Jumat, 26 Desember 2014

Ilmuwan: 90 Persen Spesies di Bumi Masih Misteri



Macroscelides micus, salah satu spesies baru
 
 
CB - The California Academy of Sciences mengungkapkan, selama penelitiannya di tahun 2014, ilmuwannya telah menemukkan setidaknya 221 spesies baru yang berasal dari lima benua dan dua samudera, termasuk penemuan di gua-gua terpencil hingga dasar laut.

Spesies baru tersebut berupa tanaman dan hewan. Rinciannya yaitu 110 semut, 16 kumbang, 3 laba-laba, 28 ikan, 24 siput laut, 2 cacing laut, 9 teritip, 2 oktokoral, 25 tanaman, 1 beruang air, dan 1 mamalia kecil.

Dengan penemuan itu, menurut ilmuwan tersebut, diharapkan mereka dapat membantu dalam pemahaman evolusi kehidupan di bumi. Dengan demikian manusia dapat mengetahui apa yang diperlukan untuk masa mendatang. Selain itu juga, penemuan ini dapat menjadi rujukan untuk keputusan konservasi yang lebih baik lagi.

"Ilmuwan kami tanpa lelah menjelajah daerah di bumi yang belum disentuh. Tidak hanya menemukan spesies baru, tetapi juga dapat mengungkapkan pentingnya spesies untuk kesehatan sistem alam kita. Temuan kami ini bisa digunakan untuk membantu mempertahankan masa depan kehidupan anak dan cucu kita," ujar Dr. Meg Lowman Kepala Akademi Sains dan Keberlanjutan CAS dilansir laman redorbit.com, Rabu, 24 Desember 2014.

Lebih lanjut lagi, kata Dr Lowman, penemuan-penemuan itu akan terus berlanjut seiring dengan area-area yang belum diteliti lebih dalam lagi. Menurutnya, spesies baru itu tidak hanya ditemukan di daerah yang jarang dijamah manusia, melainkan di lingkungan sekitar.

"Bahkan di halaman belakang kita sendiri. Penemuan-penemuan baru berlimpah. Setidaknya ada 90 persen dari spesies yang ada di Bumi yang belum kita ungkap," ungkapnya.

Kemudian, Dr. Lowman membeberkan hasil-hasil penemuan yang cukup menarik bagi dirinya, seperti ditemukannya tiga laba-laba kecil di Asia Tenggara. Menurutnya, spesies tersebut ada karena faktor pendukung dari keanekaragaman hayati hutan-hutan tropis, seperti di Filipina dan Malaysia.

Sedangkan, penemuan lainnya yang cukup jadi perhatian, yakni ditemukkannya seekor mamalia kecil berberbentuk menyerupai gajah dan tikus namun ukurannya lebih kecil lagi, bernama sengi. Para ilmuwan sukses menemukan spesies baru itu di padang pasir Namibia, Afrika.

"Hanya selusin spesies baru mamalia yang ditemukan di alam liar setiap tahunnya. Bagi kami, yang mengherankan, adalah ditemukannya tiga sengi baru dalam satu dekade terakhir. Yang membuktikan jika spesies baru itu bisa jadi memiliki jumlah yang sangat banyak," kata Galen Rathbun salah satu ilmuwan tersebut.


Credit VIVAnews

Terkuak, Misteri Peradaban yang Hilang di China 3.000 Tahun Lalu


CB, Santa Ana - Suatu hari pada tahun 1929, seorang penduduk desa yang sedang memperbaiki selokan di area dekat Chengdu, Sichuan menemukan artefak berupa batu giok dan batu kuno. Ia melaporkan temuannya itu namun tak ada yang tahu dari mana gerangan asalnya.

Hingga akhirnya pada 1986, 57 tahun kemudian, para arkeolog mengekskavasi harta karun dari Zaman Perunggu dari 2 lubang. Ada batu-batu giok, sekitar 100 gading gajah, dan patung perunggu mengagumkan setinggi 2,4 meter -- yang menunjukkan kemampuan teknis luar biasa yang tak ada tandingannya di seluruh dunia, pada masanya. Demikian diungkap Peter Keller, seorang ahli geologi sekaligus Presiden Bowers Museum di Santa Ana, California yang sedang memamerkan temuan tersebut.

Harta karun tersebut, yang diduga sengaja dirusak dan dikubur seakan-akan adalah bagian dari ritual pengorbanan -- adalah tinggalan dari sebuah peradaban yang hilang, yang kini disebut sebagai Sanxingdui, kota yang dikelilingi tembok di tepian Sungai Minjiang.  "Itu adalah sebuah misteri besar," kata Keller seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Kamis (25/12/2014)

Para ahli kini menemukan jawaban atas misteri penyebab hilangnya peradaban tersebut. Yakni, sebuah gempa bumi dahsyat yang terjadi sekitar 3.000 tahun yang lalu.

Guncangan lindu tersebut diduga menyebabkan longsor katastropik, yang menghilangkan akses ke sumber utama air bersih, sehingga menyebabkan kebudayaan Sanxingdui harus berpindah ke lokasi yang baru.

Peristiwa itu diduga mendorong kebudayaan kuno di Tiongkok itu untuk berpindah makin dekat ke aliran sungai yang baru. Demikian ujar salah satu penulis studi, Niannian Fan, ahli dari Tsinghua University, Chengdu di pertemuan American Geophysical Union di San Francisco, AS.

Para arkeolog kini yakin, kebudayaan tersebut terpecah antara 3.000 sampai 2.800 tahun yang lalu.

"Penjelasan awal bahwa ia akhirnya punah akibat perang dan banjir, keduanya tidak meyakinkan," kata Fan kepada LiveScience.

Sekitar 14 tahun lalu, para arkeolog menemukan reruntuhan sebuah kota kuno lain yang disebut Jinsha yang terletak di dekat Chengdu. Meski situs itu tak memiliki kerajinan perunggu mengesankan ala Sanxingdui, namun di sana ditemukan mahkota emas yang diukir dengan motif ikan, panah, dan burung -- mirip dengan karya dari emas yang ditemukan di Sanxingdui.

Temuan itu membuat sejumlah ahli yakin, orang-orang dari Sanxingdui mungkin pindah ke Jinsha.


Aliran Sungai Berubah Arah?

Fan dan para koleganya menduga gempa telah menyebabkan longsor yang membendung sungai di pegunungan dan aliran airnya beralih ke Jinsha. Bencana itu mungkin mengurangi suplai air ke Sanxingdui dan memaksa warganya pindah.

Sejumlah catatan historis mendukung hipotesis tersebut. Pada 1099 SM, seorang penulis mencatat peristiwa gempa yang terjadi di ibukota pemerintahan Dinasti Zhou, di Provinsi Shaanxi.

Meski jarak ibukota berada 400 km dari Sanxingdui, bisa jadi episentrum gempa berada lebih dekat dengan pusat kebudayaan yang hilang itu.

Bukti geologis, ujar Fan, juga menguatkan bukti bahwa lindu mengguncang area tersebut antara 3.330 dan 2.200 tahun lalu.

Pada waktu yang sama, sedimen geologis memberikan petunjuk terjadinya banjir besar. Dokumen dari masa Dinasti Han, "The Chronicles of the Kings of Shu" mencatat peristiwa banjir kuno yang mengalir dari gunung -- di titik di mana aliran sungai berubah arah.

Kesimpulannya: gempa dahsyat memicu longsor yang mengubur sungai, mengubah alirannya, dan mengurangi aliran air menuju Sanxingdui.

Tapi, di mana aliran sungai yang beralih itu? Tim menemukan petunjuk di area pegunungan tunggi, tepatnya di Jurang Yanmen yang dalam dan lebar, di ketinggian 12.460 di atas permukaan air laut.

Jurang tersebut diukir oleh gletser sekitar 12.000 tahun yang lalu. Sungai di zaman modern memotong melaluinya.
Namun, tanda-tanda erosi glasial itu -- cekungan berbentuk mangkuk yang dikenal sebagai cirques -- secara misterius menghilang. Tim berpendapat, gempa memicu  longsoran yang kemudian menyapu beberapa cirques sekitar 3.000 tahun yang lalu.

Pada titik ini, teori tersebut masih sangat spekulatif. Data geologi tambahan diperlukan untuk menopangnya.

Meski dari sisi geologi ada titik terang, Keller mengatakan, pernyataan utama dari peradaban yang hilang itu masih jadi misteri: "Apa motif orang-orang itu menghancurkan seluruh kebudayaan mereka dan menguburnya dalam 2 lubang? Mengapa mereka tidak memunculkan budaya itu di Jinsha?".


Credit  Liputan6.com

KSAD Diangkat Jadi Panglima Perang Suku Jayawijaya






Wamena,CB - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dikukuhkan sebagai Penglima Perang masyarakat Wamena, Jayawijawa, Papua. Pengukuhan panglima perang itu dilaksanakan bersama puluhan kepala suku adat masyarakat yang bermukim di lembah Baliem, Wamena usai acara open house Natal.

Sebagai panglima perang, Gatot Nurmantyo diberikan dasi perang, ikat kepala dan ekor burung Merak oleh kepala suku besar Dani Lembah Baliem, Naniki Kurisi di hadapan 300-an warga setempat.

"Kami angkat bapak Gatot Nurmantyo menjadi Panglima Perang kami, jika terjadi perang antar masyarakat di pengunungan Papua, ketika bapak datang maka perang akan selesai," kata Naniki Kurisi Kepala Suku Besar masyarakat Jayawijaya saat menyerahkan ikat kepala panglima perang yang disambut tepuk tangan warga, Kamis (25/12:2024) malam.

Naniki Kurisi juga berpesan kepada Gatot Nurmantyo untuk memperhatikan pemuda Jayawijaya. "Saya titipkan generasi muda masyarakat Jayawijaya ke tangan bapak," ujarnya.

Mendapat gelar panglima perang masyarakat Jayawijaya, KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengakui bahwa jabatan ini berat dan penuh tanggungjawab, mengingat perang suku sudah kebiasaan masyarakat di pengunungan Papua.

Maka sejak dirinya diangkat Panglima Perang dia meminta masyarakat agar tidak lagi perang kepada sesama, tetapi akan perang terhadap kemiskinan.

"Mulai sekarang saya minta semua masyarakat harus mengikat panah dan tombak. Kita ganti dengan cangkul," ujarnya kepada wartawan.

Sebagai panglima perang, kata Jenderal Gatot Nurmantiyo, mulai sekarang perang tidak boleh ada lagi, tetapi masyarakat akan diajak untuk bekerja guna mensejahterakan keluarga. "Perang suku itu kan terjadi karena kemiskinan. Jadi kita sekarang perangi kemiskinan, agar masyarakat sejahtera dan damai," tambahnya.


Credit DetikNews

Masjid di Swedia Dibakar, Lima Cedera


Masjid di Swedia Dibakar, Lima Cedera  
Pembakaran masjid di Swedia menggarisbawahi perselisihan soal imigran di negara ini. (ilustrasi/Reuters/Ammar Awad)
 
 
Stockholm, CB -- Satu masjid dibakar seseorang tak dikenal melukai lima orang yang berada di dalamnya sementara perdebatan sengit mengenai imigrasi berlangsung di Swedia

Polisi Swedia mengatakan antara 15 dan 20 orang sedang berada di dalam masjid yang terletak di lantai bawah gedung di daerah pemukiman ini ketika api berkobar.

Media setempat memperlihatkan rekaman gambar api dan asap keluar dari jendela-jendela gedung itu.

"Seorang saksi melihat orang tak dikenal melempar sesuatu ke dalam gedung melalui jendela dan tidak lama kemudian api pun berkobar," ujar Lars Franzell, juru bicara polisi di Eskilstuna, Swedia tengah.

Kelima orang yang berada di dalam masjid mengalami masalah pernapasan karena menghisap asap dan lecet-lecet. Mereka segera dibawa ke rumah sakit.

Perdebatan tentang imigrasi di Swedia terjadi antara kubu kanan ekstrim yang ingin mengurangi jumlah pencari suaka yang diperbolehkan ke negara itu hingga 90 persen dan partai-partai besar yang ingin mempertahankan kebijakan liberal negara ini.

