Ilustrasi serbuan Israel ke wilayah Palestina. (AFP/ MAHMUD HAMS)
Jakarta, CB -- Pasukan Israel melancarkan serangan militer ke jalur Gaza, Minggu (11/11). Dalam serbuan tersebut, seperti dikutip Reuters, ada dua pemimpin Hamas yang terbunuh.
Berdasarkan
informasi dari pihak di Palestina, pesawat Israel terbang rendah dan
melepaskan tembakan setidaknya hingga 20 kali ke ruang terbuka. Mengutip
dari AFP, setidaknya enam warga sipil turut jadi korban tewas dalam serangan tersebut.
Atas
peristiwa tersebut, militer Israel menuding itu sebagai balasan setelah
ada baku tembak yang terjadi dengan pihak di Jalur Gaza.
Peringati Duka Kematian Yasser Arafat
Sementara itu, di wilayah Ramallah, Tepi Barat warga Palestina memperingati hari kematian pemimpin mereka, Yasser Arafat.
Arafat
wafat 14 tahun lalu setelah bertahun-tahun memperjuangkan kemerdekaan
Palestina. Dia wafat pada usia 75 di sebuah rumah sakit di Perancis pada
11 November 2004.
Kematian Arafat sendiri memberikanduka
mendalam bagi rakyat Palestina. Tak sedikit yang menganggap pemimpin
mereka itu diracuni Israel. Pihak Israel membantahnya, dan hasil
investigasi di Perancis pada 2012 itu pun tak menembukan bukti diracun.
GAZA
- Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meluncurkan serangan rahasia di Khan
Younis, Jalur Gaza, pada Minggu malam. Operasi militer itu memicu baku
tembak yang menyebabkan tujuh warga Palestina dan seorang tentara Israel
tewas.
Serangan rahasia IDF diklaim menargetkan para komandan Hamas.
"Selama
kegiatan operasional pasukan khusus IDF di Gaza, terjadi baku tembak,
di mana seorang perwira IDF tewas dan seorang pewira IDF lainnya
terluka," kata IDF dalam sebuah pernyataan, hari Senin (12/11/2018),
yang dipublikasikan di Twitter.
Otoritas Kesehatan Palestina
mengatakan sedikitnya 6 warga Palestina tewas dalam apa yang mereka
sebut sebagai baku tembak di Gaza. Versi Kementerian Dalam Negeri Gaza,
dua komandan Hamas berada di antara enam korban tewas.
Ada juga
laporan bahwa pesawat tempur Israel menembakkan sekitar 40 rudal di
Jalur Gaza tak lama setelah insiden baku tembak. Empat orang lainnya
dilaporkan tewas dalam pemboman itu.
Awalnya, seorang tentara IDF
diculik dalam operasi rahasia tersebut. Namun, laporan itu dibantah.
"Bertentangan dengan laporan, tidak satu pun tentara kami diculik selama
kegiatan operasional yang berlangsung di Gaza," tulis IDF via akun
Twitter resminya, @IDFSpokesperson.
Dua komandan Hamas yang tewas diidentifikasi bernama Nur Barake dan Muhammad al-Qara. Haaretz yang mengutip sumber Palestina melaporkan Barake adalah wakil komandan sayap militer Hamas, Brigade Iz al-Din al-Qassam.
Sementara
itu, beberapa sirene alarm terdengar di Dewan Regional Eshkol di Israel
selatan dekat perbatasan Gaza. Menurut IDF, sistem pertahanan rudal
Israel sejauh ini telah mencegat dua proyektil yang ditembakkan dari
Gaza.
Jurnalis berlarian menghindari gas air mata yang
ditembakkan tentara Israel di Kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina,
Jumat (8/12)
Foto: Mohamad Torokman/Reuters
Puluhan murid dan guru menderita sesak nafas akibat menghirup gas air mata
CB,
JAKARTA -- Militer Israel menyerbu satu sekolah di Kota Al-Khalil
(Hebron), Tepi Barat Sungai Jordan, Ahad (11/11). "Puluhan murid dan
guru menderita sesak nafas akibat menghirup gas air mata yang
ditembakkan oleh pasukan Israel selama penyerbuan itu," kata Kepala
Sekolah Tarek bin Ziyad kepada Kantor Berita Anadolu, Ahad malam.
Masih
belum jelas mengapa pasukan Israel menyerbu sekolah tersebut. "Serangan
terhadap sekolah dan murid oleh pasukan Israel dan pemukim Yahudi
meningkat," kata Sadeq Al-Khadour, Juru Bicara Kementerian Pendidikan
Palestina.
Ia mengatakan beberapa sekolah Palestina di seluruh Tepi Barat
telah diserang oleh pasukan Israel selama beberapa pekan belakangan.
Tak ada komentar dari militer Israel mengenai laporan itu.
Rakyat Palestina menyelenggarakan beberapa kegiatan di Tepi Barat dan Jalur Gaza pada Ahad untuk memperingati wafatnya Arafat.
Pada
11 November 2004, Yasser Arafat wafat di Prancis --dalam kondisi yang
penuh kecurigaan-- pada usia 75 tahun. Setakat ini, para dokter belum
mampu mengungkapkan penyebab pasti wafatnya presiden Palestina itu.
ANKARA
- Militer Turki menuturkan, jet tempur mereka telah melakukan serangan
udara di wilayah Kurdi Irak, yang berada di bagian utara Irak. Serangan
itu, menurut militer Turki, menewaskan 14 orang anggota Partai Buruh
Kurdistan.
"Tentara Turki menggunakan frase menetralisir ketika
berhasil membunuh target, menangkap atau melukai kombatan. Serangan
udara yang dilakukan kemarin menargetkan wilayah Avasin," kata militer,
seperti dilansir Reuters pada Minggu (11/11).
"14 anggota
bersenjata dari organisasi teror separatis, yang sedang bersiap-siap
untuk menyerang pangkalan militer, dinetralisir. Senjata, tempat
persembunyian dan gudang senjata dihancurkan," kata militer, menggunakan
istilahnya untuk PKK.
Turki sendiri memang secara berkala
melakukan serangan udara terhadap anggota PKK di Irak utara, di mana
kelompok ini berbasis di pegunungan Qandil. Irak utara juga merupakan
rumah bagi pemerintah otonom Kurdi Irak.
