAV dan sistem sel bahan bakar inovatifnya kini tengah dipamerkan di gerai ST Engineering di ajang Singapore Airshow 2016.



Sistem sel bahan bakar Skyblade 360 yang dikembangkan oleh HES dan DSO memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan baterai lithium yang biasa digunakan sebagai sumber bahan bakar UAV, dan juga memiliki bentuk yang sangat ringkas: tabung bahan bakar IL-nya mampu menampung energi sebesar 1000Wh. Tidak seperti sel bahan bakar hidrogen pada umumnya, sistem ini tidak menyimpan bahan bakar sebagai gas hidrogen bertekanan, tapi sebagai bahan kimia solid, sehingga memudahkan penggunaan di lapangan.

Sejak didirikan pada 2009 di Singapura, HES telah mengembangkan berbagai sistem bahan bakar paling canggih di dunia dan membantu banyak produsen UAV di seluruh dunia meningkatkan waktu terbang UAV mereka. Pada beberapa tahun lalu, HES mampu membuktikan kalau sistemnya dapat menyimpan 7% dari bobotnya sebagai hidrogen dan tingkat konsumsi bahan bakar hampir 90%. Beberapa opsi bahan tersedia dalam bentuk hydrogen on demand, akan tetapi sebagian besar tidak dapat memenuhi target performa karena sifat reaksi mereka dan pada seberapa besar energi atau reaktan yang dibutuhkan untuk mengekstraksi hidrogen, yang kemudian akan menghantarkan energi bersih yang dapat digunakan melalui sel bahan bakar.

HES memerlukan waktu bertahun-tahun untuk raih performa ini. Berbagai cara dan teknologi telah ditempuh dan dikembangkan, salah satunya adalah penggunaan Sodium Borohydride yang sangat mahal. Desain sistem berbasis Sodium Borohydride sangat kompleks, rapuh, dan rumit digunakan oleh pengguna akhir. Pada 2013, HES berinovasi dengan menggunakan materi baru dan sistem yang jauh lebih simpel. Biaya operasional teknologi hydrogen on demand berhak paten ini direncanakan hanya sebesar USD 10 per jam penerbangan, sehingga menjadikannya opsi yang paling realistis dan efisien bagi banyak produsen UAV.

HES Energy Systems adalah bagian dari H3 Dynamics Group (gerai D94/Zona Teknologi Berkembang), konsorsium perusahaan perangkat keras dan lunak asal Singapura. HES kini memiliki dua perusahaan kembar, yaitu HUS Unmanned Systems, perusahaan robotika terintegrasi yang mengaplikasikan teknologi HES, dan HAS Awareness Systems, yang didedikasikan untuk pengembangan teknologi komunikasi lapangan, pelacakan presisi, dan perangkat lunak analitik real-time. Grup ini baru saja merampungkan proses pembiayaan utama dan sedang berekspansi ke pasar AS, Eropa, dan memperkuat posisinya di Afrika Selatan.





Credit  Antaranews






Leluhur manusia keluar dari Afrika menuju pelukan Neanderthal



Leluhur manusia keluar dari Afrika menuju pelukan Neanderthal
Seorang pengunjung mengamati diorama tentang kehidupan manusia purba di Museum Purbakala Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Minggu (04/09/2011). (FOTO ANTARA/R. Rekotomo)
 
Washington (CB) - Hasil riset yang menunjukkan spesies manusia kawin dengan Neanderthal sekitar 100.000 tahun lalu memberikan bukti menarik bahwa Homo sapiens berkelana keluar Afrika jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Pada ilmuwan pada Rabu (17/2) mengatakan bahwa analisis genom perempuan Neanderthal yang sisa jasadnya ditemukan di satu gua di Pegunungan Altai di bagian selatan Siberia dekat perbatasan Rusia-Mongolia mendeteksi residu DNA Homo sapiens, satu tanda perkawinan inter-spesies.

Riset sebelumnya menunjukkan bahwa Homo sapiens dan sepupu dekat kita Neanderthal melakukan perkawinan sekitar 50.000 sampai 60.000 tahun lalu, kata ahli genetika Sergi Castellano dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Jerman.

Hasil studi baru yang dipublikasikan di jurnal Nature menunjukkan kawin silang tambahan juga terjadi puluhan ribu tahun sebelumnya.

Spesies manusia muncul di Afrika sekitar 200.000 tahun lalu dan kemudian bermigrasi ke bagian lain dunia.