Polisi masih mencari pelaku pembakaran masjid tersebut.
Credit CNN Indonesia

Cadangan Devisa Rusia Anjlok US$ 15 Miliar dalam Sepekan




Cadangan Devisa Rusia Anjlok US$ 15 Miliar dalam Sepekan  
Cadangan devisa dan emas Rusia anjlok sebesar US$ 15 miliar pada pekan lalu mendekati US$ 400 miliar menyusul pelemahan nilai tukar rubel terhadap dolar AS.(REUTERS/Maxim Zmeyev)
 
 
Moskow, CB -- Cadangan devisa dan emas Rusia anjlok sebesar US$ 15 miliar pada pekan lalu mendekati US$ 400 miliar menyusul pelemahan nilai tukar rubel terhadap dolar AS. Bank Sentral Rusia menyatakan ini merupakan posisi cadangan devisa terendah sejak Agustus 2009

Seperti dikutip dari Reuters, Bank Sentral Rusia sepanjang tahun ini telah menggelontorkan lebih dari US$80 miliar untuk menyelamatkan nilai tukar Rubel. Ketidakstabilan ekonomi Negeri Beruang Merah dinilai karena pengaruh anjloknya harga minyak dunia dan adanya sanksi negara-negara Barat atas krisis Ukraina.

Berbagai cara dilakukan bank sentral Rusia untuk menstabilkan rubel dan meringankan defisit dolar AS dan euro, salah satunya dengan memperluas pinjaman asing dan menawarkan bank-bank di Rusia mata uang asing dengan jangka waktu pinjaman 28 hari hingga satu tahun.

Para analis ekonomi memperkirakan sebanyak US$ 5 miliar digunakan untuk mengintervensi rubel, sedangkan sisanya US$ 7 miliar dipinjamkan kepada perbankan.


Ekonom berharap mata uang asing yang telah dipinjamkan bank sentral kepada perbankan di Rusia dapat dikembalikan ke bank sentral pada tahap berikutnya. Mereka berharap cadangan devisa bisa memulihkan beberapa kerugian dalam jangka menengah.
Credit CNN Indonesia

Kiprah Ilmuwan Indonesia di Pusat Pengendalian Penyakit Menular AS



Dokter Endang Widiastuti Handzel, Ahli Kesehatan Indonesia di CDC, Atlanta, Georgia

ATLANTA, CB - Pusat Pengendalian Penyakit Menular atau Center for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta, Georgia, AS adalah tempat para peneliti kesehatan terbaik di Amerika Serikat. Para peneliti di sana bekerja untuk melindungi kesehatan dan keselamatan publik dengan melakukan pengawasan dan pencegahan penyakit.

Setidaknya ada dua warga Indonesia yang bekerja di CDC, yaitu Doktor Sukwan Handali, peneliti di bagian parasit dan dokter Endang Widiastuti Handzel, yang bekerja di bagian Emergency Response and Recovery, untuk program pembangunan kembali di Haiti.
Endang yang menjadi karyawan tetap di CDC sejak tahun 2012 juga pernah bekerja di UNICEF selama 6 tahun di bidang yang sama.
"Saya mulai berkarir dari Indonesia. Saya sudah banyak bekerja untuk membuat program di Indonesia juga sebelumnya, dengan CARE International, dengan World Vision International, dan juga dengan UNICEF. Saya bisa bekerja banyak di negara lain karena pelajaran yang saya dapat dari Indonesia. Jadi bukan saya membawa sesuatu banyak untuk Indonesia, saya justru sekarang membawa Indonesia ke negara lain," ujar Endang.
Dokter lulusan Universitas Atmajaya, Jakarta, yang melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan masyarakat ini banyak menangani masalah kesehatan ibu dan anak di daerah darurat seperti Sudan Selatan, Tanzania, Haiti dan juga di Aceh saat terkena bencana tsunami.
Endang yang kerap menjadi dosen tamu di Universitas Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan CDC melihat masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia terletak pada keterbatasan fasilitas, sumber daya manusia, dan informasi.
"Di Indonesia masalahnya sekarang saya pikir lebih tentang disparity, di bagian timur Indonesia itu sangat berbeda sekali dan kompleks masalahnya dibandingkan dengan di daerah barat," tambah Endang.
Hal itulah yang menjadi dasar komitmen Endang dan suaminya yang juga bekerja di CDC untuk berkarya bagi kemanusiaan.
"Kita berpikir, oh mungkin suatu saat nanti, kita akan stay di daerah yang sangat membutuhkan, mungkin di Papua, mungkin Papua Barat, mungkin di small island di Indonesia," kata Endang menutup wawancara dengan VOA.


Credit KOMPAS.com

Gubernur Aceh: Terimakasih Dunia!



Gubernur Aceh Zaini Abdullah megadakan konferensi Pers terkait persiapan peringatan Aceh 10th pasca bencana gempa dan tsunami yang akan dihadiri oleh 35 negara sahabat pada tanggal 26 Desember 2014.


BANDA ACEH, CB - Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengucapkan terimakasih kepada dunia internasional yang telah membantu Aceh bangkit dari keterpurukan pasca bencana gempa dan tsunami sepuluh tahun lalu.

"Rp 140 triliun didapat Aceh untuk merehabilitasi dan merekontruksi kembali kondisi daerah yang hancur dan ini dibantu oleh dunia, ini adalah bentuk solidaritas yang luar biasa," ujar Zaini Abdullah saat memberi sambutan pada Hari Puncak Peringatan 10 Tahun Aceh Pasca Tsunami, Jumat (26/12/2014).

Bentuk dukungan dari negara-negara donor, lanjut Zaini, sudah memberi rasa optimisme dan semangat bagi masyarakat Aceh, sehingga masyarakat kini sudah bangkit kembali meski tak bisa melupakan tragedi yang sudah menghancurkan kehidupan masyarakat.

"Peringatan ini juga bukan bertujuan membuka duka dan luka, tapi menjadikan releksi bagi kita semua akan makna kebersamaan, persahabatan dan kekompakan yang menjadi sebuah kekuatan besar bagi masyarakat," ujar Zaini.

Dalam kesempatan ini, pemerintah Aceh turut menyerahkan penghargaan Meukuta Alam, kepada 35 negara donor yang ikut membantu Aceh bangkit dari keterpurukan.



Credit KOMPAS.com

Tim Anti-Mafia Migas Kantongi Dokumen Petral "Olah" Premium di Malaysia


 
AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA Pengendara motor mengantre di SPBU untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, di Bali, Selasa (26/8/2014).



JAKARTA, CB — Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Faisal Basri menyatakan sudah memiliki bukti "praktik" pengoplosan untuk mendapatkan BBM jenis premium oleh anak usaha Pertamina, yaitu Pertamina Trading Energy Limited (Petral).

Berdasarkan dokumen penerimaan barang impor yang dimiliki Tim Anti-Mafia Migas—sebutan lain untuk tim ini—terkuak bahwa premium yang diimpor Indonesia merupakan produk "oplosan" yang dibuat di Malaysia.

"Petral enggak punya fasilitas untuk mem-blending, makanya pakai yang punya Trafigura yang di Malaysia itu," kata Faisal di Kantor Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Jakarta, Rabu (24/12/2014). Trafigura Pte Ltd, sebut dia, adalah perusahaan Singapura, tetapi punya fasilitas pengolahan di Malaysia.

Menurut dokumen yang didapatkan tim ini, papar Faisal, Trafigura mencampur BBM berkadar oktan (Researh Octane Number/RON) 92 dengan Naptha berkadar rendah untuk menghasilkan BBM dengan RON 88.

Dengan temuan ini, kata Faisal, praktik impor premium yang selama ini berjalan adalah semu. Dugaan pengoplosan BBM RON 92 menjadi RON 88 ini bukan baru kali ini mencuat, tak terkecuali dari Faisal.

Dasar dugaan itu adalah BBM RON 88 sudah termasuk produk langka di industri perminyakan dunia. Bahkan, kata Faisal, BBM RON 88 sudah tak lagi diperjualbelikan di pasar internasional.

Setelah melewati serangkaian analisis, diskusi, dan pertemuan dengan beragam institusi pemangku kepentingan, Tim Reformasi Tata Kelola Migas menyampaikan rekomendasi pertama, Minggu (21/12/2014).

Isi rekomendasi perdana itu adalah penghentian impor BBM jenis bensin RON 88 atau premium. Tim ini merekomendasikan pula impor BBM hanya untuk bensin RON 92 alias pertamax.

"Kapan bisa diterapkan, kami sudah konsultasi dengan Pertamina. Pertamina bisa kira-kira sekitar dua bulan," ujar Faisal.




Credit KOMPAS.com

TNI AD Punya 9 Jenderal Wanita, KSAD Banggakan Kowad


Seleksi calon bintara Kowad--Antara/R Rekotomo
Seleksi calon bintara Kowad--Antara/R Rekotomo



CB, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengapresiasi kinerja Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad). Tentara wanita kini sudah banyak berperan dan dipercaya menjalankan tugas-tugas strategis TNI AD.

"Cukup banyak prajurit Kowad yang berhasil meraih prestasi sangat membanggakan dan menempati posisi jabatan strategis hingga Jenderal bintang satu," ujar Gatot dalam sambutan yang dibacakan Wakil Kasad, Letjen TNI M. Munir pada syukuran peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-53 Kowad dalam siaran pers yang diterima Metrotvnews.com, Rabu (24/12/2014).

Menurut Gatot, sudah ada sembilan jenderal bintang satu yang berasal dari Kowad. Mereka di antara Brigjen TNI A.A. Putu Oka Dewi Iriani, Brigjen TNI Sari Sukapti Hapsari, Brigjen TNI Purwanti dan Brigjen TNI Theresia Abraham yang juga hadir dalam acara tersebut.

Ia menjelaskan, jabatan penting di lingkungan TNI AD terbuka bagi prajurit Kowad yang berprestasi. “Bahkan sejak tahun 2013 lalu, TNI AD juga telah menyiapkan taruni Akademi militer yang diproyeksikan untuk menjadi pimpinan TNI AD di masa depan”, ungkap Kasad.

Gatot pun meminta agar peringatan HUT ke-53 ini menjadi media evaluasi dan instrospeksi bagi Kowad. Prestasi Kowad saat ini, kata dia, tak lepas dari kerja keras, dedikasi, dan pengorbanan para pendahulu.

"Prestasi yang telah diraih oleh para pendahulu dan senior Kowad ini harus menjadi cambuk, motivasi dan semangat untuk tetap optimis berusaha meraih prestasi setinggi-tingginya," tegas Gatot.

Gatot pun mengingatkan, setinggi apapun jabatan yang diraih Kowad, jangan sampai meninggalkan kodrat sebagai wanita Indonesia. Mereka diminta tetap menjunjung tinggi norma adat ketimuran dan agama. "Sehingga Kowad selalui dihargai dan dihormati dimanapun bertugas dan berada," pungkas Gatot.