PKK,
yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat (AS), Uni
Eropa (UE) dan juga Turki, telah melancarkan pemberontakan tiga dekade
di Turki dan telah menewaskan sekitar 40 ribu orang.
Maithripala Sirisena terpilih menjadi Presiden Sri Lanka menggantikan Mahinda Rajapakse. (www.news.asiaone.com)
Kolombo (CB) - Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena pada
Jumat (9/11) membubarkan parlemen dan meminta agar pemilihan umum
dilangsungkan pada 5 Januari.
Langkah itu kemungkinan akan mempertajam krisis politik di Sri Lanka.
Pembubaran parlemen, yang diperkirakan akan ditentang di pengadilan,
diumumkan melalui lembaran negara yang ditandatangani Sirisena. Presiden
juga menetapkan bahwa para anggota parlemen baru akan mulai menjalankan
tugasnya pada 17 Januari.
Langkah pembubaran diambil setelah perebutan kekuasaan berlangsung
secara menegangkan dalam dua pekan belakangan setelah Sirisena tiba-tiba
memecat Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe dan menunjuk mantan
presiden yang pro-China, Mahinda Rajapaksa, untuk menggantikannya.
Setelah pemecatan itu, Sirisena membekukan parlemen.
Wickremesinghe menganggap langkah itu diniatkan untuk mencegahnya menentang keputusan melalui parlemen.
Sirisena kemudian setuju untuk mengumpulkan kembali para anggota parlemen pada 14 November, namun sekarang tidak akan terjadi.
Wickremesinghe telah menolak mengosongkan kediaman resminya sebagai
perdana menteri. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah perdana menteri dan
memiliki mayoritas suara di parlemen.
Sebelum menandatangani dokumen pembubaran parlemen serta memerintahkan
agar pemilihan dilangsungkan, Sirisena menunjuk sekutu-sekutu dirinya
dan Rajapaksa untuk menduduki berbagai jabatan di kabinet.
"Ini adalah pelanggaran besar terhadap undang-undang dasar," kata Harsha
De Silva, anggota parlemen dari partai Wickremesinghe berasal, kepada
Reuters soal pembubaran parlemen.
Para pakar hukum independen mengatakan kepada Reuters bahwa parlemen
baru bisa dibubarkan pada awal 2020, yaitu 4,5 tahun setelah parlemen
saat ini mulai berjalan. Selain itu, satu-satunya cara membubarkan
parlemen adalah melalui referendum, atas persetujuan dua pertiga anggota
parlemen.
Berdasarkan pandangan itu, belum jelas bagaimana Sirisena bisa
membubarkan parlemen secara sah, kendati para ahli hukumnya telah
mengatakan bahwa ada beberapa ketentuan yang memungkinkan Sirisena
melakukannya.
Seperti dikutip media, Komisi Pemilihan Sri Lanka mengatakan pihaknya
akan meminta pendapat Mahkamah Agung terlebih dahulu sebelum
menyelenggarakan pemilu.
Sirisena sebelumnya mengatakan bahwa ia memecat Wickremesinghe karena
perdana menteri itu berupaya menerapkan "suatu konsep politik baru,
sangat liberal dengan memberikan prioritas pada kebijakan luar negeri
dan namun menelantarkan pandangan masyarakat di dalam negeri."
India dan negara-negara barat telah meminta Sirisena untuk bertindak
sesuai undang-undang. Mereka juga mengungkapkan kekhawatiran atas
hubungan dekat Rajapaksa dengan China.
Beijing memberikan pinjaman miliaran dolar bagi Sri Lanka untuk
proyek-proyek infrastruktur ketika Rajakpaksa menjabat sebagai presiden
tahun 2005 hingga 2015, hingga membuat negara itu terlilit utang yang
mendalam.
Mantan Ibu Negara Filipina dan anggota
kongres Imelda Marcos menghadiri rapat ketiga dan terakhir mengenai RUU
hukuman mati di gedung DPR di kota Quezon, metro Manila, Filipina,
Selasa (7/3/2017). (REUTERS/Romeo Ranoco)
Manila (CB) - Pengadilan antikorupsi Filipina pada Jumat
memerintahkan penangkapan mantan ibu negara Imelda Marcos setelah
menyatakannya bersalah atas tujuh tuduhan korupsi selama dua dasawarsa
kekuasaan suaminya, Ferdinand Marcos.
Tapi, Imelda, 89, yang terkenal dengan simpanan sepatu, perhiasan dan
karya seninya, yang sangat banyak, dapat menghindari penangkapan dan
tetap bebas jika ia mengajukan banding atas putusan itu dan jika
ditolak, ia dapat menantangnya di Mahkamah Agung.
Dalam pernyataannya, Imelda mengatakan pengacaranya "mempelajari putusan itu dan ia menyarankan mengajukan peninjauan ulang".
Janda mendiang penguasa itu menghadapi belasan perkara korupsi
berkepanjangan, yang memburunya sejak keluarganya digulingkan dalam
pemberontakan rakyat dukungan tentara pada 1986.
Pengadilan memerintahkan Imelda, anggota kongres, menjalani hukuman enam
hingga 11 tahun penjara untuk masing-masing dari tujuh tuduhan korupsi
itu. Ia dituduh membuat tujuh pengalihan uang lewat bank senilai 200
juta dolar ke yayasan Swiss selama masa jabatannya sebagai gubernur
Manila.
Putusan pengadilan itu keluar hampir tiga dasawarsa sesudah perkara tersebut diajukan.
Di bawah aturan Sandiganbayan, sang mantan ibu negara memiliki 15 hari
sejak pengumuman putusan itu untuk mengajukan banding dan pengadilan
antikorupsi memiliki 30 hari untuk memutuskannya. Imelda juga dapat
langsung ke Mahkamah Agung untuk meminta keringanan. Ia juga dapat
mengajukan permohonan untuk jaminan.
Imelda, anggota kongres tiga masa jabatan, mendaftar sebagai calon untuk
pemilihan umum pada Mei untuk menggantikan putrinya, Imee Marcos, 62,
sebagai gubernur Ilocos Utara, kubu keluarga Marcos.
Imee mencalonkan diri untuk senat Filipina pada 2019.
"Saya berharap putusan itu berguna sebagai panduan penting pemilihan
umum bagi pemilih kami pada pemilihan mendatang," kata pernyataan
oposisi Senator Risa Hontiveros.
