Selasa, 13 Juni 2017

3 Skenario Qatar: Bantuan Teman, Damai dengan Saudi Cs atau Perang


3 Skenario Qatar: Bantuan Teman, Damai dengan Saudi Cs atau Perang
Warga Qatar menggambar wajah Emir Sheikh Thamim bin Hamad al-Thani di kendaraan sebagai dukungan. Foto/REUTERS/Naseem Zeitoon


DOHA - Qatar mencoba menemukan jalan keluar dari isolasi yang tiba-tiba dan berbahaya secara ekonomi yang diberlakukan oleh tetangga Timur Tengah-nya yang mencurigainya mendukung kelompok teroris.

Jalur udara dan perdagangan negeri kecil tapi kaya raya di Arab ini sudah diblokade oleh setengah selusin negara-negara Arab, terutama Arab Saudi, sejak 23 Mei 2017. Blokade itu lambat laun akan mengikis fondasi ekonomi Qatar. Tapi, negara itu masih punya seperti Iran dan Turki yang bersimpati dengan menyalurkan bantuan pangan.

Jika negara modern berpenduduk 2,24 juta orang dapat meyakinkan skeptis Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya bahwa Doha tidak mensponsori kelompok teroris, maka blokade dapat dibuka kembali.

Berikut tiga skenario yang bisa dimainkan Qatar untuk keluar dari isolasi negara-negara Arab;

1. Bergantung pada Teman yang Tersisa
Sekitar sepuluh negara telah memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Data anyar ini disiarkan penyiar Al-Jazeera. Namun, Turki berjanji untuk membantu mengirim makanan dan obat-obatan sesuai kebutuhan. Iran juga melakukan hal serupa.

Negara sumber utama tenaga kerja, Filipina, mengindikasikan juga akan meringankan larangan awal terhadap pekerja migran baru yang menuju ke Qatar. Sekitar lima persen pekerja Filipina di luar negeri mendarat di Qatar, melebihi jumlah warga Qatar.

Menurut analis, India juga bisa mendukung negara kecil di Arab itu. Dengan bantuan teman-terman tersisa, skenario ini bisa dimainkan Qatar untuk bertahan dari isolasi, namun tidak mungkin selamanya.

”Qatar memiliki pilihan lain untuk mengimpor makanan, seperti (melalui) perbatasan maritim Qatar-Iran dan wilayah udara yang Qatar masih dapat digunakan,” kata Giorgio Cafiero, CEO Gulf State Anlutics, konsultan politik yang berbasis di Washington.

”Lebih mahal untuk terbang dalam (mendapatkan) makanan dibandingkan mengimpornya melalui darat lewat Arab Saudi, namun Qatar memiliki sarana finansial untuk mengatasi situasi ini.”

2. Rekonsiliasi dengan Negara-negara Arab yang Memusuhinya
Menurut Cafiero, tetangga netral Qatar, yakni Kuwait dan Oman sedang mencari solusi untuk masalah Qatar. Amerika Serikat, yang menggunakan Pangkalan Udara al-Udeiba, Qatar, untuk melawan kelompok teroris, juga menyerukan sebuah resolusi.

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson telah meminta Arab Saudi, Mesir dan Uni Emirat Arab untuk meringankan blokade terhadap Qatar. Tillerson mengatakan dalam sebuah pidato KTT Dewan Kerjasama Teluk (GCC) bahwa sebuah kesatuan ekonomi dan politik enam negara termasuk Qatar, harus mencari solusi.

Emir Qatar, kata dia, harus berbuat lebih banyak, dan lebih cepat, untuk mengusir unsur-unsur ekstremis dari negaranya.

”Qatar adalah rumah bagi Pangkalan Udara Al-Udeiba, di mana pesawat militer AS dan Inggris terbang untuk membom target ISIS,” kata Ameer Ali, dosen di Murdoch University’s School of Business and Governance di Australia. 

“Inilah mengapa (Presiden AS Donald) Trump sekarang sangat ingin menemukan penyelesaian untuk masalah Qatar,” ujarnya seperti dikutip Forbes, Senin (12/6/2017).

3. Perang Bisa Dimulai


Qatar dapat mempertahankan dukungan untuk Hamas, yang oleh banyak pemerintah asing, terutama Israel, dianggap kelompok teroris. Hal yang sama juga bisa dilakukan untuk gerakan politik dan sosial Ikhwanul Muslimin. Skenario ini bisa dipastikan menambah marah negara-negara yang mengisolasi Doha, seperti Saudi.

Skenario ini juga bisa membuat salah satu kelompok teroris tanpa status kewarganegaraan dan dicuigai didukung Qatar akan merasan bom di suatu tempat. Jika itu terjadi, Qatar bisa terseret perang.

Sebagai respons, Qatar bisa menyalahkan negara-negara yang menyerang. Doha juga bisa melemparkan tuduhan balik bahwa Saudi-lah yang mendanai kelompok teror. Setidaknya, itu pernah mencuat di Kongres AS ketika hasil penyelidikan tentang serangan 11 September 2001 atau 9/11 dibuka. ”Arab Saudi juga telah membiayai kelompok teror seperti A-Qaeda, Taliban dan Laskar e-Taiba,” tuding Ali.







Credit  sindonews.com