Ahli genetika Martin Kuhlwilm dari Universitat Pompeu Fabra di Spanyol, yang terlibat dalam studi di Max Planck Institute, mengatakan skenario yang sangat mungkin untuk menjelaskan DNA Homo sapiens dalam genom perempuan Neanderthal adalah bahwa satu populasi kecil spesies kita berjalan kaki keluar Afrika dan bertemu Neanderthalsin Timur Tengah, dan kawin silang terjadi di sana.

Perjalanan itu tampaknya merupakan apa yang disebut para peneliti sebagai penyebaran yang gagal dari Afrika, dengan tidak adanya keturunan yang melanjutkan menjajah Eropa, Asia dan titik-titik di luar itu.

"Kami tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Sepertinya populasi ini menjadi punah, entah karena perubahan lingkungan atau mungkin persaingan langsung dengan Neanderthal," kata Kuhlwilm seperti dilansir kantor berita Reuters.

"Ini sepertinya terjadi selama migrasi keluar Afrika yang jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Itu mengindikasikan bahwa manusia modern meninggalkan Afrika dalam beberapa gelombang, sebagian di antaranya mungkin punah."

Neanderthal yang kuat dan beralis besar makmur di seluruh Eropa dan Asia dari sekitar 350.000 tahun lalu sampai tak lama setelah 40.000 tahun lalu, menghilang dalam periode setelah spesies kita menetap di wilayah itu.

Terlepas dari reputasi usang sebagai sepupu yang bodoh, para ilmuwan menyebut Neanderthal sangat cerdas dengan metode berburu yang rumit dan tampaknya menggunakan bahasa, objek-objek simbolik serta penggunaan api canggih.

Perkawinan silang Neanderthal dengan Homo sapiens berpengaruh kekal pada genetik manusia.

Satu studi yang dipublikasikan pekan lalu di jurnal Science mengungkap hubungan antara residu DNA Neanderthal dalam genom manusia dan sifat-sifat orang seperti depresi, kecanduan nikotin, penggumpalan darah dan sakit kulit.




Credit  ANTARA News






Pesawat komuter R-80 akan mengudara pada 2019


Pesawat komuter R-80 akan mengudara pada 2019
Komisaris PT Regio Aviasi Industri, Ilham Habibie (kiri), memberi penjelasan tentang pesawat komuter R80 kepada Menteri Perindustrian, Saleh Husin (tengah), di sela Singapore Air Show, Rabu. Pesawat komuter dengan kapasitas 80 tempat duduk ini akan diberi banderol sekitar 25 juta dolar Amerika Serikat per unit.(www.antaranews.com/Ade P Marboen)
 
Changi, Singapura (CB) - Pesawat terbang komuter R80 buatan PT Regio Aviasi Industri (RAI) ditargetkan bisa mengudara pada 2019 nanti. 

"Saat ini kami masih mengerjakan desain rinci hingga tahun depan. Termasuk menentukan pengintegrasian semua sistem, misalnya menentukan mesin dari siapa, dan lain-lain," kata anggota Dewan Komisaris PT RAI, Ilham Habibie. 

Berbicara kepada pers di sela Singapore Air Show 2016, Rabu, Habibie menyatakan, pesawat komuter R80 itu telah melewati uji terowongan angin di Puspiptek LIPI, di Serpong, Banten, walau masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan. 

Dia menyatakan, ada beberapa keunggulan pasti R80 ketimbang pesaing terdekatnya, ATR-72 series dari ATR Italia-Prancis. Di antaranya adalah kelas yang berbeda, desain lebih maju, dan lebih efisien untuk dioperasikan. 

"Dari sisi aerodinamika lebih baik, telah memakai teknologi fly by wire. Walau pada awalnya lebih mahal, namun setelah itu bisa menjadi lebih murah," katanya. 

Bicara soal mesin, kata dia, PT RAI masih menimbang-nimbang apakah akan memakai Pratt&Whitney PW-150 atau Rolls Royce AE-2100. "Pembicaraan dengan mereka terus dilakukan. Kemarin dengan Pratt&Whitney dan besok dengan Rolls Royce," kata dia. 

Walau belum menggelinding dari hanggar produksi PT RAI yang dinyatakan akan dibangun di Kertapati, Majalengka, Jawa Barat, namun dia menyebut angka 145 sebagai jumlah pesanan R80 ini. 

Dia merinci, 100 untuk NAM Air, 25 untuk Kalstar Asia, dan 20 untuk Trigana Air. "Para operator turut terlibat sejak awal. Mereka juga memberi masukan tentang rancangan yang mereka ingin dapatkan, yang tidak diperoleh dari pesawat terbang yang selama ini ada," kata dia.