Ferdinand Marcos memerintah Filipina selama dua dasawarsa, memberlakukan
keadaan darurat pada 1972, dengan ribuan penentangnya dipenjarakan,
dibunuh atau dihilangkan.
Ia dituduh mengumpulkan lebih dari 10 miliar dolar saat berkuasa. Ferdinand meninggal di pengasingan pada 1989.
Presiden Rodrigo Duterte memiliki hubungan baik dengan keluarga Marcos dan sering memuji mendiang orang kuat tersebut.
Duterte mengizinkan jasad tubuh Marcos -yang dibalsem- dimakamkan di
pemakaman khusus pahlawan pada 2016 dan presiden itu sering ditemani
Imee Marcos di acara resmi.
Juru bicara Duterte, Salvador Panelo, dalam pernyataannya mengatakan
putusan terhadap Imelda Marcos itu adalah bukti bahwa eksekutif "tidak
mengganggu atau memengaruhi" pengadilan dan karenanya menghormati
putusan tersebut.
Warga Rohingya berdoa dalam peringatan satu tahun kekerasan tentara Myanmar.
Foto: AP Photo/Altaf Qadri
Total sebanyak 5.000 pengungsi Rohignya di Bangladesh akan dipulangkan.
CB,
YANGON— Myanmar menyatakan kesiapan mereka memulangkan lebih dari
2.000 pengungsi Rohingya pada 15 November mendatang. Ini merupakan
pemulangan kelompok pertama dari 5.000 orang yang akan dipulangkan
berdasarkan kesepakatan bulan lalu antara Myanmar dan Bangladesh.
Tetapi
lebih dari 20 orang yang masuk dalam daftar calon pengungsi yang
dikirim Bangladesh mengatakan kepada kantor berita Reuters, mereka
menolak kembali ke negara bagian Rakhine utara.
Sementara Bangladesh mengaku tidak akan memaksa siapapun untuk kembali ke Myanmar.
PBB
juga mengatakan, kondisi belum aman untuk kembali, sebagian karena
sebagian umat Buddha Myanmar telah memprotes pemulangan tersebut.
"Itu
tergantung pada negara lain, apakah ini benar-benar akan terjadi atau
tidak. Tapi kita harus siap dari pihak kita. Kita telah melakukan itu,"
Menteri Kesejahteraan Sosial dan Pemukiman Sosial Myanmar Win Myat Aye,
dalam konferensi pers di ibu kota Yangon, Ahad (11/11). Pernyataan ini
merujuk ke Bangladesh.
Win Myat Aye mengatakan
persiapan telah dilakukan untuk 2.251 orang yang akan dipindahkan ke dua
pusat transit dengan perahu pada Kamis mendatang. Sementara kelompok
kedua sebanyak 2.095 orang dapat menyusul kemudian melalui jalan darat.
Setelah
diproses pihak berwenang, mereka akan dikirim ke pusat lain tempat
mereka akan ditampung, diberi makan, dan diminta membangun rumah melalui
skema permodalan.
Mereka
yang kembali hanya diizinkan melakukan perjalanan dengan kotapraja
Maungdaw. Ini termasuk salah satu dari tiga mereka yang melarikan dan
hanya bagi pemegang Kartu Verifikasi Nasional, sebuah dokumen identitas
yang paling ditolak oleh Rohingya karena mereka dianggap sebagai orang
asing.
Kominsioner Lembaga Repatriasi dan Kemanusian
Bangladesh Abul Kalam berharap proses pemulangan bisa dimulai pada
Kamis mendatang.
"Pengembalian akan bersifat suka rela. Tidak ada yang akan dipaksa kembali," katanya kepada Reuters.
Kedua
negara sepakat pada pertengahan November untuk mulai memulangkan
sebagian pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan tentara
di Myanmar tahun lalu. Jumlah Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar
sebanyak 700 ribu orang.
Menurut Rohingya, tentara
dan umat Buddha setempat membantai keluarga, membakar ratusan desa, dan
melakukan pemerkosaan kepada komunitas mereka. Penyelidik PBB menuduh
tentara berniat melakukan genosida dan pembersihan etnis.
Myanmar menyangkal hampir semua tuduhan. Menurut pemerintah Myanmar pasukan keamanan memerangi teroris.
Myanmar mengatakan, tindakan Arakan Rohingya Salvation Army menyebabkan kekerasan itu terjadi.
Myanmar mengakui pembunuhan 10 orang Rohingya oleh pasukan keamanan di desa Inn Dinn.
PM Singpaura Lee Hsien Long adalah putera tertua pemimpin pendiri Singapura Lee Kuan Yew. (REUTERS/Jonathan Ernst)
Jakarta, CB -- Perdana Menteri SingapuraLee
Hsien Loong mengisyaratkan pemilihan umum akan digelar lebih dini yakni
tahun depan. Pengadaan pemilu setahun lebih awal sebelum mandat
pemerintahannya itu berakhir itu diucapkan Lee kala memberikan
pernyataan pada konvensi partaipenguasa, Partai Aksi Rakyat (PAP).
"Ini
mungkin akan menjadi konferensi partai yang terakhir sebelum pemilu
tahun depan," ujar Lee dalam konvensi PAP, Minggu (11/11) seperti
dikutip dari Reuters.
"CEC (Komite Eksekutif Sentral)
yang baru akan memimpin partai menuju jangkauan akhir, bersiap
meningkatkan rekor di hadapan para pemilih," sambung Lee.
Partai Aksi Rakyat (PAP), yang dipimpin Lee, menguasai politik
Singapura selama lebih lima dasawarsa sejak kemerdekaan republik itu,
meraih kemenangan dalam semua pemilihan umum dengan suara mayoritas dan
tidak menghadapi tantangan nyata terhadap kekuasaannya.
Tetapi,
partai itu berusaha mengatasi tanda ketakpuasan pemilih dengan janji
mengurangi kesenjangan kekayaan dan memperbaiki pergerakan masyarakat,
sementara bergerak dengan peralihan kepemimpinan untuk mencari pengganti
Lee pada tahun-tahun mendatang.
Konvensi tahunan itu memilih
Komite Eksekutif Sentral (CEC) yang baru pada MInggu (11/11), membawa
para menteri kabinet yang berusia muda ke posisi tinggi, yang disebut
para pemimpin 4G, dari sana pengganti Lee akan dipilih.