 Credit Metrotvnews.com

Presiden RI Widodo angkat jenderal garis keras sebagai menteri pertahanan

Pemeriksaan drone: Presiden Indonesia Joko Widodo, tengah, didampingi oleh para pemimpin militer, memeriksa sebuah pesawat pemantau tak berawak selama pameran Pertahanan Indo 2014 di Jakarta pada 7 November. [AFP]
Pemeriksaan drone: Presiden Indonesia Joko Widodo, tengah, didampingi oleh para pemimpin militer, memeriksa sebuah pesawat pemantau tak berawak selama pameran Pertahanan Indo 2014 di Jakarta pada 7 November. [AFP]


CB - Angkatan Bersenjata Indonesia [TNI] kalah dalam pemilu presiden lalu, tetapi memenangkan debat strategis mengenai masa depan negara.
Presiden baru Joko Widodo menggantikan Menteri Luar Negeri veteran Marty Natalegawa yang memprioritaskan perkerjaan dalam lingkup konsensus 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara [ASEAN] dan menghindari dukungan bagi sesama negara blok, termasuk Vietnam atau Filipina, dalam sengketa teritorial mereka dengan Beijing atas Laut Tiongkok Selatan.
Sebaliknya, Widodo telah berpihak dengan para kritikusNatalegawa, para jenderal yang memimpin Tentara Nasional Indonesia [TNI], dan ia menunjuk salah satu jenderal yang tertangguh, Jenderal Ryamizard Ryacudu, sebagai menteri pertahanan.
Widodo, yang mengalahkan mantan Letnan Jenderal Prabowo Subianto dalam pemilu bulan Juli, juga menyetujui peningkatan pendanaan untuk mengkonfigurasi ulang TNI terhadap ancaman maritim eksternal, terutama dari Tiongkok. Dia juga merespon positif pendekatan untuk menjalin hubungan lebih erat dari Jepang, Vietnam dan Filipina.
Pada tanggal 1 Desember, Brigjen Haryoko Sukarto, kepala Pusat Studi Strategis Tentara Nasional Indonesia, berkata kepada Wakil Menteri Pertahanan Senior Vietnam Letjen Nguyen Chi Vinh di Hanoi bahwa Indonesia bertekad untuk memperluas hubungan pertahanan dengan Vietnam, Kantor Berita Vietnam [VNA] melaporkan.
"Kedua lembaga harus menyusun rencana khusus untuk kerja sama," kata Sukarto.
Vinh juga merasa antusias seperti Sukarto untuk hubungan yang lebih erat. Dia menghimbau kementerian pertahanan kedua negara untuk meningkatkan dialog mereka ke tingkat wakil kementerian, kata laporan itu.
Widodo telah berupaya untuk meyakinkan Tiongkok bahwa ia ingin mempertahankan dan meningkatkan hubungan ekonomi dan diplomatik yang sudah erat. Tetapi, ia telah melaksanakan strategi maritim nasional baru yang berani, yang telah dipromosikan secara antusias oleh para jenderal teras di TNI.
Widodo menjelaskan visi untuk kemakmuran
"Dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden Indonesia, Joko Widodo mengkomunikasikan visi kemakmuran bagi negaranya berdasarkan tradisi perdagangan maritim. Menurutnya, Indonesia akan kembali menjadi kekuatan perdagangan laut. Dengan Kementerian Kelautan yang baru dan investasi $6 miliar dalam infrastruktur maritim, dia sungguh-sungguh mendukung langkah ini," menurut laporan Lina Miani di situs web CIMSEC [Pusat Keamanan Maritim Internasional] pada 4 Desember.
"Sementara jalan ini tampaknya jelas bagi negara kepulauan Indonesia, ada alasan-alasan yang sangat penting mengapa hal ini menandakan pergeseran besar dalam pemikiran strategis negara dari persepsi ancaman internal ke eksternal," tulis Miani. "Beberapa analis yakin bahwa pernyataan Jokowi merupakan tanda untuk meninggalkan kebijakan non-blok di Indonesia. Sejumlah pihak dengan gembira menafsirkan pergeseran ini akan ditujukan pada Tiongkok, yang klaim wilayahnya di Laut Tiongkok Selatan mempengaruhi Kepulauan Natuna di Indonesia yang kaya energi."
Charles W. Freeman, salah satu ketua Yayasan Kebijakan AS Tiongkok, mengatakan kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa evolusi dalam pemikiran strategis Indonesia konsisten dengan perubahan kebijakan dan perencanaan pertahanan di kawasan Asia Timur.
"Ada kecenderungan yang meningkat bagi negara-negara untuk mulai bertindak dengan ‘cara-cara normal' untuk dapat membela kepentingan mereka sendiri, dan kurangnya struktur keamanan regional yang sebanding dengan NATO di Eropa memperburuk proses ini," katanya.
Pada tanggal 14 November, The Jakarta Postmenulis bahwa strategi baru Widodo sedang diluncurkan di tengah meningkatnya persaingan dan serangkaian ketegangan perbatasan di wilayah tersebut.
Presiden melihat Indonesia sebagai kekuatan maritim
Dalam pidatonya diKTT Asia Timur [EAS] pada 13 November di ibukota Myanmar, Nay Pyi Taw, Widodo menyampaikan kepada para hadirin doktrin kebijakan luar negerinya: Indonesia sebagai titik tumpu maritim, kekuatan antara dua samudera.
Widodo mengatakan ia ingin Lautan Hindia dan Pasifik tetap damai dan aman bagi perdagangan dunia, bukannya menjadi medan perang memperebutkan sumber daya alam, konflik teritorial dan supremasi maritim.
"Indonesia wajib membangun kekuatan pertahanan maritim. Hal ini diperlukan tidak hanya untuk mengamankan kekayaan dan kedaulatan maritim, tetapi juga untuk mengemban tanggung jawab untuk menjaga keselamatan navigasi dan keamanan maritim," kata pemimpin baru Indonesia ini.
Modernisasi Angkatan Laut Indonesia mencakup pemesanan dua frigat dari Belanda, tiga korvet dari Inggris dan tiga kapal selam dari Korea Selatan.
Widodo mengangkat menteri luar negeri wanita
Menteri Luar Negeri baru Widodo, Retno Lestari Priansari Marsudi, membuat sejarah sebagai menteri luar negeri wanita yang pertama di negaranya. Namun, dia tidak memiliki pengalaman dan pengaruh politik dari pendahulunya, Natalegawa.
"Yang lebih penting bagi Retno adalah bagaimana dia akan menyuntikkan unsur maritim ke dalam agenda departemennya dalam cara yang mencerminkan aspirasi Joko [Presiden Widodo] untuk mengubah Indonesia menjadi poros maritim," tulis Bantarto Bandoro dari Universitas Pertahanan Indonesia dan pendiri Lembaga Studi Pertahanan dan Penelitian Strategis di Jakarta, di the Jakarta Globe pada tanggal 29 Oktober.
Menanggapi meningkatnya klaim Tiongkok terhadap tetangga Indonesia, yaitu sesama negara ASEAN Vietnam, Brunei, Malaysia, dan Filipina, serta klaim yang terus berlanjut atas Kepulauan Natuna, Panglima Komandan TNI Jenderal Moeldoko meminta Beijing pada bulan April untuk mundur dan menegaskan bahwa Jakarta siap bertindak tegas untuk mempertahankan wilayahnya.
"Diplomasi Indonesia tidak akan pernah meninggalkan ASEAN, tetapi urusan luar negeri di abad ke-21 ini harus melampaui fokus terdekat Asia Tenggara. Ini menandakan tekad Indonesia untuk tidak hanya melihat kebangkitan Tiongkok di utara dan tantangan di Laut Tiongkok Selatan, tetapi juga merupakan indikator bahwa bangsa ini akan makin memandang ke arah barat, yaitu Samudera Hindia dan anak benua India," tulis komentator Meidyatama Suryodiningrat di theJakarta Post.


Credit APDForum

Perang Dua Turret


Kubah bermeriam besar ( 90mm ke atas) merupakan salah satu komponen sistem kesenjataan kendaraan tempur darat  yang menjadi fokus perhatian dewasa ini. Tidak mengherankan, mengingat ceruk pasar dan kebutuhannya besar.Kubah bermeriam besar menjadi fokus di tengah upaya militer banyak Negara untuk merampingkan postur angkatan daratnya untuk menciptakan satuan manuver yang ringan tetapi memiliki daya pukul besar. Alasan yang mendasari bisa banyak, terutama soal dana dan anggaran. Sejak berakhirnya Perang Dingin, Negara-negara Eropa terutama yang ada dalam NATO telah mengurangi budget militernya secara masif. Perawatan alutsista konvensional macam MBT (Main Battle Tank) boleh dikatakan sangat mahal, dan akan lebih mahal lagi biaya yang dibutuhkan untuk menggelarnya ke berbagai trouble spot di luar daratan Eropa yang secara tradisional divisikan sebagai medan pertempuran saat menghadang Uni Soviet. Bayangkan saja, untuk mengirim MBT ke Afghanistan seperti yang dilakukan oleh Kanada dan Denmark, mereka harus menyewa pesawat angkut raksasa An-124 Ruslan, itupun satu sorti hanya dapat menampung maksimal dua unit MBT.

Sebagai akibatnya. angkatan bersenjata Eropa seperti Belanda, Swiss, dan Belgia memensiunkan armada Main Battle Tank dan menggantinya dengan kendaraan tempur yang dilengkapi dengan sistem kubah bermeriam besar. Ada yang memilih platform berpenggerak roda, ada yang masih nyaman dengan penggerak rantai untuk wahana pengusungnya. Tidak ada kategorisasi yang jamak dan baku untuk tipe kendaraan bermeriam tank ini. Ada yang menyebutnya tank destroyer, ada yang memasukkannya dalam Fire Support Vehicle, dan ada pula yang memilih menyebutnya Medium Tank, seperti proyek joint development medium tank yang baru diluncurkan oleh Pindad dan FNSS Turki dalam Pameran Indo Defence 2014. Kesemuanya memanfaatkan hull/ sasis kendaraan tempur yang diperkuat, dengan alasan biaya pengembangannya dapat ditekan dan biaya perawatan untuk kendaraan dalam satu platform tentunya akan jauh lebih murah.

Melihat pasar yang semakin berkembang, pabrikan senjata besar dunia kini tidak lagi memilih untuk menawarkan satu ranpur utuh. Banyak pabrikan kini menawarkan kubah dengan sistem modular, siap didudukkan ke ranpur manapun yang dibuat atau dibeli oleh Negara pengguna, selama spek hull tersebut kompatibel dengan requirement minimum. Alasannya simpel: membuat hull jauh lebih mudah dibandingkan dengan membuat kubah yang dipenuhi sistem canggih termasuk meriam, sensor dan sistem penggerak meriam dan kubah yang tidak sembarang Negara dapat membuatnya. Kalau tidak memiliki basis produksi dengan miniaturisasi dan peralatan presisi, niscaya akan sulit, belum lagi kemampuan meracik bahan baku berkualitas tinggi. Ini adalah merupakan jalan yang ditempuh untuk mewujudkan tank medium untuk TNI AD.

Saat ini tim TNI AD dan Departemen Pertahanan sedang mengkaji pilihan kubah dan meriam terbaik untuk tank medium Indonesia, dan CT-CV 105HP dan OTO Melara santer disebut-sebut sebagai kandidat kuat untuk digunakan sebagai opsi untuk mempercepat pengembangan Medium Tank Indonesia. Maklum saja, dengan target desain dasar sudah harus selesai pada 2016, akan cukup sulit untuk membangun medium tank dari nol. Langkah paling cepat adalah membangun hull bersama, kemudian dikawinkan dengan solusi kubah yang sudah tersedia di pasaran. Penulis tidak hendak menghakimi siapa yang menang dari apa, karena jalannya pertarungan masih akan panjang. yuk sigi bareng fitur, keunggulan, dan kelemahan masing-masing produk!

OTO Melara HITFACT

OTO Melara sudah lama terkenal sebagai pembuat meriam terkenal. Produknya diakui dan digunakan banyak Angkatan Laut dunia. Maka ketika mereka melansir produk kubah OTO HITFACT (Highly Integrated Technology Firing Against Combat Tanks), harapan besar pun disampirkan ke pundaknya. HITFACT merupakan sistem kubah modular yang dipilih untuk pengembangan ranpur penghancur tank Centauro varian 1B, yang mengusung kanon 120mm menggantikan kubah lama dengan kanon 105mm.

Versi pertama dari HITFACT digunakan oleh Centauro yang dibeli oleh AD Oman, juga sudah menggunakan meriam 120mm. Belajar dari pelanggan mereka, OTO Melara menawarkan HITFACT dalam dua varian, 105 dan 120mm. Yang menarik, OTO Melara mengonsepkan HITFACT sebagai sistem yang tumbuh dengan banyak opsi. Kalau mau murah, yang disediakan hanya kubah, sistem penembakan, dan meriam. Kalau mau lebih komprehensif disediakan lagi opsi pemasangan RCWS (Remote Controlled Weapon System) Hitrole sehingga awaknya lebih aman saat harus berhadapan dengan ancaman infantri atau helikopter serang.

Apabila melongok ke dalam kubah HITFACT, pembaca akan melihat layout kubah konvensional. Ya, HITFACT memang masih menggunakan format komandan, juru tembak, dan pengisi peluru, tanpa menggunakan sistem isi otomatis (autoloader). OTO Melara tengah mengembangkan varian kubah dengan sistem pengisian peluru otomatis. Seluruh tubuh kubah dibuat dari bahan alumunium, dan dapat ditingkatkan dengan penggunaan applique armour model bolt on untuk meningkatkan perlindungan kubah sampai STANAG4569 Level 4 atau mampu menahan impak peluru 14,5mm.

Komandan duduk di sebelah kiri meriam, sementara juru tembak dan pengisi duduk di sebelah kanan. Pengisi meriam diposisikan di belakang juru tembak, agar dapat mengakses kompartemen peluru di bagian bustle dan memasukkannya ke dalam kamar peluru. Kompartemen amunisi di bustle dilindungi oleh dinding tahan api, jadi apabila bagian ini tertembak, resiko kebakaran di kompartemen tempur dapat ditekan. Resiko kebakaran lebih dapat ditekan lagi karena HITFACT juga menggunakan sistem elektrik untuk perputaran kubahnya, sehingga lebih halus dan tidak berisik saat diputar.

