Kamis, 08 Juni 2017

Sebelum KELT-9b, Ilmuwan Juga Pernah Temukan Planet Neraka Ini



Sebelum KELT-9b, Ilmuwan Juga Pernah Temukan Planet Neraka Ini
KELT-9 sistem dan KELT-9b sebagai planet terpanasnya. (NASA/JPL-Caltech/R. Hurt)

CB, Jenewa - Dunia astronomi sedang digegerkan penemuan planet neraka KELT-9b. Sebelumnya, tepatnya dua tahun lalu, planet panas bak neraka lain sebetulnya sudah ditemukan, yakni HD189733b.

Eksoplanet (planet di luar tata surya) ini ditemukan oleh astrofisikawan gabungan dari Universitas Jenewa dan Universitas Bern, Swiss. Suhunya mencapai 4.875 Kelvin, atau setara dengan 4.601 derajat Celsius. Kecepatan angin planet tersebut diperkirakan mencapai 1.000 kilometer per jam.



Pengukuran suhu atmosfer eksoplanet itu dilakukan dengan presisi tinggi. Para peneliti menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan yang didasari spektrometer HARPS, alat optik untuk menghasilkan garis spektrum cahaya dan mengukur panjang gelombang serta intensitasnya dan cara baru menafsirkan natrium.

Natrium banyak beterbangan di atmosfer eksoplanet tersebut dan dapat diamati dengan teleskop European Star Observatory di Cile. Temuan tersebut diterbitkan dalam dua jurnal, yakni Astronomy & Astrophysics serta Astrophysical Journal Letters.

Dengan suhu mencapai 4.601 derajat Celsius dan angin yang berembus dengan kecepatan ribuan kilometer per jam, atmosfer HD189733b memang sangat bergejolak. "Hasil ini membuka mata kita agar berpikir beribu kali jika ingin mendekat ke atmosfer eksoplanet tersebut," kata Aurelien Wyttenbach, pakar magnetik sains yang juga anggota penelitian, seperti dikutip Science Daily.



Lebih jauh tim menyebutkan, ketika berada di atmosfer, natrium menjadi sumber sinyal yang mudah dikenali. Intensitasnya bervariasi selama planet tempat bernaungnya mengorbit pada bintang. Kandungan ini telah diidentifikasi pada tahun 2000, tapi baru diamati dua tahun kemudian dengan menggunakan teleskop ruang angkasa Hubble.

Pengamatan terhadap kandungan ini dari bumi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan teleskop raksasa berdiameter 8-10 meter. Ilmuwan kemudian memiliki ide mengamati natrium dengan spektrometer HAPRS. Dengan pengamatan selama bertahun-tahun, Wyttenbach dan timnya akhirnya mampu mendeteksi variasi dalam garis natrium selama beberapa orbit HD189733b.

Uniknya, analisis data HARPS di bumi menghasilkan deteksi setara dalam hal sensitivitas dibanding teleksop ruang angkasa Hubble. Bahkan, tutur Wyttenbach, jauh lebih baik dalam resolusi spektral. Karena itu, ia mengklaim, pengamatan dengan spektrometer HARPS memungkinkan analisis jauh lebih kuat ketimbang Hubble, meski diameternya lebih sederhana ketimbang Hubble.



Dalam penelitian lainnya, Kevin Heng dari Bern University, mengembangkan teknik terbaru untuk menafsirkan variasi garis natrium. Alih-alih menggunakan model komputer canggih, ia hanya membuat satu rumus sederhana yang memungkinkan analisis variasi suhu, kepadatan, dan tekanan dalam atmosfer.

Kedua penelitian tersebut, menurut Wyttenbach, akhirnya akan membuka jalan untuk menjelajahi atmosfer di eksoplanet lainnya dengan cara yang lebih mudah diakses.



Setelah HD189733b dan KELT-9b, ke depannya, ilmuwn mungkin akan temukan lagi planet neraka lainnya.






Credit  TEMPO.CO