Tujuh
anggota partai senior yang telah memimpin partai itu dan pemerintah,
termasuk dua wakil perdana menteri yang saat ini berada di jabatan
mereka, pensiun dari komite tersebut.
Lee, putera tertua pemimpin
pendiri Singapura Lee Kuan Yew, telah menjelaskan ia siap mundur dalam
beberapa tahun ke depan, tetapi belum ada pengganti yang dipilih dari
kelompok menteri yang berusia lebih muda yang bertugas menyeleksi
seorang pemimpin dari posisi-posisi mereka.
"PAP harus menang dalam pemilihan akan datang dengan meyakinkan," kata Lee kepada peserta konvensi.
"Kita
mengambil pendekatan pragmatik dan sentralistik dalam politik kita dan
dalam kebijakan-kebijakan kita. Dan kita membuat arah jelas yang
didukung orang-orang Singapura dalam jumlah besar yang ingin melihat
stabilitas dan kemajuan berlanjut pada masa-masa mendatang." Kinerja
terburuk PAP dalam pemilihan umum terjadi pada 2011 ketika 40 persen
pemilih menentangnya sebagian sebagai protes atas layanan umum.
CB, Jakarta - Dua ratus pasukan khusus Jerman yang membentuk faksi neo Nazi berencana untuk membunuh para politikus Jerman dan imigran.
Mereka
dilaporkan bersekongkol untuk membuat kekacauan dengan sandi
operasi "Day X" ketika berencana untuk membunuh pemimpin Partai Hijau
Claudia Roth, menteri luar negeri Heiko Mass dan mantan presiden Joachim
Gauck, seperti dilaporkan dari Dailymail.co.uk, 11 November 2018.
Tetapi
pihak berwenang berhasil mengungkap kelompok yang memisahkan diri dari
unit KSK Bundeswehr sebelum pasukan kematian mereka dapat melakukan
pembunuhan.
Caludia Roth, Ketua umu Partai Hijau Jerman [Spiegel]
200
pasukan itu juga berencana menargetkan para pemimpin kelompok suaka
yang mereka tuding atas perkosaan, teror dan kerusuhan sosial, dalam
laporan media Jerman, Focus.
Keanggotaan organisasi mereka tumbuh ketika Kanselir Angela Merkel memperbolehkan satu juta pengungsi masuk Jerman pada 2015.
"Banyak
interogasi menceritakan gambaran kekuatan konspirasi yang tidak
seharusnya menghindari kemungkinan dari pembunuhan lawan-lawan politik,"
kata laporan tersebut.
Heiko Maas, Menteri Luar Negeri Jerman. [Photo/Mohamad Torokman/Reuters]
Komplotan ini akan melepaskan operasi Day X ketika hukum dan ketertiban hancur sebagai momen yang mereka anggap sudah dekat.
Polisi
awalnya mengira plot itu hanya fantasi dari minuman keras, tetapi
kemudian para interogator mendapatkan fakta dari mantan jenderal
Angkatan Udara Jerman.
Para komplotan adalah anggota kelompok yang
disebut Uniter, yang didirikan pada 1996 untuk mengurus tentara veteran
yang telah melakukan pertempuran di Afganistan dan Afrika. Uniter
membantah mengetahui rencana komplotan tersebut.
Otoritas Jerman
juga telah memeriksa kamp pelatihan di perbatasan Austria dan Swiss
untuk menyisir senjata, amunisi, makanan dan bensin yang diduga
digunakan pasukan khusus neo Nazi tersebut melancarkan operasi Day X.
Pejabat Iran tersebut juga didenda sebesar 270 ribu dolar AS
CB,
TEHRAN -- Pengadilan Iran telah menjatuhi hukuman kepada seorang
pejabat Kementerian Luar Negeri Iran. Juru bicara pengadilan
Gholamhossein Mohseni Ejei mengatakan pada Ahad (11/11) bahwa pejabat
itu dihukum 10 tahun penjara karena dianggap sebagai mata-mata.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Bahram Qasemi mengatakan
pejabat itu telah ditangkap sekitar tiga tahun lalu dan divonis setahun
kemudian. Menurut situs web kementerian, hukumannya telah dikurangi oleh
pengadilan banding. Namun tidak ada penjelasan lebih lanjut.
Ejei,
dikutip oleh situs berita pengadilan, Mizan menyebut pria yang dijatuhi
hukuman itu sebagai Kamal Amirbeik. Amirbeik juga didenda sebesar 270
ribu dolar AS.
Namun Mizan tidak menyebut siapa yang
dituduh sebagai mata-mata atau memberikan rincian lebih lanjut. Pada
Agustus lalu, pasukan keamanan Iran telah menangkap puluhan mata-mata
yang bekerja di badan-badan pemerintahan.
Menteri
Intelijen Iran Mahmoud Alavi tidak memberi rincian kapan penangkapan itu
terjadi. Ia juga tidak menjelaskan mata-mata yang ditangkap bekerja
untuk negara mana. Banyak dari tahanan itu diduga memiliki warga negara
ganda.
"Saya telah berulang kali meminta orang-orang untuk
memberitahu kami jika mereka tahu ada dua kewarganegaraan. Unit anti
spionase dari kementerian intelijen telah berhasil mengidentifikasi dan
menangkap puluhan mata-mata di berbagai badan pemerintahan," kata Alavi
seperti dikutip oleh kantor berita ISNA pada 28 Agustus lalu.
Penangkapan
orang yang memiliki warga negara ganda telah meningkat sejak Pemimpin
Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan telah ada "penyusupan"
agen-agen Barat di badan-badan pemerintahan Iran.
Reuters
melaporkan pada 2017 bahwa Pengawal Revolusi elit Iran telah menangkap
setidaknya 30 warga negara ganda dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian
besar atas tuduhan spionase.
MOSKOW
- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri
Austria, Karin Kneissl dilaporkan telah melakukan komunikasi melalui
telepon. Keduanya membahas kasus dugaan mata-mata untuk Rusia yang
dilakukan oleh seorang mantan kolonel militer negara itu.
Kementerian
Luar Negeri Rusia menuturkan, dalam pembicaraan itu Lavrov
mengungkapkan rasa tidak senangnya mengenai sikap Wina yang memilih
untuk menyampaikan hal ini kepada publik, sebelum mengkonfirmasinya
kepada Moskow.
