Donald Trump menyebut AS tetap akan menjadi mitra setia Arab Saudi.
CB,
ANKARA -- Wakil Ketua AK Party Numan Kurtulmus menyebut Amerika Serikat
(AS) menutup mata atas kasus kematian jurnalis Arab Saudi Jamal
Khashoggi. Hal itu berkaitan dengan komentar Presiden AS Donald Trump
yang menyatakan akan tetap menjadi 'mitra setia' Saudi walaupun ada
dugaan tentang keterlibatan Pangeran Mohammed bin Salman (MBS).
"Pernyataan (Trump) kemarin adalah pernyataan komik," ujar Kurtulmus
pada Rabu (21/11). AK Party merupakan partai yang menguasai pemerintahan
Turki saat ini, sekaligus partai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Kurtulmus
menyoroti komentar Trump tentang dugaan keterlibatan Pangeran MBS dalam
kasus Khashoggi. Trump berkata Pangeran MBS mungkin terlibat dan
memerintahkan pembunuhan terhadap Khashoggi, tapi mungkin juga dia tidak
melakukannya.
Pernyataan Trump bertentangan dengan
laporan CIA yang meyakini pembunuhan Khashoggi diperintahkan langsung
oleh Pangeran MBS. Hal itu pun disinggung kembali oleh Kurtulmus.
"Tidak
mungkin bagi intelijen seperti CIA, yang bahkan tahu warna bulu kucing
yang berjalan di sekitar taman konsulat Saudi (di Istanbul), tidak tahu
siapa yang memberi perintah ini (pembunuhan Khashoggi)," ujar Kurtulmus.
Menurutnya, komentar Trump tidak baik untuk opini publik
AS. "Ini tidak kredibel, baik untuk opini publik AS atau opini publik
dunia," ucapnya.
Sejak Khashoggi dikonfirmasi dibunuh di
gedung konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu, Turki telah
berulang kali menyatakan perintah itu berasal dari pejabat tinggi
Pemerintah Saudi. Namun, Ankara belum secara langsung menuding Pangeran
MBS.
Saudi sendiri telah membantah keterlibatan Pangeran
MBS dalam kasus Khashoggi. Hal itu juga telah diungkapkan Wakil Jaksa
Penuntut Umum Saudi Shalaan bin Rajh Shalaan.
Shalaan
mengatakan Pangeran MBS tidak terlibat dalam pembunuhan Khasoggi.
Menurutnya, orang yang memerintahkan pembunuhan Khashoggi adalah ketua
dari tim negosiasi yang dikirim Wakil Kepala Intelijen Saudi Jenderal
Ahmed al-Assiri ke Istanbul, Turki.
Shalaan mengungkapkan,
saat Khashoggi mendatangi gedung konsulat Saudi di Istanbul pada 2
Oktober, Jenderal Ahmed mengutus tim negosiasi untuk membujuk Khashoggi
kembali ke Saudi. Namun, Khashoggi menolak dan akhirnya dibunuh. Ia
mengonfirmasi bahwa setelah dibunuh, jasad Khashoggi dimutilasi.
Perintah
pembunuhan sendiri bersumber dari ketua tim negosiasi yang diutus
Jenderal Ahmed. “(Pangeran MBS) tidak mengetahui apapun tentang hal
tersebut (pembunuhan Khashoggi),” kata Shalaan saat berbicara di sebuah
konferensi pers di Riyadh pekan lalu.
Saat ini telah
terdapat 11 tersangka yang menghadapi tuntutan dari Saudi karena
keterlibatannya dalam kasus Khashoggi. Lima orang di antara mereka
dituntut hukuman mati.