Tampilkan postingan dengan label PT DI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PT DI. Tampilkan semua postingan

Jumat, 31 Maret 2017

Pesawat R80 Dirakit dan Diuji Coba di Bandara Kertajati


 Pesawat R80 Dirakit dan Diuji Coba di Bandara Kertajati

Foto: Ardan Adhi Chandra/detikFinance



Jakarta - Pesawat R80 buatan PT Regio Aviasi Industri (RAI) akan diselesaikan perakitannya di kawasan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Beberapa komponen pesawat untuk R80 pun dipasok dari BUMN dirgantara, yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Hal ini disampaikan oleh Komisaris RAI Ilham Habibie di Perpustakaan Habibie, Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (30/3/2017).

"Kita punya rencana buat perakitan finalnya di airport baru Jawa Barat Kertajati. Semuanya akan dirakit menjadi utuh di Kertajati " tutur Ilham.

Perakitan final di Kertajati dilakukan untuk mempermudah pesawat saat melakukan uji terbang. Sehingga setelah perakitan selesai seutuhnya bisa langsung dilakukan uji coba di tempat yang sama.

"Kalau sudah utuh dicat interior, dipasang, dicoba terbang. Jadi ada uji coba untuk tiap pesawat kemudian diserahkan," kata Ilham.

Sampai saat ini, pembuatan pesawat R80 masih menunggu payung hukum berupa Peraturan Presiden (Perpres). Dengan dikeluarkannya Perpres maka investor bisa mendapatkan kepastian untuk mendanai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).

"Kalau itu sudah jelas investor yang kita hadapi, mereka baru mau tindak lanjut," tutur Ilham.



Credit  finance.detik.com


Bikin R80, Ilham Habibie Gandeng PTDI Siapkan Komponen Pesawat


Jakarta - PT Regio Aviasi Industri (RAI) dalam waktu dekat akan memulai produksi pesawat R80. Pesawat dengan kapasitas penumpang 80 orang ini akan dibuat setelab dikeluarkannya Peraturan Presiden (Perpres) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurut Komisaris PT RAI, Ilham Habibie, komponen pesawat untuk pembuatan R80 akan dipasok oleh BUMN dirgantara, yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Sedangkan untuk mesin pesawat diperkirakan akan dikirim dari Amerika Serikat (AS) atau Inggris.

Sedangkan tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) komponen pesawat R80 diperkirakan mencapai 40%.

"Banyak bagian pesawat dibuat di tempat lain di antaranya di PTDI ada juga di lain tempat. TKDN saya kira 30-40%, tidak mungkin lebih karena banyak komponen tidak dibuat di Indonesia. R80 dari Amerika atau Inggris lah saya enggak boleh sebut," jelas Ilham kepada detikFinance di Perpustakaan Habibie, Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (30/3/2017).

Perakitan pesawat R80 secara utuh akan dilakukan di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Semua komponen dan interior pesawat diselesaikan di Kertajati.

"Kita punya rencana buat perakitan finalnya di airport baru Jawa Barat Kertajati. Semuanya akan dirakit menjadi utuh di Kertajati " tutur Ilham.

Perakitan final di Kertajati dilakukan untuk mempermudah pesawat saat melakukan uji terbang. Sehingga setelah perakitan selesai seutuhnya bisa langsung dilakukan uji coba di tempat yang sama.

"Kalau sudah utuh dicat interior, dipasang, dicoba terbang. Jadi ada uji coba untuk tiap pesawat kemudian diserahkan," kata Ilham.


Credit  finance.detik.com

Ilham Habibie: Produksi R80 Masih Tunggu Perpres



Jakarta - Pesawat R80 resmi masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) beberapa waktu lalu. Pesawat ini akan diproduksi oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang dipimpin oleh putra Presiden ke-3 Indonesia B. J. Habibie, yaitu Ilham Akbar Habibie.