"Pihak Rusia menekankan ketidakmampuan praktik
meningkatkan tuduhan publik yang tidak terbukti yang bertentangan dengan
norma-norma komunikasi internasional. Telah dicatat bahwa setiap
kekhawatiran bersama yang mungkin harus didiskusikan melalui saluran
dialog yang mapan dan atas dasar fakta," kata Kemlu Rusia, seperti
dilansir Tass pada Minggu (11/11).
Menurut Kemlu Rusia, keduanya
juga membahas situasi dalam hubungan Rusia-Austria, yang timbul
sehubungan dengan pernyataan otoritas Austria tentang perwira Wina yang
bekerja sebagai mata-mata Moskow.
Pada gilirannya, lanju Kemlu
Rusia, Kneissl menyatakan harapan bahwa kasus spionase tidak akan
mempengaruhi hubungan bilateral antar negara.
"Kneissl juga
menjelaskan motif Wina dalam membuat keputusan tertentu, dan menyatakan
harapan bahwa langkah-langkah itu tidak akan mempengaruhi pengembangan
kerjasama bilateral lebih lanjut," ungkapnya.
Sebelumnya,
Presiden Austria, Alexander Van der Bellen memerintahkan penyelidikan
terkait kasus dugaan mata-mata ini. Ia pun menyerukan untuk tidak
mendramatisasi hubungan dengan Rusia di tengah skandal tersebut.
Dia
lalu mengatakan akan lebih baik jika kegiatan yang diduga dilakukan
oleh pensiunan militer itu diungkapkan oleh dinas intelijen Austria.
Namun dalam kasus seperti ini, kerja sama dengan dinas intelijen negara
sekutu sangat penting.
"Tanpa syarat, akan lebih baik jika kita
dapat mengungkap ini asalkan ada sesuatu yang serius untuk diungkap.
Namun, itu karena kerja sama dari dinas intelijen Austria bahwa kami
menerima informasi ini," kata Van der Bellen sambil menambahkan bahwa
Austria menyediakan informasi mengenai terduga mata-mata bagi negara
ketiga.
WINA
- Presiden Austria memerintahkan penyelidikan terkait kasus dugaan
mata-mata untuk Rusia yang dilakukan oleh seorang mantan kolonel militer
negara itu. Ia pun menyerukan untuk tidak mendramatisasi hubungan
dengan Rusia di tengah skandal tersebut.
"Penipuan ini (dugaan
kasus spionase) harus diselidiki terlebih dahulu. Mari kita lihat apakah
itu mengandung sesuatu yang lain dari apa yang disebut cerita palsu,
dalam hal ini kita akan mengambil tindakan yang sesuai," ujar Presiden
Austria Alexander Van der Bellen ketika ditanya bagaimana hubungan akan
berkembang antara Austria dan Rusia di belakang kasus ini.
"Sekarang,
kita perlu menyelidiki apakah benar, jika dakwaan itu benar, dan jenis
informasi apa yang dapat diakses oleh petugas itu - baik yang terkait
dengan urusan nasional Austria atau beberapa pembicaraan lain, misalnya
dengan NATO. Ini harus diklarifikasi. Pada saat ini, saya tidak dapat
melihat alasan untuk mendramatisasi ini," imbuhnya seperti dikutip dari TASS, Minggu (11/11/2018).
Menurut
Presiden Austria, akan lebih baik jika kegiatan yang diduga dilakukan
oleh pensiunan militer itu diungkapkan oleh dinas intelijen Austria.
Namun dalam kasus seperti ini, kerja sama dengan dinas intelijen negara
sekutu sangat penting.
"Tanpa syarat, akan lebih baik jika kita
dapat mengungkap ini asalkan ada sesuatu yang serius untuk diungkap.
Namun, itu karena kerja sama dari dinas intelijen Austria bahwa kami
menerima informasi ini," kata Van der Bellen sambil menambahkan bahwa
Austria menyediakan informasi mengenai terduga mata-mata bagi negara
ketiga.
Pada 11 November, Paris akan menyelenggarakan peringatan
yang menandai Gencatan Senjata yang mengakhiri Perang Dunia Pertama,
yang ditandatangani 100 tahun lalu. Selain itu, Paris Peace Forum akan
dibuka di kemudian hari. Acara ini akan dihadiri oleh Presiden Rusia
Vladimir Putin dan Presiden Austria Alexander Van der Bellen di antara
para pemimpin dunia lainnya.
Terkait dengan hal itu, Van der
Bellen menyatakan tidak ada agenda pertemuan dengan Presiden Rusia
Vladimir Putin di sela-sela kegiatan tersebut guna membahas masalah ini.
"Tidak.
Pada saat ketika beberapa lusin kepala negara dan pemerintah berada di
Paris, kami tidak dijadwalkan untuk mengadakan pembicaraan bilateral,"
jelas Van der Bellen yang disiarkan oleh stasiun radio Austria O-1.
Pada
hari Jumat, otoritas Austria mengatakan bahwa lembaga penegak hukum
negara itu sedang melakukan penyelidikan atas kasus seorang pensiunan
kolonel Austria berusia 70 yang dicurigai bekerja untuk intelijen Rusia
sejak 1990-an. Ia diduga telah memberikan Moskow informasi tentang
angkatan udara Austria, sistem artileri, pejabat tinggi dan krisis
migran. Jika pria itu dinyatakan bersalah, dia mungkin akan menghadapi
hukuman penjara hingga sepuluh tahun.
Menteri Luar Negeri
Austria, Karin Kneissl, Sabtu kemarin mengatakan telah melakukan
pembicaraan dengan koleganya dari Rusia Sergei Lavrov. Hasilnya, Austria
mengharapkan Rusia akan bekerja sama penuh atas kasus ini.
Menurut
Kneissl, ia menolak tuduhan Rusia bahwa Austria melakukan diplomasi
megafon dan mengatakan langkah-langkah pemerintah Austria didasarkan
pada fakta-fakta yang jelas.
"Spionase adalah gangguan yang tidak dapat diterima dalam urusan domestik Austria," dia memperingatkan.
Sementara
itu, setelah pembicaraan para menteri, Kementerian Luar Negeri Rusia
menunjukkan bahwa Rusia menggarisbawahi tidak dapat diterimanya praktik,
yang bertentangan dengan norma-norma komunikasi internasional, membuat
tuduhan bebas-bukti publik.