Walaupun terpisahkan oleh meriam, komandan tetap dapat melihat tampilan yang tersaji di sistem bidik juru tembak berkat display LCD yang terhubung ke sistem bidik juru tembak. Untuk membantunya awas terhadap keadaan sekitar, di sekeliling palka komandan dipasangi sembilan periskop prismatik untuk melihat ke arah luar. Untuk mencari sasarannya, komandan dilengkapi sistem bidik/ kamera panoramik Selex ES Atilla yang distabilisasi dan mampu berputar secara independen dari putaran kubah. Atilla terdiri dari kamera digital dengan pembesaran 10x, kamera termal Erica FF dan sistem laser rangefinder untuk mengukur jarak ke sasaran.

Sementara untuk juru tembak disediakan sistem bidik terstabilisasi Selex ES Lothar-S yang berisi kamera termal generasi ketiga Tilde-A untuk memburu sasaran pada kondisi minim cahaya atau dalam cuaca buruk. Juru tembak juga memiliki akses ke optik bidik konvensional sebagai cadangan apabila sistem elektronik mengalami kerusakan.

Yang menarik, sistem kendali penembakan pada HITFACT dibuat modular dan dengan arsitektur terbuka. Ini memungkinkan HITFACT untuk diupgrade dengan sistem terbaru apabila diinginkan oleh pengguna tanpa harus mengucurkan investasi yang besar. Sistem kendali penembakannya sendiri terdiri dari komputer balistik, sensor meteorologi (cuaca, angin, kelembapan), sensor kemiringan kendaraan dan sudut elevasi meriam, dan yang terpenting, meriamnya juga distabilisasi dalam dua sumbu sehingga memampukan penembakan sambil bergerak. Apabila diinginkan, sistem LWR (Laser Warning Receiver) dapat dipasang sebagai opsi sehingga awak tahu saat kendaraan dibidik oleh ATGM musuh, dan dapat meluncurkan perlindungan berupa tabir asap.

Opsi lainnya yang disediakan untuk HITFACT adalah sistem manajemen informasi dan pertempuran SICCONA (Sistema di Comando, COntrollio e NAvigazione – Komando, kontrol, dan navigasi) yang merupakan sistem BMS (Battlefield Management System) buatan OTO Melara. Fungsi-fungsi seperti pemetaan posisi kawan, penentuan rute/ waypoint, dan pemberian perintah untuk manuver dapat dilakukan melalui SICCONA sampai ke level batalion.

Bicara soal sistem kesenjataan, HITFACT mampu dipasangi dua jenis meriam: 120mm L45 dan 105mm L52. Meriam OTO Melara 120mm L45 smoothbore setara dengan meriam Rheinmetall L44, namun diracik khusus dengan teknik untuk mengurangi gaya hentak (recoil) yang dicapai melalui dua hal: modifikasi pada recoil travel atau gerak meriam ke belakang yang lebih jauh pada saat dihentak oleh penembakan (+/- 700mm pada 120mm L45 vs 330mm pada 120mm L44) dan pemasangan muzzle brake model biji merica (pepper pots) pada sepuluh kuadran yang masing-masing memiliki lima lubang. Modifikasi ini mampu menurunkan hentakan kanon 120mm sehingga mendekati gaya hentakan munisi kanon 105mm. Kemampuan penetrasi dari kanon 120mm L45 tersebut mampu menembus pelat RHA setebal 600mm dari jarak 3.000m dengan amunisi tipe APFSDS (Armor Piercing Fin Stabilised Discarding Sabot) yang sesuai. Untuk mengurangi resiko asap mesiu penembakan kembali ke kompartemen tempur, meriam 120mm L45 pada HITFACT juga sudah dilengkapi dengan bore evacuator.

Kalau kanon 120mm dianggap terlalu berlebih, HITFACT juga dapat dipasangi meriam 105mm L52 yang beralur dan galangan (rifled) yang merupakan turunan dari meriam Royal Ordnance L7 standar tank-tank NATO pada era 1970an-1980an. Meriam 105mm menawarkan daya gebuk yang masih trengginas, dengan biaya pembelian amunisi yang tentunya masih lebih murah dibandingkan dengan munisi 120mm. Dengan kemampuan penetrasi 460mm pada jarak 2.000m, meriam 105mm masih mampu menghajar MBT dari arah samping, dan tentunya seluruh jenis ranpur dari kelas di bawahnya.

Sebagai senjata pertahanan, tersedia pelontar granat asap 76mm sebanyak 8 unit yang dapat dikendalikan secara manual atau otomatis (apabila terhubung dengan sistem LWR). Untuk komandan disediakan senapan mesin 7,62mm atau 12,7mm yang dapat dilengkapi dengan perisai, begitu pula untuk juru tembak. Saat ini, selain terpasang pada Centauro 1B yang sudah berdinas aktif, OTO HITFACT sudah diujicoba pada ranpur Pandur dan juga Marder Revolution.

SPEK OTO HITFACT
Kaliber            : 105/120mm
Awak            : 3 orang (komandan, juru tembak, pengisi)
Kecepatan tembak    : 6 peluru/ menit
Bobot kosong        : 6 ton
Elevasi meriam        : -3 o sampai dengan 15o

CMI Cockerill CT-CV 105HP

Konglomerasi CMI Groupe yang menaungi bisnis pertahanan melalui CMI Defence adalah salah satu pemain dengan banyak solusi sistem kubah untuk berbagai kendaraan tempur. Melalui kerjasama erat dengan PT Pindad yang sudah mulai melisensi perakitan kanon CSE90LP untuk Panser Kanon Badak, CMI sudah memiliki pijakan yang cukup baik dalam pertarungan bisnis alutsista di Indonesia.

Satu andalan CMI untuk kanon kaliber besar adalah kubah CT-CV 105HP (High Pressure) yang mampu memuntahkan munisi 105mm standar NATO, berkat penggunaan meriam 105mm rifled (beralur dan galangan) yang mengadopsi kanon 105mm Royal Ordnance L7. Hanya bedanya, kanon Cockerill 105HP menggunakan muzzle brake tipe single baffle atau lubang tunggal, berguna untuk mengurangi sentakan gaya tolak balik yang dirasakan kendaraan.

Namun begitu, CMI yang memiliki pabrik baja modern mampu menerapkan metode autofrettage alias perlakuan tekanan maha besar secara merata dalam proses pembuatan laras, sehingga meriam yang terpasang pada kanon Cockerill 105HP pada kubah CT-CV memiliki tahanan tekanan maksimal sebesar 120% dari yang dimiliki oleh meriam L7 standar. Hal ini berarti CT-CV 105HP dapat digunakan untuk melontarkan munisi yang menghasilkan tekanan lebih besar (dengan mesiu khusus), untuk menghasilkan kecepatan luncur proyektil yang lebih besar pula. Kecepatan yang lebih besar akan bermanfaat untuk meningkatkan daya penetrasi, khususnya pada munisi APFSDS.

Yang juga hebat pada sistem kubah dan meriam Cockerill 105HP adalah kemampuan elevasi kanon yang mencapai +42o. Kalau rekan ARC sering menyigi info yang beredar, pasti tahu spek apa yang diinginkan oleh tim Joint Development. Ini berarti FSV atau pembawa akan mampu melayani tembakan lawan dari ketinggian, atau memberikan tembakan bantuan lintas lengkung melewati perbukitan atau pegunungan. Ini berarti unit Kavaleri sebagai pengguna medium tank tidak akan terlalu tergantung pada dukungan artileri pada saat memasuki arena pertempuran, dan benar-benar dapat menjadi penggempur yang sangat efektif. Jarak tembak maksimal untuk tembakan lintas lengkung mencapai 8-10km dengan amunisi HE.

Kanon Cockerill 105HP sendiri dinyatakan telah mampu (cleared) untuk menembakkan segala jenis munisi 105mm NATO, jadi bagi Negara yang sebelumnya telah memakai tank lawas dengan kanon 105mm masih dapat memanfaatkan stok amunisi mereka. Walaupun rata-rata Negara Barat telah beralih ke kanon 120mm, kanon 105mm masih memiliki potensi yang cukup besar. Daya penetrasi munisi yang mencapai 500-560mm RHA masih mampu menjebol tank sekelas T-72M1 (tanpa perlindungan balok ERA) dari arah frontal. Dari sisi, hampir seluruh MBT masih cukup rentan terhadap ancaman munisi 105mm NATO. Yang paling patut diingat, biaya akuisisi munisi 105mm hanya sepersepuluh sampai seperlima munisi 120mm. Ini tentu faktor yang cukup menentukan, mengingat utilisasi kendaraan tempur berkanon besar (bagi sebagian besar Negara) akan lebih difokuskan pada latihan untuk mempertahankan profisiensi dibandingkan saat berperang.

Di luar keunggulan pada kualitas laras yang digunakan, sesungguhnya CMI mendesain CT-CV secara spesifik dengan memfokuskan pada bobot kendaraan pengusung. Desain yang efisien dari kubah CT-CV memampukannya untuk ditanam pada kendaraan dengan GVW (Gross Vehicle Weight) kelas 18 ton ke atas. Ini artinya panser kanon sekelas Piranha, LAV III, Pandur, atau Rosomak mampu mengusung kubah CT-CV 105HP. Sistem kubahnya sendiri dibuat secara modular, dengan kemampuan standar proteksi NATO 4569 STANAG 3 (7,62x51mm AP, 150 meter). Ada opsi applique plate yang dapat dipasang sesuai kebutuhan untuk meningkatkan proteksinya sampai ke level STANAG 4 dan bahkan ke STANAG 5 (25mm NATO AP) sehingga mampu bertahan dari serangan kendaraan tempur dengan kanon tembak cepat.

Untuk konfigurasi awak, berbeda dengan HITFACT, CMI memutuskan menggunakan dua awak saja, plus sistem autoloader. Penggunaan sistem pengisian ulang otomatis sesungguhnya memang memiliki faktor plus dan minus. Bagi pendukungnya, sistem autoloader akan memangkas jumlah awak dan tentunya logistik yang diperlukan untuk menggelar FSV/ medium tank ke palagan. Yang kedua, komandan atau juru tembak tinggal memilih amunisi yang dibutuhkan melalui komputer, dalam hal ini layar sentuh pada CT-CV 105HP, tanpa resiko salah memasukkan, atau kru pengisi tidak dapat melakukan tugasnya karena terluka misalnya. Bagi yang pro dengan sistem pengisian manual, fakta bahwa jumlah amunisi tersedia lebih banyak juga sukar dibantahkan. Belum lagi kru pengisi dapat bertindak sebagai awak cadangan dan juru radio yang meringankan kerja komandan kendaraan.

Terlepas dari hal tersebut, CMI menjamin bahwa sistem autoloader yang terpasang pada CT-CV 105HP dapat diandalkan. Seluruh peluru juga disimpan dalam bustle di bagian belakang kubah yang dilindungi dengan dinding penahan api(Firewall). Amunisi diisikan pada bustle dari luar tank, dengan membuka pintu baja pada sisi belakang bustle. Pengisian satu persatu dari dalam kendaraan juga memungkinkan, walau waktu yang diperlukan tentu lebih lama. Tersedia 15 slot untuk beragam jenis peluru yang dapat berputar dengan sistem revolver. Satu sistem sabuk rantai akan membawa amunisi yang dipilih, dibawa keluar oleh nampan dari bustle ke arah kamar peluru.

Biarpun kanon Cockerill 105mm High Pressure sangat trengginas untuk menggasak tank dan ranpur, tak dipungkiri bahwa penggunanya tidak bisa memilih lawan di medan pertempuran, alias mungkin saja bertemu MBT mutakhir yang dilengkapi dengan sistem perlindungan reaktif macam ERA dan NERA. Untuk menghadapi ancaman semacam ini, CMI dan pabrikan GKSTB Luch dari Ukraina bekerjasama menciptakan rudal berpemandu laser Falarick (nama tongkat sakti dalam mitologi Irlandia) yang merupakan GLATGM (Gun Launched Anti Tank Guided Missile). Ukraina memang sudah paham dengan sistem rudal berpemandu laser, memanfaatkan teknologi hasil pengembangan Uni Soviet.