Menjabat sebagai Komisaris RAI, Ilham Habibie mengatakan bahwa pembuatan pesawat R80 masih menunggu diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) tentang PSN 2017. Sehingga ada kepastian hukum sebagai landasan dimulainya proyek ini.

"Masih dalam proses untuk buat R80 secara tertulis diakui sebagai Proyek Strategis Naisonal atau PSN. Memang secara lisan hal itu sudah disampaikan tapi kita menunggu Perpresnya," jelas Ilham kepada detikFinance di Perpustakaan Habibie, Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (30/3/2017).

Penerbitan Perpres terkait PSN juga bisa membuat investor yakin menggelontorkan dananya dalam produksi pesawat R80.

Ilham menambahkan, saat ini sudah ada banyak investor baik dalam dan luar negeri yang tertarik untuk ikut terlibat dalam produksi pesawat R80. Namun, mereka juga masih menunggu payung hukum berupa Perpres.

"Banyak, cuma perlu adanya kejelasan dari pemerintah. Kalau itu sudah jelas investor yang kita hadapi mereka baru mau tindak lanjut," tutur Ilham.

"Ada komitmennya yang sudah investor. Dia sudah tindak lanjut komitmennya tapi masih perlu lebih untuk ini," tutup Ilham.




Credit  finance.detik.com/industri





Jumat, 25 November 2016

PTDI Kirim Pesawat CN235-220M Pesanan Kepolisian Kerajaan Thailand



PTDI Kirim Pesawat CN235-220M Pesanan Kepolisian Kerajaan Thailand Foto: Baban Ganda Purnama


Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) melakukan terbang kirim (ferry flight) satu unit pesawat terbang tipe CN235-220M Multi Purpose Aircraft dari Bandara Husein Sastranegara Bandung menuju Bandara Internasional Hat Yai, Thailand, Jumat (25/11/2016).

Pesawat buatan PTDI ini merupakan pesanan Aircraft Royal Thai Police (RTP) atau Polisi Kerajaan Thailand. Setelah nantinya mendarat di Bandara Internasional Hat Yai, pesawat tersebut akan diterbangkan lagi ke Bandara Internasional Don Muang untuk melakukan final acceptance oleh RPT selaku end user.

"Hari ini kita terbangkan ke Bandara Hat Yai dulu. Besok, baru terbangkan lagi ke Bandara Don Muang di Bangkok buat tes final," kata Dirut PTDI Budi Santoso di lokasi.

PTDI Kirim Pesawat CN235-220M Pesanan Kepolisian Kerajaan ThailandFoto: Baban Ganda Purnama

Pengadaan pesawat CN235-220M ini berdasarkan penandatanganan kontrak antara PTDI dengan Thai Aviation Industrie Co.LTd pada 19 Semtember 2014 lalu. Kontrak ini merupakan implementasi dari industrial collaboration agreement pada 17 September 2013.

Budi menambahkan, pembelian CN235-220M tersebut menambah jumlah pesawat yang terbang di udara Thailand. Sebelumnya dua unit CN235-220M buatan PTDI juga telah digunakan lebih dulu oleh MoAC, Thailand.

"Thai Aviation Industries merupakan mitra kerja PT DI untuk menguasai pasar pesawat terbang kecil dan medium di Thailand," terang dia.

Budi menjelaskan, pesawat terbang CN235-220M ini dapat berfungsi sebagai angkutan VIP, troop transport, medical evacuation, passanger transport dan cargo yang dapat dimanfaatkan bergantian sesuai kebutuhan RTP.

PTDI Kirim Pesawat CN235-220M Pesanan Kepolisian Kerajaan ThailandFoto: Baban Ganda Purnama

Pesawat ini dilengkapi pintu depan yang bisa dipakai sebagai pintu masuk dan keluar untuk tamu VIP atau VVIP. Selain itu juga terdapat pintu belakang khusus yang dibuka ke arah dalam dan cukup besar untuk dipakai operasi terjun payung.