Credit  ANTARA News




Menperin: Toyota Siap Investasi Rp 5,4 Triliun di 2016

Menperin: Toyota Siap Investasi Rp 5,4 Triliun di 2016 
 Foto: Istimewa
 
Jakarta -Pabrikan otomotif asal Jepang, Toyota, masih akan terus berinvestasi di Indonesia. Pada tahun ini, Toyota berencana menanamkan modal Rp 5,4 triliun ke Indonesia.

"Toyota serius berbisnis di Indonesia, tahun ini saja akan berinvestasi Rp 5,4 triliun, setelah tahun 2015 menanam modal Rp 5 triliun," kata Menteri Perindustrian, Saleh Husin, usai bertemu dengan Executive Vice President Toyota Motor Corporation (TMC), Seiichi Sudo di Nagoya, Jepang, Kamis (18/2/2016).



Sedangkan hingga 2014, prinsipal asal Negeri Sakura itu telah merealisasikan penanaman modal di Indonesia Rp 40 triliun. Saat ini, perusahaan tengah merampungkan pabrik mesin (engine plant) di Karawang.

Saleh juga mengapresiasi kepercayaan Toyota, yang terus menerus berinvestasi di Indonesia dan telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi dan basis produksi mobil Toyota hingga saat ini.

"Saya juga mengajak TMC agar tidak tanggung-tanggung di Indonesia, maka saya minta Toyota dan mitranya di Jepang untuk terus meningkatkan investasi di sektor otomotif terutama bahan baku dan komponen, dan mulai secara bertahap melakukan kegiatan R&D di Indonesia untuk lebih memperkuat struktur industri otomotif Jepang yang ada di Indonesia saat ini," lanjut Saleh.

Kemenperin mencatat, merek Toyota di Indonesia menguasai sekitar 31-32% pasar domestik. Pada kesempatan itu, Saleh mendesak Toyota turut mendongkrak produksi mobil di Indonesia serta membangun fasilitas penelitian dan pengembangan (research and development/R&D).

Pasalnya, dibandingkan dengan Thailand yang jumlah penduduk 67,2 juta jiwa, telah memproduksi sekitar 2,5 juta unit mobil/tahun (50% untuk pasar domestik dan selebihnya untuk ekspor), sementara Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 250 Juta orang dengan jumlah penduduk berpenghasilan menengah sebesar 74 juta orang, seharusnya sudah mampu memproduksi lebih dari apa yang sudah dicapai saat ini.

Industri komponen juga didorong untuk dikembangkan oleh pabrikan Jepang. Hal ini demi meningkatkan kandungan lokal produk otomotif.

Realisasi produk komponen juga didukung oleh pengembangan industri pendukung. Antara lain, pembangunan pabrik karet sintetik patungan antara Chandra Asri dan Michelin, pengembangan produksi baja untuk kendaraan bermotor yang dilakukan oleh Krakatau Steel, Nippon Steel, JFE Steel (Jepang), dan Posco (Korea Selatan) serta produksi resin oleh Adi Wira Plastic.

Seiichi Sudo mengatakan Toyota menempatkan Indonesia sebagai negara yang penting. "Ke depan, kami akan menjadikan Indonesia sebagai basis industri berorientasi ekspor dan Toyota ingin berkontribusi bagi penguatan industri otomotif yang memberikan nilai tambah," ujarnya.

Saat ini, pasar terbesar Toyota adalah AS, disusul Jepang, China, Indonesia, Timur Tengah, dan yang keenam adalah Thailand.

Sementara Wakil Presdir Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Warih Andang Tjahjono mengatakan, pihaknya tengah mengembangkan studi produksi bio-ethanol dari rumput gajah. Inovasi ini dilakukan Toyota Motor yang bekerjasama dengan Pertamina dan RNI. Lokasi kebun di Lampung seluas hingga 20 hektar dan juga dikembangkan di sekitar lokasi pabrik Toyota di Karawang.

Kemudian di Nagoya, Saleh juga menyambangi pabrik Mitsubishi (Okazaki plant) dan pusat pengembangan (Development Group Headquarters). Delegasi Kemenperin diterima langsung oleh Presiden dan Chief Operating Officer Mitsubishi Motor Corporation/MMC Tetsuro Aikawa.

Secara khusus, Saleh Husin mengunjungi 78 karyawan Mitsubishi asal Indonesia yang tengah mengikuti pendidikan dan pelatihan di Jepang. Jumlah tersebut merupakan bagian dari total 102 orang yang akan menjalani pelatihan serupa.