Kementerian Luar Negeri Rusia
menambahkan bahwa Kneissl mengklarifikasi motif di balik keputusan Wina
dalam kasus ini dan juga menyatakan harapan bahwa langkah-langkah itu
tidak akan mempengaruhi perkembangan kerja sama bilateral di masa depan.
WINA
- Mantan kolonel Austria ditangkap oleh pihak berwenang karena diduga
telah menjadi mata-mata untuk Rusia selama 20 tahun. Begitu laporan yang
diturunkan media Austria Kronen Zeitung mengutip jaksa kepala Salzburg
Robert Holzleitner
Namun media itu tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai kemajuan penyelidikan.
Sementara
media Austria lainnya, Die Presse, melaporkan bahwa tersangka dalam
skandal spionase itu telah mengaku melakukan kejahatan.
Menteri
Luar Negeri Austria Karin Kneissl menyatakan harapan bahwa Moskow akan
bekerja sama dengan Wina dalam kasus spionase, lapor kantor berita APA
Austria, mengutip pernyataan menteri.
"Kami mengharapkan kerja
sama komprehensif dari pihak Rusia dalam penyelidikan (ke dalam kasus
mantan kolonel)," katanya seperti dilansir dari Sputnik, Minggu
(11/11/2018).
Setelah pengumuman bahwa kolonel Austria berusia 70
tahun yang dicurigai menjadi mata-mata untuk Rusia, Moskow memprotes
Wina karena menggunakan "diplomasi megafon" alih-alih menggunakan
saluran komunikasi diplomatik tradisional untuk menyelesaikan masalah
bilateral.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut
tuduhan tidak berdasar terhadap Rusia "tidak dapat diterima" dalam
percakapan telepon dengan mitranya dari Austria, Karin Kneissl. Lavrov
kemudian mengatakan bahwa duta besar Austria akan dipanggil mengingat
tuduhan baru-baru ini.
Wina mengumumkan pada 9 November bahwa
mereka sedang melakukan penyelidikan atas tuduhan bahwa seorang
pensiunan kolonel telah menjadi mata-mata untuk Rusia selama sekitar 20
tahun, sejak tahun 1990-an. Austria juga membatalkan kunjungan mendatang
Menteri Luar Negeri Karin Kneissl ke Moskow terkait skandal itu.
CB, Paris – Presiden Prancis, Emmanuel Macron,
berbicara mengenai bahaya semangat nasionalisme, yang menjadi pemicu
Perang Dunia I. Dia melihat semangat ini kembali muncul belakangan ini.
“Patriotisme
merupakan kebalikan dari nasionalisme. Nasionalisme merupakan
pengkhianatan atas patriotisme,” kata Macron pada pidato peringatan
Perang Dunia I, yang berakhir seratus tahun lalu, di Monumen Kemenangan
atau Arc de Triomphe, Paris, pada Ahad, 11 November 2018.
Pernyataan Macron ini seperti ditujukan kepada Presiden Amerika
Serikat, Donald Trump, yang ikut menghadiri upacara ini dan duduk
dibarisan terdepan.
Trump dikenal dengan agenda nasionalisnya “America First”, yang dipromosikan sejak masa kampanye Presiden 2016 hingga saat ini. Reuters melansir ekspresi Trump membatu saat Macron mengkritik semangat nasionalisme itu.
Presiden
Prancis, Emmanuel Macron, berpidato selama sekitar 20 menit pada
peringatan 100 tahun Armistice Day atau berakhirnya Perang Dunia I di
Paris pada 11 November 2018. Skynews
Macron
melanjutkan,”Saat kita mengatakan kepentingan-kepentingan kita lebih
utama, dan kepentingan orang lain tidak penting, kita menghapus hal
mendasar yang menjadi pegangan paling penting bagi sebuah bangsa, yang
memberinya kehidupan dan membuatnya hebat, yaitu nilai-nilai moralnya.”
Peringatan
ini digelar untuk memberikan penghargaan kepada para pahlawan yang
tewas dalam Perang Dunia I, yang berlangsung pada 1914 – 1918.
Kesepakatan gencatan senjata terjadi tepat pada pukul 11 pagi pada 11
November 1918, yang membuat kawasan Eropa menjadi sunyi dari suara
letusan senjata dan bom.
Macron
menjelaskan pelajaran dari Perang Besar adalah tidak boleh ada
kebencian antar-bangsa ataupun melupakan peristiwa di masa lalu. Dia
menyebut ada jutaan perempuan menjadi janda dan anak-anak menjadi yatim
piatu akibat konflik perang ini. Sekitar 10 juta tentara tewas dalam
perang empat tahun itu.
“Ini merupakan kewajiban utama kita untuk memikirkan masa depan dan mempertimbangkan apa yang menjadi hal-hal peting,” kata dia.
Acara
yang berlangsung sekitar 90 menit ini juga diisi dengan pembacaan
surat-surat testimoni dari para tentara asal Jerman, Prancis, dan
Inggris mengenai perang yang mereka jalani. Ada juga penampilan dari
Yo-Yo Ma yang bermain cello, dan Maurice Ravel’s Bolero.
Pada sore
hari, Trump mengunjungi pemakaman tentara AS yang tewas pada PD I. Dia
berbicara dengan sejumlah veteran. Trump sempat melewatkan upacara ini
pada Sabtu, 10 November 2018.
“Merupakan tugas kita untuk mempertahankan peradaban yang kita bela,” kata Trump
pada pidato singkatnya. “Kita memperbarui kewajiban untuk mengingat
para pahlawan yang gugur, yang beristirahat untuk selamanya,” kata dia.
CB, Paris – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, memimpin upacara peringatan Perang Dunia I, yang berakhir seratus tahun lalu, pada Ahad, 11 November 2018 di ibu kota Paris.
Acara
tahunan yang disebut Armistice Day ini diikuti sekitar 70 tokoh dari
berbagai negara termasuk Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, PM
Inggris Theresa May, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Rusia
Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
“Mari kita
bangun harapan dibandingkan bermain dengan rasa takut terhadap satu
sama lain,” kata Macron dalam pidatonya yang berlangsung selama sekitar
20 menit di dekat sebuah kuburan prajurit tidak dikenal.