"Ramp door diberikan di pesawat ini untuk jalur keluar masuk barang yang ukurannya cukup besar untuk satu kendaraan kecil," kata Budi.

Kegiatan terbang kirim (ferry flight) pesawat terbang CN235-220M Multi Purpose Aircraft tersebut juga turut dihadiri oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

Credit  finance.detik.com









Menhan Terima Dua Helikopter Produksi PTDI


Menhan Terima Dua Helikopter Produksi PTDI Foto: Mukhlis Dinillah


Bandung - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menyerahkan dua unit helikopter full combat SAR mission EC-725 pesanan Kementerian Pertahanan. Rencananya kedua helikopter tersebut akan digunakan oleh TNI AU dalam berbagai misi.

Penyerahan helikopter itu dilakukan langsung oleh Direktur Utama PTDI Budi Santoso kepada Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Hanggar Final Assy Fixed Wing PTDI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jumat (25/11/2016).

Budi mengatakan, Kementerian Pertahanan sebenarnya memesan enam unit helikopter kepada PTDI. Namun, sambung dia, pihaknya baru bisa menyelesaikan dua unit helikopter diantaranya.

"Hari ini kami menyerahkan dua unit helikopter pesanan Kementerian Pertahanan. Sebenarnya enam unit yang dipesan, tapi baru dua yang kita serahkan," kata Budi kepada wartawan di lokasi.

Budi menjelaskan helikopter produksi PTDI ini multi fungsi. Mulai dari menjalankan misi troop transport, penyelamatan hingga medan pertempuran. Teknologi yang digunakan memungkinkan helikopter menjalankan misi itu.

Menhan Terima Dua Helikopter Produksi PTDIFoto: Mukhlis Dinillah

Ia menuturkan, helikopter ini dilengkapi light spekctorgraf dan hois yang berfungsi untuk mencari korban. Serta forward looking infrared kamera untuk mendukung operasional SAR di segala medan.

Selain itu, helikopter EC-725 ini juga terbilang canggih karena mampu mendarat darurat di perairan. Pasalnya, dilengkapi pelampung otomatis yang akan berfungsi saat keadaan darurat.

"Heli ini memiliki pelampung bagian bawah untuk kondisi emergency yang mengharuskan mendarat di perairan. Pelampung dapat berkembang secara otomatis dengan kecepatan pesawat 150 knot," ujar Budi.

"Kabinnya yang luas dan fleksibel, helikopter EC-725 juga mampu mengangkut 29 orang personel atau beban maksimal 11 ton," ucap Budi menambahkan.

Tak kalah penting, kata dia, helikopter ini juga mampu beroperasi di medan perang. Pasalnya, sambung dia, di dalamnya dilengkapi persenjataan.

"Ada senjata mesin juga di helikopter untuk menyelamatkan korban perang," ucap Budi.

Ditemui di tempat yang sama, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan dua helikopter ini selesai terlebih dahulu. Kemenhan memesan enam unit helikopter serupa untuk menambah kekuatan TNI Angkatan Udara.

"Empat unit (sisanya) akan diserahkan paling lambat awal tahun 2017. Kami apresiasi PTDI yang mempunyai komitmen kuat untuk menyelesaikan pesanan Kemenhan sesuai waktu yang disepakati," ucapnya.

Menhan Terima Dua Helikopter Produksi PTDIFoto: Mukhlis Dinillah

Ryamizard berharap ke depanya seluruh alutsista bisa diproduksi di dalam negeri. Sehingga, sambung dia, pemerintah akan terus mendorong perkembangan teknologi di dalam negeri dalam berbagai bidang khususnya kedirgantaraan.

"Pemerintah memiliki komitmen kuat untuk memajukan industri pertahanan. Ke depannya diharapkan semua pengadaan alutsista bisa diproduksi di dalam negeri," kata Ryamizard.


