Proyek kontroversial ini diharapkan bisa terlaksana akhir tahun ini.
Ilustrasi hidup kembali. (http://cutpen.com)
CB – Ilmuwan tampaknya mengarahkan pandangan mereka pada tujuan yang semakin 'mulia' untuk manusia. Mulai dari transplantasi kepala manusia pertama di dunia, melawan penuaan, dan kini, membalikkan kematian atau menghidupkan kembali manusia.
Sebuah perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, Bioquark, berharap bisa membawa manusia yang dinyatakan otak mati secara klinis hidup kembali dengan menggunakan sel punca.
Proyek kontroversial ini diharapkan bisa terlaksana akhir tahun ini, dari rencana awalnya pada tahun lalu.
Bioquark telah diberi lampu hijau untuk melakukan uji coba tahap 1 oleh Institut Kesehatan Nasional AS. Namun penelitian ini akan dilanjutkan di Rumah Sakit Anupam di Rudrapur, India Utara, dengan dukungan dari periset lokal terkemuka.
Selain itu, perusahaan yang berbasis di Philadelphia itu diizinkan merekrut 20 pasien tanpa fungsi otak dan merawatnya dengan sel punca dan terapi laser, yang menurut ilmuwan, agar bisa hidup kembali.
Bioquark juga mengaku baru saja menerima persetujuan untuk 20 subjek percobaan pertama, dan berharap dapat segera merekrut pasien serta bekerja sama dengan rumah sakit untuk mengenali keluarga mana yang mungkin ada halangan religius atau medis untuk donor organ.
“Ini merupakan percobaan pertama kali dan selangkah lagi menuju pembalikan kematian akhirnya dalam hidup kita,” kata CEO Bioquark, Ira Pastor, seperti dikutip situs Futurism, Kamis, 8 Juni 2017.
Tak hanya itu, Pastor mengatakan bila sejumlah perawatan akan diberikan. Suntikan sel punca dan peptida melalui pompa untuk mendorong batang otak untuk mulai menumbuhkan sel kerja baru. Kemudian, terapi laser dan stimulasi saraf yang tujuannya meningkatkan tingkat kewaspadaan pasien.
“Untuk melakukan inisiatif yang kompleks, kami menggabungkan alat pengobatan regeneratif biologis dengan perangkat medis lain yang ada yang biasanya digunakan untuk stimulasi sistem saraf pusat pada pasien dengan gangguan kesadaran berat lainnya,” ungkap dia.
Pastor pun berharap dapat melihat hasilnya dalam dua hingga tiga bulan pertama, Namun, percobaan ini menimbulkan banyak pertanyaan ilmiah dan etis bagi para ilmuwan lainnya di lapangan.
Pada 2016, ahli saraf Dr. Ariane Lewis dan ahli bioetika Arthur Caplan menulis dalam Critical Care bahwa percobaan penelitian itu 'meragukan dan tidak memiliki dasar ilmiah, serta tidak etis'.
Ia merasa ragu karena tidak mungkin teknik ini dapat bekerja pada seseorang yang otaknya sudah mati. Sebab, teknik ini bergantung pada batang otak fungsional - salah satu struktur yang dilalui neuron motorik sebelum menghubungkannya dengan korteks yang tepat.
"Jika tidak ada batang otak fungsional, maka tidak bisa bekerja," paparnya. Ahli bedah anak Charles Cox, yang tidak terlibat dalam pekerjaan Bioquark, setuju dengan yang disampaikan Lewis.
"Ini bukan hal paling gila yang pernah saya dengar, tapi saya pikir kemungkinan percobaan ini bekerja maksimal sangat minim. Saya pikir (seseorang yang bangkit) secara teknis akan menjadi keajaiban," kata Cox.
Credit VIVA.co.id