MOSKOW
- Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, Amerika Serikat (AS) telah
melatih militan untuk melakukan serangan kimia di Suriah selatan.
Insiden tersebut, menurut Kemhan Rusia, akan disalahkan kepada Damaskus,
yang kemudian akan digunakan AS sebagai dalih untuk serangan udara
terhadap pasukan dan infrastruktur pemerintah Suriah.
"Kami memiliki informasi yang dapat dipercaya, bahwa instruktur AS telah melatih sejumlah kelompok militan di sekitar kota At-Tanf, untuk melakukan provokasi yang melibatkan senjata kimia di Suriah selatan," kata juru bicara Staf Umum Militer Rusia, Jenderal Sergey Rudskoy, seperti dilansir Russia Today pada Minggu (18/3).
"Pada awal Maret, kelompok penyabotase dikerahkan ke zona de-eskalasi selatan ke kota Deraa, di mana unit-unit yang disebut Tentara Pembebasan Gratis ditempatkan. Mereka sedang mempersiapkan serangkaian ledakan amunisi kimia. Fakta ini akan digunakan untuk menyalahkan pasukan pemerintah. Komponen untuk memproduksi amunisi kimia telah dikirim ke zona de-eskalasi selatan dengan dakwaan konvoi kemanusiaan dari sejumlah LSM," sambungnya.
Rudskoy menyebut Rencana provokasi tersebut kemdian akan banyak dibahas di media Barat dan pada akhirnya akan dijadikan dalih oleh koalisi pimpinan AS untuk melakukan serangan ke Suriah.
"Provokasi tersebut akan digunakan sebagai dalih oleh AS dan sekutunya untuk melakukan serangan terhadap infrastruktur militer dan pemerintah di Suriah. Kami melihat tanda-tanda persiapan untuk kemungkinan serangan. Kapal-kapal perang AS telah ditempatkan timur Laut Mediterania, Teluk Persia dan Laut Merah," ucapnya.
Serangan kimia lainnya, lanjut Rudskoy, sedang dipersiapkan di provinsi Idlib oleh kelompok teroris Al-Nusra yang berkoordinasi dengan White Helmets. "Militan telah menerima 20 kontainer klorin untuk melakukan serangan tersebut," katanya.
Militer AS sendiri telah menolak tuduhan yang diajukan oleh Kementerian Pertahanan Rusia. Juru bicara Pentagon Adrian Rankine-Galloway menggambarkan pernyataan Rudskoy sebagai sangat tidak masuk akal.
"Kami memiliki informasi yang dapat dipercaya, bahwa instruktur AS telah melatih sejumlah kelompok militan di sekitar kota At-Tanf, untuk melakukan provokasi yang melibatkan senjata kimia di Suriah selatan," kata juru bicara Staf Umum Militer Rusia, Jenderal Sergey Rudskoy, seperti dilansir Russia Today pada Minggu (18/3).
"Pada awal Maret, kelompok penyabotase dikerahkan ke zona de-eskalasi selatan ke kota Deraa, di mana unit-unit yang disebut Tentara Pembebasan Gratis ditempatkan. Mereka sedang mempersiapkan serangkaian ledakan amunisi kimia. Fakta ini akan digunakan untuk menyalahkan pasukan pemerintah. Komponen untuk memproduksi amunisi kimia telah dikirim ke zona de-eskalasi selatan dengan dakwaan konvoi kemanusiaan dari sejumlah LSM," sambungnya.
Rudskoy menyebut Rencana provokasi tersebut kemdian akan banyak dibahas di media Barat dan pada akhirnya akan dijadikan dalih oleh koalisi pimpinan AS untuk melakukan serangan ke Suriah.
"Provokasi tersebut akan digunakan sebagai dalih oleh AS dan sekutunya untuk melakukan serangan terhadap infrastruktur militer dan pemerintah di Suriah. Kami melihat tanda-tanda persiapan untuk kemungkinan serangan. Kapal-kapal perang AS telah ditempatkan timur Laut Mediterania, Teluk Persia dan Laut Merah," ucapnya.
Serangan kimia lainnya, lanjut Rudskoy, sedang dipersiapkan di provinsi Idlib oleh kelompok teroris Al-Nusra yang berkoordinasi dengan White Helmets. "Militan telah menerima 20 kontainer klorin untuk melakukan serangan tersebut," katanya.
Militer AS sendiri telah menolak tuduhan yang diajukan oleh Kementerian Pertahanan Rusia. Juru bicara Pentagon Adrian Rankine-Galloway menggambarkan pernyataan Rudskoy sebagai sangat tidak masuk akal.
Credit sindonews.com