Credit   finance.detik.com









Rabu, 16 November 2016

PT DI Kembangkan Helikopter Anti-Kapal Selam Pesanan TNI-AL

 PT DI Kembangkan Helikopter Anti-Kapal Selam Pesanan TNI-AL
Pengunjung IBDExpo 2016 mencoba menggunakan alat simulator pesawat N219 produksi PT Dirgantara Indonesia di Jakarta Convention Center, 8 September 2016. Tempo/Destrianita
CB, Bandung – Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengatakan tengah menyiapkan pengembangan helikopter pesanan TNI Angkatan Laut dengan kemampuan anti-kapal selam. “Tahun depan kami mulai membuat pesanan TNI Angkatan Laut untuk helikopter anti-kapal selam,” katanya di Bandung, Selasa, 15 November 2016.

 
Budi mengatakan helikopter anti-kapal selam itu dibangun bersama Airbus Helicopters Perancis. Fisik helikopter Panther itu mirip dengan pesawat operasional yang dipergunakan Basarnas, yakni AS365 N3+ Dauphin. “Kalau Dauphin itu versi sipil, helikopter Panther itu versi militernya,” ucapnya.

PT Dirgantara Indonesia mendapat pesanan dari TNI Angkatan Laut untuk membangun 11 unit helikopter anti-kapal selam. “Angkatan Laut memesan 11 unit, sudah 2 tahun lalu. Tinggal delivery mulai tahun depan,” kata Budi.

  

Budi mengatakan pengerjaan helikopter Dauphin menjadi modal bagi PT Dirgantara Indonesia untuk mengembangkan helikopter anti-kapal selam Panther. Helikopter pesanan Basarnas itu, misalnya, diserahkan hari ini. “Dengan mengerjakan pesanan Basarnas, ini menjadi pengetahuan dasar kami untuk mengembangkan pesawat ini,” tuturnya.

Menurut Budi, tipe militer Panther itu menjadi pilihan TNI Angkatan Laut karena kemampuannya mendarat di kapal yang berukuran relatif kecil, yakni kapal laut dengan tipe sigma class ship. “Trennya bagus, karena makin lama kapal Angkatan Laut di mana pun itu makin kecil, enggak pakai kapal-kapal besar. Meriam udah enggak ada yang gede-gede lagi di kapal itu, juga makin kecil, sehingga semua peralatan yang dibutuhkan semakin kecil,” ujarnya.

Budi mengaku, kendati belum rampung, rencana PT Dirgantara mengembangkan helikopter anti-kapal selam sudah menarik minat sejumlah negara. “Beberepa negara Timur Tengah yang punya kapal kecil juga tertarik menggunakan hal yang sama, tapi kami selesaikan dulu pesanan Angkatan Laut. Kalau selesai, baru kita ke negara lain,” ucapnya.

Menurut Budi, PT Dirgantara berencana memperbanyak konten lokal untuk helikopter Panther anti-kapal selam pesanan TNI Angkatan Laut itu. Sejumlah sistem akan ditanam di helikopter anti-kapal selam pesanan TNI Angkatan Laut itu. Di antaranya, peralatan sonar yang bisa diturunkan dalam laut hingga persenjataan torpedo anti-kapal selam. “Panther untuk Angkatan Laut ini kita bongkar habis karena harus diisi peralatan sonar, torpedo, dan lain-lain.”

Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT Dirgantara Indonesia Budiman Saleh mengatakan PT Dirgantara menggandeng sejumlah vendor untuk memasok peralatan mendukung sistem helikopter hingga persenjataan. “Contohnya torpedo, roket, kemudian sensor-sensor macam-macam, ada juga FLIR, serta sonar yang dicelupkan ke laut. Yang merakit dan mendesain itu PT Dirgantara Indonesia, bukan domainnya Airbuss,” katanya.

Menurut Budiman, lewat produk itu, PT Dirgantara memegang property right atau license mission helikopter itu. “Nah, yang memegang paten, property right, intellectual property right helikopter anti-kapal selam itu kami. Kalau Airbuss mau jualan itu monggo, tapi dia jualan platform saja.”