Tanggal
11 November ini diperingati sebagai momen ketika seluruh kawasan Eropa
menjadi sunyi dari bunyi letusan senjata, yang mewarnai PD I yang
berlangsung sekitar tiga tahun. Sekitar 10 juta tentara dan
Dipimpin Macron, para pemimpin global berjalan dari Istana Champs Elysses menuju Tugu Kemenangan atau Arc de Triomphe, yang menjadi lokasi acara. Trump dan Putin tiba agak belakangan dalam rombongan bermotor.
“Jejak
dari perang ini tidak akan pernah terhapuskan. Baik itu di Prancis,
atau di Eropa atau di Timur Tengah atau di seluruh dunia,” kata Macron
melanjutkan.
Macron menambahkan,”Mari kita mengingat ini. Mari
kita tidak melupakan. Karena memori akan pengorbanan mereka membuat kita
layak untuk mengenang mereka yang bertempur dan tewas agar kita bisa
menjadi bebas. Mari kita mengingat ini.”
Macron
juga meminta semua yang hadir dan warga dunia untuk tidak meninggalkan
prinsip, idea dan semangat patriotisme dari para pahlawan, yang telah
tewas bertempur.
Acara
ini juga diisi dengan pembacaan testimoni para tentara pada 11 November
1918 saat gencatan senjata disepakati. Isi pesan itu adalah peringatan
kepada masyarakat mengenai bahaya dari semangat nasionalisme berlebihan.
PDI
I ini meletus pada 1914 ketika seorang remaja Serbia Bosnia membunuh
Archduke Franz Ferdinand, yang menjadi pewaris tahta kerajaan Austria –
Hungaria. Ini memantik terjadinya konflik yang kemudian digambarkan
sebagai perang dari segala perang. Presiden Macron meminta semua pihak mengenang jasa para pahlawan.
CB, Jakarta - Presiden AS Donald Trump dan
Presiden Prancis Emmanuel Macron dari menyetujui perlunya lebih banyak
anggaran untuk pertahanan Eropa demi komitmen NATO, setelah kicauan
Trump di Twitter yang menyebut usulan Tentara Eropa Macron "sangat
menghina".
Keduanya bertemu di Istana Elysee sehari sebelum
peringatan 100 tahun berakhirnya Perang Dunia Pertama, seperti
dilaporkan Reuters, 11 November 2018.
"Kami
menginginkan Eropa yang kuat, sangat penting bagi kami, dan cara apa
pun yang dapat kami lakukan yang terbaik dan lebih efisien akan menjadi
sesuatu yang kami berdua inginkan," kata Trump.
"Kami ingin membantu Eropa tetapi harus adil. Saat ini pembagian beban sebagian besar terjadi di Amerika Serikat."
Tank
dan kendaraan lapis baja Angkatan Darat Prancis tiba di pangkalan
militer TAHA, di Estonia, 29 Maret 2019. Penempatan pasukan NATO untuk
menanggapi situasi keamanan kawasan yang berubah. AFP/Raigo Pajula
Sementara
Macron mengatakan bahwa dia ingin Eropa untuk menanggung bagian yang
lebih besar dari biaya pertahanan dalam NATO, salah satu pokok yang ia
ucapkan berulang kali sejak menjabat, di samping ambisinya Eropa untuk
memiliki kemampuan militernya sendiri.
"Itu sebabnya saya yakin proposal saya untuk pertahanan Eropa benar-benar konsisten dengan itu," kata Macron.
Sebelumnya
Macron mengatakan Eropa perlu untuk melindungi dirinya sendiri dari
Cina, Rusia dan bahkan Amerika Serikat. Kemudian dalam wawancara dia
berbicara tentang perlunya pembentukan tentara Eropa.
"Dihadapkan
oleh Rusia, yang ada di perbatasan kita dan yang telah menunjukkan
bahwa itu dapat mengancam ... kita harus memiliki Eropa yang dapat
mempertahankan dirinya dengan lebih baik, tanpa bergantung sepenuhnya
pada Amerika Serikat," kata Macron.
President
Macron of France has just suggested that Europe build its own military
in order to protect itself from the U.S., China and Russia. Very
insulting, but perhaps Europe should first pay its fair share of NATO,
which the U.S. subsidizes greatly!
Donald
Trump yang telah mendesak sekutu NATO untuk mengeluarkan anggaran lebih
untuk pertahanan dan meminta tidak bergantung pada Amerika Serikat,
mengeluhkan pernyataan Macron di Twitter.
"Sangat menghina, tapi
mungkin Eropa pertama-tama harus membayar bagian yang adil dari NATO,
yang sangat disubsidi AS," kata Trump di Twitter.
Sebelumnya
Donald Trump dalam KTT NATO di Brussel pada 11 Juli, menyerang anggota
NATO yang tidak berkomitmen untuk mengeluarkan anggaran pertahanan.
Dilansir dari France24, Trump menuduh negara-negara NATO gagal memenuhi
target anggaran 2 persen dari pendapatan untuk pertahanan. NATO
memperkirakan hanya 15 dari 29 anggota yang memenuhi target anggaran
pertahanan pada 2024.
Donald Trump
juga mengeluhkan bahwa AS mengeluarkan uang untuk menutup 90 persen
anggaran NATO di Eropa, meskipun faktanya hanya 67 persen dari
pengeluaran total NATO.
PARIS
- Presiden Prancis, Emanuel Macron menyatakan, Paris akan tetap
melanjutkan seruannya untuk pembentukan Tentara Eropa, meski adanya
kecaman dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Macron
menyatakan, sangat tidak baik untuk terus bergantung pada AS, khususnya
bila berurusan dengan masalah keamanan. Macron menyebut, Tentara Eropa
dibutuhkan untuk membela diri terhadap Rusia dan bahkan AS.
"Tidak
adil hanya bergantung pada AS untuk masalah keamanan Eropa," kata
Macron dalam sebuah pernyataan kepada awak media jelang bertemu Trump di
Paris, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (11/11).
Sebelumnya,
Trump mengecam ide Prancis untuk membentuk sebuah pasukan gabungan
Eropa. Melalui akun Twitternya, Trump sebut ide yang disampaikan Macron
itu adalah sebuah penghinaan. Dia lalu menyebut, Eropa sebaiknya
meningkatkan kontribusinya terhadap NATO, sebelum memutuskan membuat
tentara gabungan.
"Presiden
Macron dari Pprancis baru saja menyarankan agar Eropa membangun
militernya sendiri untuk melindungi dirinya dari AS, China dan Rusia.