Puluhan karyawan itu disiapkan untuk bekerja di pabrik Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia yang tengah  dibangun di Karawang dengan investasi Rp 6 triliun.



Bersama Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan, Saleh menjajal beberapa kendaraan lansiran Mitsubishi seperti seri Outlander PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle), All New Pajero Sport, dan mobil listrik i-MiEV di lintasan uji produk milik Mitsubishi.



Credit  detikfinance








Sudah Saatnya RI Punya Kawasan Industri Penerbangan Terpadu


Sudah Saatnya RI Punya Kawasan Industri Penerbangan Terpadu 
 Foto: Rachman Haryanto
 
Singapura -Indonesia dinilai sudah saatnya membangun kawasan industri penerbangan terpadu. Sebab sebagai negara besar dengan wilayahnya yang luas, bidang penerbangan di Indonesia akan terus bertumbuh dan berkembang.

"Pemerintah diharapkan bisa segera menentukan yang namanya kawasan industri penerbangan terpadu. Ini penting, karena dengan terpadu ini, semua aktivitas yang mendukung industri penerbangan ada di situ. Juga buat pemerintah mudah mengendalikan," kata Dirut GMF AeroAsia Richard Budihadianto di sela-sela event Singapore Airahow, Kamis (18/2/2016).

Sebab jika industri penerbangan itu tersebar di tempat-tempat terpisah, maka pemerintah akan sulit mengendalikan seperti dalam pengendalian ekspor dan impor.

"Iyu salah satu yang penting buat pemerintah dalam memberikan bea masuk nol persen yang sudah diberikan Bapak Presiden (Joko Widodo) melalui kebijakan ekonominya, tapi pelaksanaannya bagaimana," ujar Richard yang juga Ketua Dewan Pimpinan Indonesian Aircraft Maintenance Services Association atau IAMSA itu.

"Caranya adalah dengan membuat kawasan industri penerbangan terpadu, di dalamnya ada MRO, training center, bengkel-bengkel seperti GMF, perusahaan suku cadang, workshop-workshop komponen dan lainnya," sambungnya.

Richard menambahkan, hampir semua negara Asean seperti Singapura, Thailand, Filipina dan Vietnam sudah memiliki kawasan Industri penerbangan. Karena itu, Indonesia dinilai sudah saatnya memiliki kawasan tersebut.

Richard menilai ada tiga daerah yang cocok dijadikan lokasi kawasan tersebut. Yaitu Bintan, Batam, dan Karimun. Kenapa?

"Ini saya sebagai IAMSA ya bukan GMF, tiga wilayah itu kan dekat Singapura, Singapura adalah center of excelent daripada aviation industri. Saya harap secepatnya kawasan itu terwujud, potensi kita besar, jangan sampai negara lain yang dapat benefit," ujarnya.

Richard mengatakan, saat ini biaya perawatan pesawat yang dikeluarkan seluruh airline yang di Indonesia membutuhkan biaya sekitar kurang lebih US$ 1 miliar per tahun. Dari jumlah itu, hanya 30% yang mampu dikerjakan oleh bengkel-bengkel Indonesia.

"Makanya nggak heran kalau biaya airline di INdonesia itu mahal, karena dikirim ke luar. Komponen dan engine juga dikirim ke luar, karena kita masih kurang kapasitas dan kapabilitas," tuturnya.

"Sementara GMF sendiri sudah full, sementara bengkelnya yang kecil-kecil karena dia tidak (tidak dapat sertifikasi dari ororitas penerbangan) FAA dan EASA approach, orang nggak mau kirim ke dia (bengkel kecil)," tambahnya.

Karena itu, lanjutnya, jika Indonesia telah memiliki kawasan Industri penerbangan terpadu maka para investor akan berdatangan dan bekerja sama dengan MRO Indonesia.

"Jadi gampang (bengkel Indonesia) dapat FAA sama EASA, sehingga kita bisa menyerap yang 70% ke luar itu, di sini saja, di Indonesia," ujarnya.

"Kita jadi bisa saving devisa, kita buka lapangan pekerjaan, dan mekanik itu dibutuhkan banyak, karena pekerjaan aircraft maintenance itu tidak bisa diganti robot," tandasnya.

Credit  detikfinance


Anak Usaha Garuda dan RAI Kembangkan Pesawat R80 Rancangan BJ Habibie

Anak Usaha Garuda dan RAI Kembangkan Pesawat R80 Rancangan BJ Habibie  
Foto: Idham Kholid
 
Singapura -GMF AeroAsia bekerjasama dengan perusahaan manufaktur pesawat asal Indonesia, PT Regio Aviasi Industri (RAI) terkait dengan pengembangan pesawat R80 rancangan BJ Habibie.