Falarick memiliki garis genealogi yang sama seperti rudal R-2 Baryer dari Ukraina, yang nantinya direncanakan juga akan terpasang pada ranpur BTR-4 yang dibeli oleh Korps Marinir TNI AL. Teknologi Falarick yang digunakan sama seperti pada ATGM yang diluncurkan dari laras meriam macam 9M119M, yaitu sinar laser yang disorotkan dari kendaraan penembak ke arah sasaran, dan rudal tinggal mengikuti. Rudal Falarick sendiri dibuat untuk dapat ditembakkan dari laras 90mm ataupun 105mm. Memiliki panjang 1 meter dan bobot 20kg, Falarick saat terbang distabilkan oleh sirip-sirip dan rudder alumunium yang terpasang di belakang (total 8 buah), dan rudal berotasi pada sumbunya saat diluncurkan. Pada saat masuk di laras, sirip ini akan terlipat dan akan terbuka begitu keluar dari laras.

Pada saat diujicoba, Falarick yang ditembakkan dari jarak 3,9km dapat mengenai sasaran standar NATO dengan menempuh waktu selama 14 detik. Dengan hululedak HEAT (High Explosive Anti Tank) ganda, Falarick dikatakan mampu menembus pelat baja RHA yang dilindungi oleh balok reaktif ERA setebal 500mm, ini setara dengan ketebalan glacis T-72M1. Kelemahannya, sama seperti GLATGM era Soviet, kendaraan benar-benar harus dibuat dalam keadaan diam. Sedikit pergerakan akan mengakibatkan rudal berbelok atau malah kehilangan panduan laser. Penembak mengendalikan Falarick dengan menggunakan joystick ganda, mirip pada sistem kemudi pada pesawat terbang. Retikula akan tersaji pada layar LCD di hadapannya, dan penembak tinggal berkonsentrasi menjaga agar retikula tetap berada pada sasarannya.

Untuk kubah, LCTS90 menerapkan format yang sama seperti CSE90LP, komandan duduk di kiri dan penembak di kanan. Layout dalam kabin terasa lega karena tidak lagi ditemui panel-panel dengan lingkaran indikator analog. Baik komandan maupun juru tembak memiliki akses terhadap segala informasi kendaraan melalui dua layar MFID (Multi Function Information Display). Informasi atas kondisi kendaraan, pemilihan jenis amunisi, mengarahkan laras meriam, semua dilakukan dengan melihat pada layar MFID.

Bedanya antara MFID komandan dan juru tembak hanya pada susunan MFID tersebut, dimana pada komandan dua layar tersusun vertikal, sementara pada juru tembak  tersusun horizontal. Komandan memiliki akses penuh terhadap sistem pembidik pada juru tembak, sehingga koordinasi mudah dilakukan. Apabila CT-CV 105HP ditambah opsi RCWS (Remote Controlled Weapon System), komandan juga yang mengoperasikannya. Sistem RCWS buatan CMI mampu mengakomodasi senapan mesin sedang 7,62mm, senapan berat 12,7mm, sampai pelontar granat 40mm.

Penembak memiliki kamera bidik dengan kamera termal terstabilisasi. Bedanya, di atas blok kamera bidik dipasang kotak pemandu laser untuk sistem rudal Falarick. Sementara untuk komandan disiapkan sistem kamera panoramik yang independen, sehingga komandan dapat bertindak sebagai pemburu, semua tinggal dilakukan dengan menggerakkan joystick. Kalau kondisi kurang cahaya atau malam hari, tinggal nyalakan fitur kamera termal, sehingga lawan yang bersembunyi pun mudah ketahuan.

Sistem kendali penembakan (Fire Control System) sudah mengadopsi komputer balistik dan sensor seperti kemiringan kendaraan, sudut elevasi meriam, tekanan udara, kecepatan angin, kelembapan, suhu udara, dan tentu saja laser rangefinder, kurang lebih sama seperti yang dipergunakan pada MBT modern. Dengan meriam distabilisasi pada dua sumbu, CT-CV 105HP dapat ditembakkan saat kendaraan bergerak pelan, sehingga mengurangi kemungkinan FSV/ tank pengguna terkena tembakan lawan.

Untuk melindungi diri dari ancaman, CMI sudah menyediakan banyak perangkat pelindung. Ada sistem pelontar granat 76mm untuk menciptakan tabir asap, ada sistem LWR (Laser Warning Receiver) untuk memperingatkan awak atas ancaman iluminasi ATGM lawan, dan ada sistem filter Nubika untuk pertempuran dalam medan yang terkontaminasi. Untuk ancaman infantri, CT-CV 105HP juga sudah dilengkapi senapan mesin koaksial kaliber 7,62x51mm NATO dengan 2.000 butir amunisi.

SPEK CMI Cockerill CT-CV 105HP
Meriam        : Cockerill 105 High Pressure L51
Kaliber            : 105mm NATO
Awak            : 2 orang (komandan, juru tembak)
Kecepatan tembak    : 5-6 peluru/ menit
Gaya recoil puncak    : < 150kn
Elevasi meriam        : -10 o sampai dengan 42o
SPEK Falarick 105
Jarak maksimum    : 5.000m
Waktu terbang        : 17 detik
Sistem pandu        : semi-otomatis dengan laser
Hululedak        : tandem hollow charge
Penetrasi        : 550mm RHA di belakang ERA
Bobot            : 25,2kg
Panjang        : 1.015mm
Suhu operasional    : -40 sampai 60oC




Credit ARC


Menanti Datangnya K9



Jika Amerika Serikat memiliki artileri howitzer swagerak 155mm andalan M109 Paladin, Korea Selatan punya K9, kendaraan artileri swagerak yang tak kalah bagusnya. Pada K9 lah korps Artileri TNI AD melirik dan mempersiapkan akuisisinya. Masa-masa realisasi pembangunan kekuatan TNI yang mengacu kepada MEF (Minimum Essential Force) Renstra I memang sudah hampir paripurna, dengan sebagian besar alutsista yang dipesan sudah mulai berdatangan. Korps Artileri TNI AD sendiri kebagian 37 unit howitzer berbasis truk CAESAR dari Perancis senilai USD 141 juta dan 36 unit sistem artileri roket ASTROS senilai USD 405 juta dari Brasil. Ini berarti Korps Artileri TNI AD bisa memodernisasi dan membentuk 4 batalyon artileri swagerak, diluar sejumlah meriam tarik 105mm Kh-178 dan 155mm Kh-179 yang dibelinya dari Korea Selatan.


Di luar perkiraan, di tengah masa transisi pemerintahan hasil Pemilu 2014, TNI ternyata tak lantas berhenti dan mengambil napas. MEF Renstra 2 yang sudah di ambang pintu perlahan-lahan mulai mengemuka. Alutsista pilihan dan berkualitas kembali disasar untuk menjaga kedaulatan dan meningkatkan wibawa di antara Negara kawasan. Satu yang dilirik untuk semakin memperkuat Korps Artileri TNI AD adalah sistem artileri swagerak berpenggerak roda rantai (tracked). Sistem semacam ini hanya dimiliki oleh sedikit Negara. Yang paling mendominasi, tentu saja adalah M109 Paladin yang begitu laku dan dipergunakan hampir sebagian besar Negara NATO. Inggris memiliki AS90, dan Jerman Barat menggunakan Panzer Haubitze (PzH) 2000.

Korps Artileri TNI AD memang sangat butuh penyegaran untuk urusan artileri swagerak berbasis roda rantai. Pasalnya, AMX-13 AUF1 105mm yang dimiliki sudah amat terlalu uzur, pabriknya sudah bangkrut, dan suku cadangnya sudah tak lagi tersedia di pasaran. Untuk mendukung manuver gabungan dengan Kavaleri yang sudah dilengkapi MBT Leopard 2A4 dan Infantri mekanis yang sudah menggunakan Marder 1A3 dan Anoa sudah pasti kepayahan. Apalagi jarak jangkau meriamnya semakin terbatas.
Namun begitu, pemilihan kandidat sistem artileri swagerak harus dilakukan dengan sejumlah pertimbangan yang benar-benar matang. Soal pertama, apalagi kalau bukan hantu embargo di medio 1990an dan awal millennium baru. Jangan sampai alutsista berharga mahal harus mangkrak karena kelangkaan suku cadang, atau tidak bisa digunakan karena larangan Negara produsennya. Kedua, sistem yang dibeli tentu saja harus kompatibel dengan segala jenis munisi yang dipergunakan Korps Artileri TNI AD sendiri, mengingat TNI AD menggunakan amunisi yang berbeda-beda Negara produsennya walaupun kalibernya sama.
Yang terakhir, TNI AD tentu mengutamakan keseimbangan. Walaupun pemerintahan lalu percaya pada jargon kosong diplomasi zero enemy thousand friends, kenyataannya situasi geopolitik seringkali memaksa keberpihakan karena keadaan. Apabila kemudian keberpihakan tersebut dapat menimbulkan implikasi negatif bagi postur pertahanan Indonesia, TNI harus siap. Pengadaan alutsista dari multi Negara dianggap mampu menjadi solusi, walaupun berdampak kepada logistik dan suku cadang yang harus disiapkan untuk mendukung penggelaran alutsista.

Nah, dari sejumlah kandidat yang dievaluasi, K9 Thunder buatan Korea Selatan kemudian menyeruak sebagai kandidat yang memiliki kans terbesar untuk dieksekusi pembeliannya. Sistem artileri swagerak terbaru ini menawarkan keganasan meriam 155mm dalam sasis yang sepenuhnya dibuat oleh perusahaan Korea Selatan, Samsung Techwin. Dengan sejarah mesra dimana meriam howitzer TNI AD sebagian besar memang diakuisisi dari Korea Selatan, K9 bak melengkapi kebahagiaan. Apalagi K9 Thunder sudah pula menyandang predikat battle proven. Korps Artileri sendiri menargetkan akuisisi 2 yon tambahan sistem artileri berpenggerak rantai untuk memperkuat batalyon artileri medan TNI AD.

K9 Thunder, sang primadona baru

Korea Selatan sendiri sejak lama merupakan pengguna setia M109 Paladin. Tidak mau membeli mentah-mentah, Korea Selatan melisensi M109A2 sebagai K55 dan K55A1. Namun semakin berkembangnya teknologi, Korea Selatan semakin merasa ketinggalan. M109 Paladin sudah mencapai iterasi A6 dengan jarak jangkauan yang semakin jauh, sementara K55A1 sudah jelas kalah jarak. Rival beratnya Korea Utara sudah diketahui memiliki sistem artileri swagerak berbasis sasis tank Type-59 berkode M-1978 Koksan dengan meriam kaliber 170mm.







Untuk mempersempit selisih tersebut, Korea Selatan menugaskan Samsung Techwin (sebelumnya bernama Samsung Defense Aerospace) untuk mengembangkan sistem artileri swagerak sebagai komplemen, dan kelak pengganti, K55 pada 1989. Purwarupa pertama sudah ditampilkan pada 1994, dan pengujian lanjutan dilakukan sampai akhirnya dapat diterima oleh AD Korea Selatan pada 1998. Dengan kendaraan serial pertama masuk dinas aktif pada 2000an, boleh dikatakan usia K9 masihlah cukup muda.
K9 Thunder sendiri memiliki bobot nyaris dua kali lipat dibandingkan dengan K55. Namun soal mobilitas, boleh saja diadu. Dengan penambahan bobot tersebut, K9 dijanjikan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh K55. K9 diawaki oleh lima orang kru: komandan, pengemudi, penembak, dan dua pengisi. Tugas pengisi dimudahkan dengan keberadaan sistem pengisi otomatis (autoloader) yang cukup kompleks. Diluar pengemudi yang memiliki palka tersendiri, keempat awak lainnya bisa keluar dari palka di atas kubah. Kalau ini dianggap terlalu tinggi, masih ada pintu rampa belakang, yang dibuka ke arah kanan dengan engsel.
K9 sendiri didesain untuk mampu membawa 48 butir peluru howitzer 155mm dan propelannya. Apabila kendaraan sudah kehabisan peluru, sudah menjadi tugas kendaraan K10 ARV untuk mengisinya. Berbeda dengan K9, K10 tidak dilengkapi dengan laras meriam. Sebagai gantinya, ada ‘belalai’ yang bertugas mengantarkan peluru yang akan diisi ke K9. K10 tinggal melakukan aksi docking dengan lubang pengisian yang ada di belakang kubah K9, dan peluru dihantarkan dari dalam kubah K10 ke dalam kompartemen peluru K9. Saat menerima proyektil isian dari K10, sistem rel pengisian otomatis akan membawa dan menyusun proyektil-proyektil tersebut ke tempatnya.