Sangat menghina, tapi mungkin Eropa pertama-tama harus membayar bagian
yang adil dari NATO, yang sangat disubsidi oleh AS!" kicau Trump
WASHINGTON
- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengecam ide Prancis
untuk membentuk sebuah pasukan gabungan Eropa. Presiden Prancis, Emanuel
Macron menyebut Tentara Eropa dibutuhkan untuk membela diri terhadap
Rusia dan bahkan AS.Melalui akun Twitternya, Trump sebut ide yang
disampaikan Macron itu adalah sebuah penghinaan. Dia lalu menyebut,
Eropa sebaiknya meningkatkan kontribusinya terhadap NATO, sebelum
memutuskan membuat tentara gabungan."Presiden Macron dari Pprancis baru
saja menyarankan agar Eropa membangun militernya sendiri untuk
melindungi dirinya dari AS, China dan Rusia. Sangat menghina, tapi
mungkin Eropa pertama-tama harus membayar bagian yang adil dari NATO,
yang sangat disubsidi oleh AS!" kicau Trump, seperti dilansir Anadolu
Agency pada Minggu (11/11).Pernyataan Macron mengenai pembentukan
tentara Eropa sendiri disampaikan saat melakukan wawancara dengan media
Prancis pada pekan lalu.Macron mengatakan, Eropa perlu mengurangi
ketergantungannya pada kekuatan Amerika, paling tidak setelah Trump
mengumumkan ia menarik diri dari perjanjian nuklir era Perang
Dingin. "Kami harus melindungi diri kami sendiri dengan menghormati
China, Rusia dan bahkan AS. Ketika saya melihat Presiden Trump
mengumumkan bahwa dia keluar dari perjanjian perlucutan senjata nuklir
yang dibentuk setelah krisis rudal euro tahun 1980-an yang melanda
Eropa, yang menjadi korban utama? Eropa dan keamanannya,"
terangnya."Kami tidak akan melindungi orang Eropa kecuali kami
memutuskan untuk memiliki tentara Eropa sejati," sambung pemimpin
Prancis tersebut.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjabat
tangan Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam acara peringatan 1 abad
berakhirnya Perang Dunia I. (Foto: ludovic MARIN / AFP)
Jakarta, CB -- Para pemimpin
dunia berkumpul di Paris, Prancis, pada Minggu (11/11), untuk
memperingati satu abad berakhirnya Perang Dunia I.
Sekitar 70 pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, akan menandai 100 tahun usia gencatan senjata 1918 (Armistice 1918).
Di
Paris, peringatan terkonsentrasi di area Tomb of the Unknown Soldier
yang berada di bawah monumen Arc de Triomphe. Imbauan tentang bahaya
nasionalisme dalam era modern dikemukakan.
"Hari ini bukan
hanya tentang mengingat, tetapi juga seharusnya juga tentang panggilan
untuk beraksi," kata Kanselir Jerman Angela Markel, pada Sabtu (10/11),
setelah mengunjungi lokasi penandatanganan perjanjian gencatan senjata
1918 yang dilakukan di kawasan utara Prancis.
Pertemuan para petinggi dunia ini dirancang oleh Presiden Prancis
Emmanuel Macron. Dia mengangkat pentingnya institusi internasional
membantu menyelesaikan konflik, mencegah perang, dan menyebarkan
kemakmuran.
"Kami mau membuat peringatan ini waktu untuk
refleksi saat ini, bukan hanya masa lalu, jadi mereka punya sesuatu yang
berarti buat kita hari ini," ujar Macron pada awal pekan ini.
Meski
terlihat rukun saat peringatan di Arc de Triomphe, ada ketegangan yang
tersembunyi. Sebelumnya Trump yang tiba di Prancis pada Jumat mengkritik
Marcos karena dirasa telah 'menghina'.
Trump merasa tersinggung pada ucapan Macron dalam sesi wawancara
belakangan ini yang mengatakan diperlukannya tentara Eropa serta
mendaftarkan AS, Rusia, dan China sebagai ancaman keamanan nasional.
Sekitar
70 negara terlibat dalam Perang Dunia I. Semuanya tergabung dalam enam
kerajaan dan kekuatan kolonial, yaitu Austria-Hungaria, British,
Prancis, Jerman, Rusia, dan kekaisaran Ottoman.
Sekitar 10 juta
tentara menjadi korban selama perang yang berlangsung 1914 hingga 1918.
Korban luka-luka diperkirakan dua kali jumlah itu dan antara 5 - 10 juta
penduduk diestimasikan menjadi korban.
ilustrasi serangan udara. (AFP PHOTO / ARIS MESSINIS)
Jakarta, CB -- Pemerintah Suriah
melayangkan protes kepada PBB terkait serangan udara koalisi yang
dipimpin Amerika Serikat atas wilayah mereka yang dikuasai ISIS.
Mengutip dari Reuters, Kementerian Luar Negeri Suriah
telah mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal PBB dan Presiden
Dewan Keamanan soal tindakan yang terjadi di Hajin, kawasan timur Deir
al-Zor.
Dalam serangan di kawasan timur Deir al-Zor pada Jumat (9/11) lalu sekitar 26 warga sipil turut jadi korban tewas.
Sementara
itu lembaga pemantau HAM, SOHR, mengatakan jumlah korban sipil yang
tewas 26 orang itu termasuk 14 di antaranya anak-anak. Mereka jadi
korban dalam dua gelombang serangan udara koalisi pimpinan AS.
Mereka adalah anggota sipil yang menjadi bagian dari IS di Hajin. Sehari sebelumnya, mengutip dari AFP,
Kepala SOHR Rami Abdel Rahman mengatakan sebuah desa lain dekat kota
Al-Shafaa pun ada tujuh warga sipil yang menjadi korban serangan udara.
Baik
Hajin maupun Al-Shaafa diyakini sebagai kantong terakhir pertahanan
ISIS di provinsi Deir al-Zor, yang juga berbatasan dengan Irak.
Berdasarkan
data SOHR, sejak ISIS mencoba mengambil alih Suriah dan tetangganya,
Irak, pada 2014 orang setidaknya sudah lebih dari 1.100 warga sipil
tewas karena serangan koalisi. Konflik di Suriah itu sendiri tercatat
telah menewaskan lebih dari 360 ribu jiwa baik dari warga sipil maupun
pejuang sejak 2011 silam.