Budiman mengatakan harga pesawat yang telah dipasangi berbagai sistem mission itu bisa lebih mahal ketimbang penjualan platform dasar pesawatnya. Dia mencontohkan penjualan pesawat CN235 yang kosong berkisar US$ 26–28 juta. Tapi, dengan tambahan berbagai sistem mission, seperti untuk kebutuhan patroli maritim, harganya bisa melonjak menjadi US$ 45–60 juta.



Credit  TEMPO.CO





PT DI Serahkan Helikopter AS365 Dauphin N3+

 PT DI Serahkan Helikopter AS365 Dauphin N3+
Helikopter hasil produksi PTDI jenis Combatan SAR pengembangan dari helikopter Super Puma, disimpan di PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, 11 Februari 2016. TEMPO/Imam Sukamto
CB, Jakarta - PT Dirgantara Indonesia menyerahterimakan helikopter AS365 N3+ Dauphin ke Basarnas di Hanggar Rotary Wing PT DI, di Jalan Pajajaran, Bandung, Selasa, 15 November 2016.

Dokumen serah terima ditandatangani Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, kepada Pejabat Pembuat Komitmen Badan SAR Nasional, Anjar Sulistyo, dan disaksikan Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya TNI FH Bambang Sulistyo.

"PT DI selalu menunggu dan siap memenuhi pesanan berikutnya dari Badan SAR Nasional khusus untuk produk helikopter SAR baik jenis AS365 N3+ Dauphin maupun produk lain," kata Budi.

Menurut Budi, rekam jejak PT DI akan menjadi bagian dari perjalanan bangsa Indonesia dalam menguasai kedirgantaraan Indonesia. Menurut dia, keberadaan PT DI akan sangat berarti bila setiap produk serta jasa yang dihasilkanya dimanfaatkan secara maksimal oleh selureh instansi dan lembaga negara, termasuk Basarnas.

"Kita semua tidak lupa sukses jajaran Basarnas dalam berbagai proses pencarian korban kecelakaan pesawat terbang. Tidak dapat dipungkiri salah satu bintang dalam misi evakuasi adalan helikopter Dauphin," kata Budi.

Salah satunya, helikopter AS365 N3+ Dauphin untuk Badan SAR Nasional yang diserahkan pada 2014 ikut andil dalam pencarian korban kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501.

"Pada 2014, PT DI telah menyerahkan dua unit heli SAR kelas medium, AS365 N3+," katanya.

Helikopter AS365 N3+ Dauphin merupakan helikopter berukuran sedang yang telah sesuai dengan standar SAR dan penjaga pantai di banyak negara. Helikopter ini telah dibuat dengan total 170 unit yang digunakan di seluruh dunia, termasuk di dalamnya digunakan US Coast Guard.

Helikopter itu dilengkapi hoist untuk menaerik atau mengevakuasui korban pada sisi pintu kanan. Selain itu juga dilengkapi dengan radar cuaca serta dilengkapi Forward Look Infra Red Camera (FLIR) untuk mendukung operasional pada segala medan dan kondisi.

Helikopter SAR itu merupakan produuk kerja sama antara PT DI dengan Airbus Helicopter, Prancis.

Dengan diserahkannya heli SAR itu membuktikan keseriusan PT DI untuk membantu pemenuhan tugas pokok dan fungsi Badan SAR Nasional demi menunjang pekerjaan dalam mengevakuasi dan menolong korban kecelakaan maupun bencana alam.

"Semoga helikopter itu mendukung tugas dan fungsi Basarnas dalam upaya pencarian dan pertolongan saat terjadinya musibah," kata Budi.

Selain itu, Budi juga menyatakan pihaknya saat ini tengah mengerjakan pesawat helikopter militer pendeteksi kapal selam yang akan diserah terimakan 2017.





Credit  TEMPO.CO