Soal wahana pengusung, K9 menggunakan sasis dengan penggerak roda rantai, dengan mesin diletakkan di sebelah kanan depan. Kombinasi ini memungkinkan kompartemen tempur sepenuhnya dapat dihuni oleh kubah dengan sistem pengisian amunisinya yang kompleks. K9 menggunakan mesin MTU 881 buatan Jerman, yang dipadukan dengan sistem transmisi otomatis Allison ATDX 1100-5A3 dengan empat gigi maju dan dua gigi mundur. Paduan mesin dan transmisi pada K9 tersebut mampu menyemburkan daya 1.000hp (735kW), yang diterjemahkan menjadi kecepatan 67km/ jam di jalanan mulus. Dengan rasio daya berbanding beban mencapai 21,7 hp/ ton, K9 boleh dikata cukup lincah dalam bergerak melintas medan, tidak kalah dengan Main Battle Tank modern yang harus diikutinya. Sekali isi tangki penuh, K9 dapat menempuh jarak sampai 480km.

Untuk mendukung penggelarannya, K9 dilengkapi dengan suspensi torsion bar dan kombinasi hidropneumatik pada keenam roda lincirnya, sehingga awaknya tidak akan cepat lelah saat bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Keunggulan lainnya, ketinggian kendaraan juga dapat diatur berkat penggunaan suspensi hidropneumatik tersebut, sehingga dapat disesuaikan untuk karakteristik medan yang dilewati. Apabila diperlukan, K9 juga dapat melakukan operasi mengarung (fording) sampai kedalaman 1,5 meter tanpa persiapan khusus.

Meriam howitzer 155mm pada K9 sendiri diletakkan pada struktur kubah tertutup, yang tentu saja merupakan satu keunggulan tersendiri dan tuntutan pada situasi pertempuran yang dinamis. Dibandingkan dengan aset seperti meriam howitzer 155mm CAESAR yang sudah dibeli TNI AD, K9 lebih unggul karena seluruh sekuensial penembakannya dapat dilakukan dari dalam kendaraan, terlindung kubah baja yang mampu menahan impak fragmen artileri model airburst dan hantaman peluru 12,7mm. Meriamnya sendiri dapat didongakkan mulai dari -2,5o sampai 70o, yang diatur secara sistem, dan dapat dibawa berputar 360o bersama kubahnya. Meriam 155m L52 pada K9 dilengkapi dengan muzzle brake tipe slot untuk disipasi asap dan hentakan penembakan.

Satu keunggulan yang ditawarkan K9 soal amunisi adalah kesesuaian dengan standar NATO, karena Samsung Techwin menjamin bahwa meriam K9 sudah disesuaikan dengan JBMOU (Joint Ballistic Memorandum of Understanding). JBMOU merupakan kesepakatan antar Negara NATO yang menjamin kesamaan meriam, propelan, amunisi, dan sumbu munisi artileri yang digunakan sesame Negara NATO. Kompatibel dengan berbagai munisi 155mm buatan pabrikan Negara NATO maupun bukan, K9 mampu melontarkan tembakan sampai jarak 40km dengan munisi base bleed, yang diset propelannya pada setelan enam. Untuk munisi RAP (Rocket Assisted Projectile) dengan setelan propelan lima, jarak tembaknya bisa mencapai jarak 30km. Untuk munisi HE (High Explosive) standar NATO M107, jarak tembaknya adalah 17km Pemilihan amunisi tinggal dilakukan melalui layar LCD oleh penembak, sehingga hanya charges atau propelannya yang masih perlu diatur secara manual oleh pengisi.

Penembak sendiri dimudahkan tugasnya berkat keberadaan sistem kendali penembakan otomatis dan sistem navigasi bernama MAPS (Modular Azimuth Position System), yang berisi peta digital yang dapat menerima pasokan data melalui datalink. Berbagai sensor seperti angin dan suhu udara yang dapat mempengaruhi trayektori juga diperhitungkan. Dengan dukungan komputasi otomatis tersebut, K9 sudah siap digelar dan siap menembak hanya dalam 30 detik setelah kendaraan dalam posisi berhenti, atau 60 detik dihitung dari perintah diberikan saat K9 masih berjalan. Meriam howitzer 155mm pada K9 memiliki kecepatan tembak 3-5 butir peluru setiap jeda 15 detik, atau 5-6 peluru/ menit selama tiga menit terus menerus.

Dengan kemampuannya yang setara atau melebihi M109A6 Paladin, tidak mengherankan apabila K9 banyak dilirik oleh Negara lain. Turki bahkan sudah bergerak cepat, melisensi K9 sebagai T-155 Firtina (Badai). Turki membeli 300an T-155, dengan membuat sendiri sistem kendali penembakan, modifikasi kubah, dan sistem navigasi yang dibuat sendiri oleh perusahaan lokal seperti Aselsan dan Havelsan. Sebanyak 300 unit dari pesanan T-155 tersebut akan dibuat oleh 1st Army Maintenance Center Command di Adazapari, Turki.

In Action: Battle Proven!

Walaupun Korea Selatan dan Utara secara resmi berada dalam status gencatan senjata, bukan berarti K9 Thunder hanya duduk diam dan digunakan pada saat latihan saja. Pada 23 November 2010, Korea Utara melakukan provokasi dengan menembakkan ratusan proyektil artileri berupa roket dan Howitzer ke pulau Yeonpyeong yang ada di Yurisdiksi Korea Selatan. Korea Selatan, yang saat itu sedang melaksanakan latihan bersandi Hoguk di pulau Yeonpyeong dan Baengnyeong dianggap memprovokasi Korea Utara dan menantang perang. Puluhan munisi hidup berdaya ledak tinggi terbang melintasi lautan, memotong garis demarkasi Northern Limit Line dan menuju Yeonpyeong.

Kegilaan Korea Utara berujung pada kehancuran berbagai sarana sipil dan juga korban jiwa. Dua orang sipil dan dua prajurit tewas, puluhan lainnya terluka. Dalam dua gelombang serangan yang dilancarkan dari propinsi Hwanghae, proyektil artileri dan roket 122mm dari Kaemori berjatuhan di kamp militer Korea Selatan, dan lebih banyak lagi menghantam pemukiman, pertokoan, dan kantor pemerintah, menimbulkan kepanikan dan kebakaran hebat.

Korea Selatan sendiri secara organik menggelar satu batalion K9 yang terdiri dari tiga baterai, masing-masing berkekuatan 6 unit K9. Yeonpyeong dijaga oleh satu kompi yang berkekuatan satu baterai K9. Serangan dadakan dan bertubi-tubi dari Korea Utara yang begitu masif berhasil melumpuhkan dua unit K9. Empat yang tersisa dengan segera diperintahkan menembak balik, tetapi satu dengan segera menghadapi kendala karena satu proyektil macet dan berhenti di tengah laras, menyebabkannya tidak mampu beraksi.
Dengan hanya tiga K9, tembakan balasan dilancarkan ke area Mudo, tempat posisi meriam, barak dan markas pasukan Korea Utara berada. Setelah menembakkan puluhan proyektil, sasaran bergeser ke Kaemori, lokasi baterai roket 122mm Korea Utara melancarkan serangannya. Secara total, Korea Selatan menembakkan 80 butir munisi 155mm, dalam adu artileri terhebat dan paling dahsyat setelah gencatan senjata yang menandai berakhirnya Perang Korea pada 1953. Sayangnya, karena sukar melakukan BDA (Battle Damage Assesment), sulit bagi Korea Selatan untuk mengetahui kehancuran yang diderita oleh Korea Utara. Begitupun, Korea Selatan mengklaim 5-10 prajurit Korea Utara tewas dan 30 lainnya terluka, berdasarkan informasi pembelot Korea Utara yang merupakan mantan prajurit artileri di Kaemori.




Yang jelas, pasca balas-membalas artileri di Yeonpyeong tersebut, para kru K9 benar-benar disiagakan untuk menghadapi pertempuran berikutnya. Setiap prajurit artileri dibagi dalam tiga kali giliran jaga di dalam kabin K9 mereka, walaupun barak sebenarnya hanya 100-200 meter jauhnya. Pokoknya begitu proyektil pertama Korut mendarat, K9 sudah harus bisa membalas tembakan. Satu instalasi radar ARTHUR (Artillery Hunting Radar) juga dipasang, untuk mendeteksi sumber dan azimuth datangnya serangan. Sampai serangan berikutnya datang, gelegar K9 akan siap sedia melindungi Yeonpyeong dan seluruh Korea Selatan dari ancaman Korea Utara.

SPEK K9 THUNDER
Awak            : 5
Bobot            : 47 ton
Panjang        : 12 meter
Lebar            : 3,4 meter
Tinggi            : 2,73 meter
Kecepatan tembak    : 3 butir dalam 15 detik, 6-8 peluru/ menit (sustainable)
Mesin            : Diesel MTU MT 881 Ka-500 8 silinder berpendingin air, berdaya 1.000hp
Kecepatan maksimal    : 67 km/ jam


Credit ARC

AL India meluaskan 'Melangkah ke Timur'



KSAL India: Laksamana Robin K. Dhowan memberikan hormat kepada barisan kehormatan sewaktu kunjungannya ke Komando Angkatan Laut Barat di Mumbai pada 19 Mei 2014. [AFP]
KSAL India: Laksamana Robin K. Dhowan memberikan hormat kepada barisan kehormatan sewaktu kunjungannya ke Komando Angkatan Laut Barat di Mumbai pada 19 Mei 2014. [AFP]