Penandatangan kerja sama dilakukan oleh Dirut GMF Richard Budihadianto dan Dirut PT RAI Agung Nugroho di stand Garuda Indonesia Group di ajang Singapore Airshow, Kamis (18/2/2016).

'Kami dipercaya untuk menjadi maintenance support PT RAI, ini kolaborasi yang baik karena semua melibatkan anak bangsa, dari pembuatan sampai pemeliharaan," kata Richard.

Richard menuturkan, kerjasama ini mencakup beberapa aspek termasuk pengembangan program perawatan pesawat, pengembangan SDM dan lainnya. GMF nantinya akan menjadi pusat resmi perawatan pesawat R80.

Ditambahkannya, R80 merupakan pesawat turbopop buatan Indonesia rancangan BJ Habibie. Pesawat itu rencananya akan siap menjalani uji coba terbang dan sertifikasi pada 2019 mendatang.

"Dalam menghadapi persiapan itu, GMF berperan memberikan dukungan penuh untuk mempersiapkan perawatan pesawat R80. Sejauh inj belum sampai tahap nilai, karena ini masih tahap desain," ujarnya.

Richard mengatakan, pertumbuhan pasar perawatan di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik dengan rata-rata pertumbuhan pasar sebesar 12,3% sampai tahun 2020.

Untuk merebut pasar itu, kata Richard, GMF memiliki modal penting berupa lebih dari 25 sertifikasi dari ororitas penerbangan baik domestik maupun internasional seperti FAA, EASA dan CASA.

"Sebetetulnya ke depan bisnis pemeliharaan yang akan menghasilkan suatu nilai yang besar. Saya ingat apa yang disamlaikan Pal Habibie bahwa satu pesawat itu bisa memberikan nilai bisnis di bidang perawatan itu sebesar sampai 10 kali nilai pesawat tersebut, ini yang harus kita pikirkan. Makanya kita ingin bekerjasama sama dan mensujung PT RAI ini," sambungnya.

Sementara itu, Dirut PT RAI Agung Nugroho mengatakan, pesawat R80 ini untuk dioperasikan pada 2020 mendatang.

"Di awal kita melakukan perencanaan perancangan pesawat, tapi tidak lupa kita memikirkan masalah maintenance. Kita ajak GMF untuk mempersiapkan maintenance dengan segala pengalaman dan kompetensi GMF agar kita tidak memulai dari awal," jelasnya.

Untuk jangka panjang, PT RAI merencanakan membuat 400 unit pesawat. Pesawat-pesawatitunantinya dijual ke dalam negeri maupun ke berbagai negara.



Credit  detikfinance







Di Bandung, Rini Ungkap Alasan Gandeng China di Proyek Kereta Cepat

Di Bandung, Rini Ungkap Alasan Gandeng China di Proyek Kereta Cepat 
 Foto: Ari Saputra
 
Bandung -Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno menjelaskan alasan BUMN Indonesia lebih memilih menggandeng China daripada Jepang dalam proyek pengembangan kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142 kilometer (km).

Di depan warga Bandung,  Rini menyebut proposal kereta cepat dari Jepang lebih berat karena mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan jaminan pemerintah.

"Kalau yang skema Jepang itu investornya pemerintah, jadi kita harus menaruh uang yang berasal dari APBN," ujar Rini di acara Sosialisasi dan Dialog Publik Pembangunan Kereta Cepat di Grand Hotel Panghegar, Jalan Merdeka, Bandung, Jumat (19/2/2016).

Hal itu menurutnya berat, karena saat ini APBN lebih ditekankan untuk pembangunan di luar Jawa.

"Padahal pemerintah ingin menekankan pemanfaatan APBN untuk pembangunan di luar. Itu utamanya kenapa kita pilih China," tuturnya.

Dengan skema yang ditawarkan China, seluruh pendanaan bersifat komersil dari investor. Pemerintah tidak memberikan jaminan untuk proyek ini.

"Jadi investor dan bank akan mendorong ini harus bisa jadi dan selesai supaya dikembalikan. Tidak ada jaminan pemerintah," jelas Rini.

Rini menjelaskan konsesi pengoperasian kereta cepat selama 50 tahun sangat diperlukan agar investor bisa menghitung waktu pengembalian investasi dengan jelas.

"Mereka dapat hak konsesi 50 tahun sementara bank memberi pinjaman selama 40 tahun untuk dikembalikan," tuturnya.

Credit  detikfinance