CB - Dalam kebijakan penting yang bergeser, KSAL India Laksamana Robin K. Dhowan mengatakan armadanya tidak lagi terbatas hingga Lautan Hindia, tetapi siap memperkuat kebijakan India, "Melangkah ke Asia" dengan pengerahan ke seluruh dunia
Berkenaan dengan Laut Tiongkok Selatan, Dhowan mengatakan kebebasan navigasi adalah hal yang penting, dan AL India akan memantau pengembangannya di sana. New Delhi memiliki kepentingan minyak bumi di Laut Tiongkok Selatan yang kaya dengan kandungan hidrokarbon, dan menginginkan agar laut tetap terbuka sesuai dengan Konvensi PBB Tentang Hukum Laut [UNCLOS].
Pernyataan Dhowan dikeluarkan hanya beberapa bulan setelah Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Perdana Menteri Narendra Modi mengutip kebijakan India, “Melangkah ke Timur” dalam pernyataan bersama. Berbicara kepada para wartawan di New Delhi pada tanggal 3 Desember, Dhowan mengatakan AL tidak akan menampik untuk dikerahkan ke mana saja untuk mengimbangi kebijakan Modi.
Dhowan ditanya, apakah AL siap berekspansi ke wilayah timur dari Selat Malaka.
“Kami telah menunjukkan kesiapan kami. Bilamana terdapat kepentingan maritim India di sana, kami akan berada di sana untuk mengimbanginya. Kami telah menunjukkan jejak operasional kami hingga ke Hawaii ketika berpartisipasi dalam RIMPAC 2014,” katanya. “Daerah kepentingan utama kami adalah wilayah Lautan Hindia, daerah kepentingan kedua adalah di mana saja kami memiliki kepentingan maritim. Fleksibilitas kekuatan laut tidak bisa terhambat pada jarak tertentu.”
KSAL India secara berturut-turut mendefinisikan daerah kepentingan negara mereka, antara Selat Hormuz di Teluk Persia dan Selat Malaka – yang secara umum berarti bahwa Lautan Hindia, Laut Arab dan Teluk Bengali – tetapi, tidak merupakan persaingan dengan kepentingan Tiongkok di Pasifik Barat. Selat Malaka merupakan titik pertemuan pelayaran paling ramai di dunia; lebih dari 60.000 kapal melintasi selat sempit ini setiap tahun. India dan Tiongkok mengklaim pengaruh mereka di perairan, masing-masing hingga ke selat bagian barat dan timur.
Dhowan menjelaskan perluasan jejak operasional, dan mengatakan “tahun ini, kapal-kapal perang AL mengunjungi Vladivostok di timur jauh Rusia, Australia di selatan, Hawaii di timur, hingga ke Teluk Persia dan Pantai Timur Afrika.”
Selain itu, India telah meningkatkan hubungan militernya dengan Jepang, Vietnam dan Australia.
Perdagangan dan kepentingan minyak mendorong kepentingan India di timur Malaka
Di samping pergeseran strategis ke timur yang menghubungkan India dengan Jepang dan Australia, kepentingan India di negara-negara sebelah timur Malaka dipacu oleh perluasan hubungan dagang dengan 10 negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara [ASEAN] dan Jepang serta memelihara hubungan dagang dua arah yang ada saat ini dengan Tiongkok. Anggota ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam dan Brunei.
Pada Agustus 2014, Bank Standard Chartered asal Britania Raya memperkirakan ekspor India ke ASEAN akan naik secara dramatis selama 10 tahun ke depan, mencapai $280 miliar USD per tahun. Saat ini, perdagangan India-ASEAN mencapai jumlah sekitar $80 miliar USD setiap tahun.
Laporan ini menunjukkan potensi ekspor India dalam enam bidang: produk minyak bumi, kimia organik, kendaraan [termasuk suku cadang mobil], farmasi, batu permata dan pakaian.
Laporan tersebut mencatat konektivitas yang lebih besar di wilayah melalui jalur cepat trilateral dan koridor Mekong kemungkinan akan meningkatkan perdagangan di koridor India-ASEAN. India dan ASEAN sudah menerapkan perjanjian perdagangan bebas.
Akses ke sumber daya energi menyebabkan persaingan antara Tiongkok dan India, karena kedua negara ini melakukan perburuan sumber daya secara global untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam hal minyak, gas alam dan batu bara. Suatu perjanjian yang ditandatangani oleh Perusahaan Minyak dan Gas Alam India, Videsh dan PetroVietnam awal tahun ini, akan meleluasakan India untuk meningkatkan eksplorasi minyaknya di Laut Tiongkok Selatan.
Sejumlah perusahaan India sudah memprospek batu bara di Australia, dan India memegang 20 persen kepentingan dalam gas alam dan minyak di Saakhalin, Rusia.
Tiongkok mengimbangi di Lautan Hindia
Tatkala India melihat ke timur, Tiongkok mengimbanginya dengan melihat ke barat Malaka, dan terus meningkatkan pengerahan kapal perang serta kapal selam di Lautan Hindia dan Teluk Bengali. “Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat sudah mengerahkan kapal selam kelas Song [penyerbu diesel-listrik], dalam tiga hingga empat bulan terakhir. Ini merupakan bagian pengamanan kepentingan maritim mereka," kata Dhowan pada konferensi pers bulan Desember.
India memantau pelabuhan-pelabuhan Tiongkok di Pakistan, Myanmar, Bangladesh dan Sri Lanka.
AL India sudah meluaskan pelatihan tahunannya, Tropex. Bukannya mengadakan latihan di Teluk Bengali dan Laut Arab, tahun ini Tropex melakukan latihan air biru meluas hingga ke Lautan Hindia dengan sejumlah besar pesawat udara, termasuk yang baru diperoleh, pesawat pengintai multi-misi Boeing, P-8I, kapal selam nuklir INS Chakra, dan kapal induk.
Menjelaskan tentang pentingnya Lautan Hindia, Dhowan mengatakan, "Sekitar 66 persen dari semua perdagangan minyak dunia, 50 persen dari semua lalu lintas kontainer dunia, dan 33 persen lalu lintas kargo, transit melintasi ini.”
Banyak angkatan laut – 125 kapal dari sekitar 20 negara – hadir di Lautan Hindia untuk menjaga kepentingan maritim mereka, tambahnya.
India mencemaskan serangan al-Qaeda di laut
Setelah al-Qaeda melancarkan operasinya untuk menguasai kapal perang Pakistan di pelabuhan Karachi bulan September lalu, para perwira AL India mencemaskan tentang terorisme maritim dan telah memperhitungkan ancaman tersebut dalam persiapannya.
Dhowan mengatakan, para perwira AL India kini lebih menyadari ketika kapal mereka didekati oleh angkatan laut lainnya di perairan internasional.
“Biasanya, di perairan internasional kita menyapa mereka dengan ucapan selamat pagi,” kata Dhowan. “Tapi, dalam lingkungan yang sudah berubah ini, kita mungkin tidak lagi menyapa mereka dengan ucapan selamat pagi. Malahan, kami mungkin harus mencari tahu secara pasti, siapakah pihak tersebut.”

Credit APDForum

Rakushka, Sang Tempurung Terbang Senjata Baru Pasukan Rusia


Rakushka, Sang Tempurung Terbang Senjata Baru Pasukan Rusia
BTR-MD Rakushka. Foto: Wikipedia


CB - Pasukan lintas udara Rusia saat ini tengah bersiap memamerkan koleksi senjata terbarunya, yakni kendaraan tempur BMD-4M dan kendaraan lapis baja universal BTR-MD Rakushka (arti: tempurung). Senjata baru tersebut akan mengitari Lapangan Merah pada 9 Mei 2015 mendatang, saat perayaan peringatan Perang Patriotik Raya. Dalam satu dekade ke depan, satuan lintas udara Rusia akan membeli 1.500 unit BMD-4M dan 2.500 unit BTR-MD.

Kendaraan lapis baja Rakushka akan menjadi kendaraan tempur aktif pasukan lintas udara Rusia, menggantikan pendahulunya BTR-D yang telah digunakan selama 40 tahun. Pasukan Rusia telah lama menunggu kendaraan tempur baru.


Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dokumen spesifikasi teknis proyek pengembangan kendaraan militer pasukan lintas udara Rusia telah diterbitkan pada 1992, namun proyek ini menemui jalan buntu, sebelum akhirnya pada September 2009 muncul proyek modernisasi BMD dan pembuatan kendaraan lapis baja Rakushka menggunakan format kendaraan dalam dokumen tersebut sebagai dasarnya.
Saat ini, Rakushka tengah menjalani uji coba di dalam pasukan Rusia. Minggu lalu, stasiun televisi Kementerian Pertahanan Rusia menunjukan cuplikan keikutsertaan Rakushka dalam latihan tempur satuan pasukan lintas udara Tula. Rakushka menunjukan kemampuannya dalam bergerak cepat di lingkungan pemukiman padat dan mendapat sambutan hangat dari para mekanik dan pengemudi yang gembira karena menjadi salah satu pengemudi pertama kendaraan tersebut.

Di dalam reportase tersebut disebutkan bahwa kendaraan ini dirancang bukan untuk melakukan serangan frontal. Kendaraan ini dirancang sebagai penahan serangan musuh, sehingga senjata yang dimiliki pun tidak mengesankan, berupa dua senapan mesin kaliber 7,62 mm yang ditaruh di bagian atas kabin dan di pinggir kiri depan kabin.

Kendaraan berbobot 13,2 ton ini digunakan untuk melakukan tugas logistik seperti pengiriman pasukan ke garis depan, mengantarkan amunisi senjata, serta mengevakuasi korban luka. Untuk memenuhi tugas tersebut, kendaraan ini harus memiliki kecepatan, kapasitas angkut, serta kemampuan manuver yang baik. Parameter tersebut merupakan nomor andalan BTR-MD. Meski konstruksi kendaraan ini dibuat terbatas agar dapat dimuat dalam kendaraan transportasi udara serta mampu bergerak di atas air, kendaraan ini mampu meningkatkan daya angkutnya 1,5 kali lebih besar dibanding BTR-D. Kendaraan ini bisa memuat 13 tentara serta dua orang awak pengendali, sedangkan konstruksi bagian dalam kendaraan ini mempermudah pengangkutan korban luka yang berada di atas tandu maupun pengangkutan amunisi.
Rakushka sendiri dibuat menggunakan sasis BMD-4, sehingga mampu melakukan unifikasi produksi dengan beberapa jenis kendaraan lapis baja lain. Hal ini merupakan hal baru dalam dunia senjata Rusia, yang biasanya membuat kendaraan dengan spesifikasi komponen yang benar-benar berbeda satu sama lain tanpa memperhatikan sisi keekonomisan produksi tersebut.

Berenang dan Terjun dengan Parasut
“Kendaraan ini merupakan kendaraan tempur yang dirancang untuk pasukan lintas udara, sehingga kendaraan ini harus memiliki kemampuan pendaratan dan penggunaan terpisah dari pasukan utama tentara Rusia. Hal terpenting bagi kendaraan ini adalah kemampuan menahan paparan tembakan dari serangkaian tipe senjata dalam kontak perang,” kata Redaktur Utama majalah Natsionalnaya Oborona Igor Korotchenko mengomentari Rakushka.


Kendaraan lapis baja ini dirakit dengan mesin penggerak di belakang, sementara bagian tengah merupakan tempat pengangkutan personel atau barang angkut, dan di bagian depan adalah tempat pengendali kendaraan. Kendaraan ini melindungi awak dan personel di dalamnya dengan badan mobil yang terbuat dari baja aluminium dan dua blok pelontar granat Tucha, yang menjamin kendaraan dan pasukan tentara dengan jalan keluar yang aman dari zona peperangan. Tempat duduk personel juga dirancang terhubung ke atas badan mobil, untuk menjaga keamanan para personel dari ledakan ranjau darat. Selain itu, terdapat filter udara dari luar serta pemanas kabin.
Rakushka tidak hanya dapat terjun menggunakan parasut, tetapi juga berenang dengan kecepatan sepuluh kilometer per jam, menaklukan hambatan di permukaan air, berenang mengarungi gelombang laut, dan masuk kembali ke kapal pendarat.
Pada Agustus lalu, Rakusha telah menjalani uji coba di laut. Saat itu, ‘sang Tempurung’ mampu menunjukan arti julukannya tersebut di atas air. Kendaraan ini tidak hanya berhasil mendarat di pesisir pantai dengan tingkat ketinggian gelombang skala empat hingga lima, tetapi juga berenang kembali masuk ke dalam kapal pendarat yang berada 500 meter dari pinggir pantai dengan ketinggian gelombang skala tiga.


Pasukan lintas udara yang mendapatkan kendaran baru ini pada Juni lalu berencana untuk melakukan uji coba ekstrem hingga 2015, guna memeriksa kelemahan dan cacat kendaraan ini. Setelah itu, BTR-MD akan masuk ke dalam perbendaharaan senjata tentara Rusia.
Pada Agustus lalu, menjelang perayaan Hari Pasukan Lintas Udara Rusia, Komandan Utama Pasukan Lintas Udara Kolonel Jenderal Vladimir Shamanov mengumumkan bahwa hingga 2015, pasukan di bawah komandonya akan mendapatkan dua kompleks yang terdiri dari 32 mesin BMD-4M dan lebih dari 20 unit BTR Rakushka.

Credit RBTH Indonesia

Peluncur Rudal Balistik Rusia Iskander-M Ciptakan Keresahan bagi NATO dan AS



Peluncur Rudal Balistik Rusia Iskander-M Ciptakan Keresahan bagi NATO dan AS
Iskander mampu membawa dua roket yang dapat ditujukan pada dua sasaran berbeda. Foto: RIA Novosti


CB - Sejumlah kompleks peluncur rudal balistik teater Iskander-M milik brigade pasukan roket Distrik Militer Rusia Barat kembali ke pangkalan militer permanennya dalam wilayah Rusia bagian dalam.

Sebelumnya, subdivisi brigade yang dipersenjatai Iskander tersebut dikerahkan menuju Kaliningradskaya Oblast untuk melakukan pemeriksaan kesiapan tempur dadakan pada 5-10 Desember lalu, berdasarkan perintah Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Federasi Rusia.

Kepala Pasukan Senjata Roket dan Artileri Angkatan Darat Rusia Mayjen Mikhail Matveyevskiy menyatakan pada TASS, menjelang 2018 badan militer Rusia akan memiliki setidaknya sepuluh brigade pasukan roket. Mereka akan dibagi ke seluruh Distrik Militer Rusia dan setiap distrik akan memiliki dua hingga tiga brigade roket. Saat ini, secara keseluruhan terdapat lima distrik dalam militer Rusia.
Pasukan tersebut akan dipersenjatai kompleks peluncur rudal balistik Iskander-M, yang menggantikan kompleks peluncur rudal taktis 9K79 Tochka dan 9K79-1 Tochka-U yang sudah menua.

Penerus “Oka”


Membandingkan kompleks rudal Iskander dengan Tochka jelas tak beralasan, karena Iskander jauh lebih efektif dibanding kompleks peluncur rudal taktis yang mulai uzur tersebut. Iskander merupakan pewaris dari kompleks peluncur rudal balistik teater Oka atau OTR-23 (yang diklasifikasikan sebagai SS-23 Spider oleh NATO), yang dihancurkan pada 1989 berdasarkan perjanjian Soviet-AS mengenai likuidasi roket jarak pendek dan menengah.

Oka, yang memiliki jarak tembak maksimal 400 kilometer, sebenarnya tidak termasuk dalam perjanjian likuidasi roket jarak pendek dan menengah itu, karena perjanjian tersebut berlaku untuk rudal yang memiliki jarak tembak 500-5.500 kilometer. Namun, AS menuntut agar Oka dimasukan ke dalam daftar likuidasi roket, meski sebenarnya Oka sendiri bahkan belum masuk dalam persenjataan pasukan Rusia. AS meresahkan kemampuan unik kompleks ini, yang dapat ditempatkan di atas truk yang dapat berenang dan melewati berbagai jenis jalan darat. Oka dikendalikan oleh tiga personel, sedangkan hulu ledak roketnya dapat berisi fragmen ledak, sejumlah peledak kecil lain, dan bahan ledak khusus (nuklir). Bahkan bisa dikatakan tidak ada cara untuk menghentikan roket ini.

Berdasarkan perjanjian Soviet-AS, terdapat 239 rudal balistik Oka yang dihancurkan. Bersamaan dengan itu, 106 kompleks peluncur roket dan seluruh peralatan untuk pembuatan roket tersebut juga diledakan, dan seluruh dokumentasi pembuatan roket ini pun dimusnahkan.

Setelah melewati satu dekade, Rusia merancang penerus Oka yakni Iskander-M. Kompleks peluncur rudal balistik ini mewarisi hampir semua kelebihan unik dari leluhurnya tersebut. Hal yang membedakan Iskander dengan Oka ialah penampakan luar. Oka dipasang pada kendaraan lapis baja roda empat, sedangkan Iskander dipasang pada kendaraan biasa.  Kendaraan darat ini tidak bisa berenang seperti layaknya kendaraan lapis baja milik Oka. Sementara itu, platform roket di kedua kompleks tersebut sama persis. Namun, berbeda dengan OTR-23 yang hanya mampu mengangkut satu roket, Iskander mampu membawa dua roket yang dapat ditujukan pada dua sasaran berbeda. Kedua roket tersebut dapat terbang saling menyusul dalam rentang waktu beberapa detik.

Kemampuan ini bisa diperoleh berkat adanya sistem komputer terintegrasi dengan spesifikasi tinggi dalam kompleks persenjataan tersebut. Namun, kelebihan utama kompleks reinkarnasi Oka ini bukan hanya terletak pada sistem komputerisasi saja, tetapi juga pada sistem roket “fire and forget”.

Senjata Politik


Belum ada sistem roket di dunia ini yang menyerupai Iskander-M. Kemampuan perang Iskander-M yang unik benar-benar meresahkan NATO dan AS. Seorang anggota kongres AS sempat melontarkan pernyataan bahwa rudal jelajah R-500 yang kemungkinan melengkapi “Iskander-M” dinilai telah melanggar perjanjian Soviet-AS terkait likuidasi rudal, karena R-500 memiliki jarak tembak lebih dari 500 kilometer.
Namun, Matveyevskiy mengatakan kepada TASS bahwa roket R-500 tidak memiliki jarak tembak lebih dari 500 kilometer. “Kami tetap mematuhi persyaratan dalam perjanjian tersebut,” tegas Matveyevskiy.


Lapan Uji Coba Empat Pesawat Terbang Tanpa Awak


CB, Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional melakukan serangkaian uji coba Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) tipe Lapan Surveilance UAV (LSU) di Pampeungpeuk, Garut, Jawa Barat.
Uji terbang PTTA ini dilakukan pada 23 Desember 2014 dan dihadiri oleh sejumlah pejabat Lapan, TNI, Kemenhan, dan beberapa peneliti lainnya.

"Alhamdulillah, program LSU telah menunjukkan pencapaian yang bagus, dasar-dasar desain, manufaktur, juga operasi telah kita kuasai, langkah selanjutnya adalah membuat semuanya menjadi standar operasi yang diterima oleh pasar dan regulasi," ucap Kepala Pusat Teknologi Penerbangan, Gunawan S Prabowo melalui siaran pers yang diterima Liputan6.com, Rabu (24/12/2014).

Menurut Kepala Humas Lapan, Jasyanto, ada beberapa tipe LSU yang dilakukan pengembangan baik sensor hingga perangkat PTTA.


Ada empat tipe LSU yang diuji coba yakni LSU-01, LSU-02, LSU-03 dan LSU-05.

"LSU-05, generasi kelima dari varian LSU memiliki bobot terbang 80 kg dengan bentang sayap 5,5 meter dan panjang 4 meter. Dalam sesi uji coba ini, pesawat mampu take off pada jarak sekitar 160 m dan terbang loiter selama 15 menit, hal ini sesuai dengan target uji coba dan menunjukkan kemampuan sesuai dengan desain yang direncanakan," beber Jasyanto.

Untuk LSU-05, merupakan First Flight Test dengan desain baru yang dibuat dan dikembangkan di Pusat Teknologi Penerbangan Lapan, Rumpin, Tanggerang. Selain itu dilakukan juga, pengujian Launcher (catapult), Recovery Parachute dan Jaring LSU-02 yang masuk dalam Paket program LSU-Han (Pertahanan).

"Juga dilaksanakan uji terbang manual dan autonomous LSU-03. Sementara uji coba lainnya juga berjalan mulus, Launcher yang didesain para engineer muda Pustekbang juga menunjukkan performance yang bagus, demikian juga dengan uji jaring dan recovery parachute," ungkap Jasyanto.

Dengan keberhasilan ini, Lapan mengaku telah berhasil menguasai fase I yaitu pengembangan Desain dan Manufacture Program LSU. Diharapkan pada fase berikutnya, ilmuwan-ilmuwan Lapan dapat membuat LSU menjadi produk teknologi yang sangat terkait dengan sertifikasi dan persyaratan safety flight.


 Credit Liputan6.com

Dubes RI Untuk Lebanon Sambut Kedatangan Prajurit Perdamaian TNI


Dubes RI Untuk Lebanon Sambut Kedatangan Prajurit Perdamaian TNI
Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Lebanon, Dimas Samoedra Rum, menyambut kedatangan Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas TNI Kontingen Garuda UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) dalam rangka Misi Perdamaian PBB di Lebanon, bertempat di Marshalling Area Bandara Internasional Rafic Hariri - Beirut. 


CB, JAKARTA Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Lebanon, Dimas Samoedra Rum, menyambut kedatangan Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas TNI Kontingen Garuda UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) dalam rangka Misi Perdamaian PBB di Lebanon, bertempat di Marshalling Area Bandara Internasional Rafic Hariri - Beirut. Dalam sambutan singkatnya, Dubes RI untuk Lebanon mengucapkan selamat datang kepada seluruh personel Kontingen Garuda di Beirut.
Dirinya juga berpesan bahwa sebagai delegasi bangsa dan negara Indonesia agar setiap personel Kontingen Garuda untuk bertugas secara profesional sebagai pasukan perdamaian (Peacekeeper) dengan tetap memperhatikan faktor-faktor keselamatan dan keamanan, baik personel maupun materiil serta senantiasa menjaga nama baik bangsa dan negara Indonesia.
"Dengan kondisi cuaca dan suhu di daerah Lebanon saat ini sangat jauh berbeda dengan kondisi di tanah air, agar setiap personel Kontingen Garuda dapat segera beradaptasi dengan kondisi yang ada serta senantiasa menjaga kondisi kesehatan masing-masing, sehingga tugas-tugas yang dibebankan dapat terlaksana dengan baik," kata Dimas Samoedra.
"Saya juga mengharapkan kerjasamanya selama setahun kedepan dengan KBRI Beirut, khususnya melaksanakan kegiatan bersama mempromosikan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Lebanon di Beirut atau kota-kota lainnya, sebagaimana rutin dilakukan dengan kontingen-kontingen sebelumnya," tambahnya.
Diketahui, prajurit perdamaian TNI yang akan bertugas dalam rangka Misi Perdamaian PBB di Lebanon, sebanyak 1.169 Prajurit TNI dan terbagi dalam beberapa Satgas, yaitu: 850 personel Batalyon Mekanis TNI Konga XXIII-I/Unifil dipimpin Mayor Inf Andreas N., 75 personel Military Police Unit (MPU) Konga XXV-E/Unifildipimpin Letkol Cpm Siagian Donald MB, 150 personel Force Protection Company (FPC) Konga XXVI-G2/Unifildipimpin Mayor Inf Mohammad Sjahroni, 50 personel Satgas Force Headquarter Support Unit (FHQSU) Konga XXVI-G1/Unifil dipimpin Kolonel Inf Danni Koswara, 6 (enam) personel Satgas CIMIC TNI Konga XXXI-E/Unifildipimpin Kapten Inf Danang Biantoro, 18 personel Satgas Military Community Outreach Unit (MCOU) Konga XXX-E/Unifildipimpin Mayor Inf Fadli Mulyono, 9 (Sembilan) personel Satgas Level 2 Hospital KongaXXIX-F/Unifil dipimpin Mayor Kes dr. Muh Tufiqur SP, RAD dan 11 personel Milstaf Sector East HG Unifil dipimpin Kolonel Kav Drs. Yontanabey.
Rombongan Kontingen Garuda yang dipimpin oleh Komandan Kontingen Garuda TNI Kolonel Inf Danny Koswara beserta para Komandan Satgas, berangkat dari Jakarta menggunakan pesawat UN Etophian Airline.
Selanjutnya Kontingen Garuda ini akan melaksanakan tugas selama 1 tahun di Lebanon seperti Kontingen-Kontingen sebelumnya.


Credit TRIBUNNEWS.COM

TNI Gelar Pameran Alutsista Meriahkan Natal di Jayapura


Pengunjung memenuhi kendaraan tempur pada Pameran Alutsista TNI Angkatan Darat di Kompleks Monas, Jakarta Pusat, Minggu (14/12/2014). ANT/Andika Wahyu
Pengunjung memenuhi kendaraan tempur pada Pameran Alutsista TNI Angkatan Darat di Kompleks Monas, Jakarta Pusat, Minggu (14/12/2014). ANT/Andika Wahyu


CB, Jayapura: Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih menyelenggarakan pameran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI AD menyambut perayaan Natal di Papua. Pameran digelar mulai 26-28 Desember 2014 di Kantor Gubernur Provinsi Papua, Jayapura.

"Pameran alutsista di Papua tidak selengkap seperti pameran alutsista yang digelar di Jakarta. Kami berharap hal itu tidak mengurangi antusiasme masyarakat untuk hadir di acara pameran tersebut," kata Kolonel Inf Frengky Riupassa, Ketua Panitia Penyelenggara Pameran Alutsista di Papua, Kamis (25/12/2015).

Pameran terbuka untuk umum dan gratis sehingga masyarakat Papua dapat menikmati pameran tersebut. Dalam pameran itu jajaran Kodam XVII/Cenderawasih menyediakan hotspot area dan cetak foto gratis bagi masyarakat.

Alutsista TNI AD sebagian didatangkan langsung dari Jakarta dan Surabaya. Adapun Alutsista TNI AD yang akan dipamerkan terdiri dari helly bell, Panser Tarantula, Panser Anoa, Tank Scorpion, Kendaraan Komodo, Meriam 105/KH 178, Mobil Taktis Raider Yonif 751/R/BS, Alat berat Zipur 10/KYD, dan lainnya.

Menurut Frengky, tujuan pameran alutsista yakni mengenalkan jenis-jenis peralatan tempur yang dimiliki TNI AD guna melaksanakan tugas untuk mempertahankan wilayah NKRI. Pameran tersebut juga untuk mempertanggungjawabkan anggaran yang diterima sekaligus menjawab permintaan masyarakat yang ingin melihat secara langsung persenjataan TNI AD.

Pameran alutsista diharapkan bisa memberi edukasi kepada warga Jayapura terkait kegunaan dari masing-masing jenis persenjataan. "Selain itu untuk memperkuat kerjasama antara TNI AD dengan masyarakat sebagaimana tema Bersama Rakyat Kodam XVII/Cenderawasih Kuat, Bersama Kodam XVII/Cenderawasih Damai dan Sejahtera," kata dia.


Credit Metrotvnews.com