CB, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengklaim ada oknum yang ingin menyingkirkannya demi menang dalam Pemilihan Umum Raya Malaysia Ke-14.
Mahathir
mengatakan, pada Jumat, 27 April 2018, ada pihak yang berusaha
menyabotase jet pribadinya saat akan terbang dari Kuala Lumpur ke
Langkawi.
Upaya
mencelakakan Mahathir terungkap setelah pilotnya menemukan beberapa
kerusakan yang tampaknya disengaja sebelum lepas landas.
"Saya telah memperingatkan sebelumnya akan ada upaya jahat untuk
memaksa beberapa kandidat berhenti ikut PRU 14, tapi saya tidak berpikir
itu akan terjadi pada saya," ucapnya, seperti dilansir Reuters pada 28 April 2018.
Menanggapi klaim itu, pemerintah Malaysia berjanji akan melakukan penyelidikan kasus yang sudah dilaporkan Mahathir ke polisi.
Mahathir kembali
ke dunia politik setelah pensiun 15 tahun lalu. Ia menjadi kandidat
dari oposisi Aliansi Harapan. Politikus veteran berusia 92 tahun itu
akan mencalonkan diri dari daerah pemilihan Langkawi untuk pemilihan 9
Mei mendatang.
Perdana menteri selama 22 tahun sebelum
mengundurkan diri pada 2003 ini kembali menantang Perdana Menteri Najib
Razak dalam pemilihan umum. Mahathir menuding Najib terlibat dalam berbagai skandal yang dinilai telah membawa Malaysia dalam kehancuran.
BAMAKO
- Milisi diduga telah membunuh 40 etnis Tuareg, kebanyakan pria muda,
dalam dua serangan di wilayah Manaka, Mali Utara. Menurut gubernur
setempat peristiwa itu tampaknya memicu konflik etnis antara Tuareg dan
Fulani.
Gubernur Menaka, Daouda Maiga, mengatakan melalui telepon
bahwa serangan itu terjadi di desa-desa terpencil gurun Awakassa pada
hari Jumat dan di Anderanboucane, sehari sebelumnya.
"Yang tewas
kebanyakan adalah pemuda, tidak ada wanita atau anak-anak, sebagian
besar dari usia di mana mereka dapat membawa senjata," kata Maiga
seperti dikutip dari Reuters, Minggu (29/1/2018).
Korban
termasuk banyak anggota Gerakan Nasional milisi Tuareg untuk
Keselamatan Azawad (MSA). "MSA memerangi kelompok-kelompok Islam, yang
sebagian besar terdiri atas Fulani," terang Maiga.
“Jadi dua
serangan ini adalah pembalasan terhadap mereka. Mereka ingin mengubah
konflik menjadi sesuatu yang bersifat antar-komunal,” jelasnya.
Milisi
Islam dipandang sebagai ancaman terbesar bagi keamanan di seluruh
wilayah Sahel Afrika. Mereka telah terbukti mahir mengeksploitasi
ketegangan lokal antara kelompok etnis untuk menabur perselisihan -
seperti antara Tuareg yang kebanyakan berkulit lebih terang dan Fulani
di atas konflik yang langka di Sahara.
Bajan Ag Hamatou, seorang legislator lokal, membenarkan serangan itu, seperti yang dilakukan walikota Kota Menaka, Nanout Kotia.
Kekerasan
yang meningkat di Mali telah menimbulkan keraguan atas kelayakan pemilu
yang dijadwalkan pada akhir Juli, di mana Presiden Ibrahim Boubacar
Keita akan mencari masa jabatan kedua.
Milisi Sahara yang
berafiliasi dengan ISIS aktif di wilayah Menaka yang berbatasan dengan
Niger. Kelompok ini dipimpin oleh seorang Afrika utara berbahasa Arab
yang disebut Adnan Abu Walid al-Sahrawi, tetapi sebagian besar
pejuangnya adalah etnis Fulani.
Mali telah berada dalam kekacauan
sejak pemberontak Tuareg dan Islamis menyapu padang pasirnya pada tahun
2012, meskipun ada intervensi Perancis untuk mendorong mereka kembali
pada tahun berikutnya, dan kehadiran militer Perancis dan penjaga
perdamaian PBB.
RIYADH
- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo menyerukan
sanksi baru terhadap Iran atas program rudalnya. Ini adalah sebuah
langkah yang dapat mengakhiri kesepakatan nuklir.
Menteri Luar
Negeri AS Mike Pompeo telah tiba di Arab Saudi sebagai bagian
kunjungannya ke Timur Tengah. AS tengah mengumpulkan dukungan untuk
sanksi baru terhadap Iran.
Kunjungan ke Riyadh, Yerusalem dan
Amman hanya dua hari setelah Pompeo dilantik dilakukan ketika Presiden
Donald Trump tengah mempertimbangkan untuk memutuskan apakah akan
menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran yang masih
didukung oleh kekuatan Eropa.
"Kami mendesak negara-negara di
seluruh dunia untuk memberikan sanksi kepada individu dan entitas yang
terkait dengan program rudal Iran, dan itu juga telah menjadi bagian
besar dari diskusi dengan orang Eropa," ujar Brian Hook, penasihat
kebijakan senior yang ikut bepergian dengan Pompeo, seperti dikutip dari
News.com.au, Minggu (29/4/2018).
Lebih jauh Hook
menuding Iran telah menyuplai rudal balistik kepada kelompok pemberontak
Yaman, Houthi. Rudal-rudal tersebut ditembakkan secara serentak ke Arab
Saudi dan sebelumnya menewaskan seorang pria.
"Rudal-rudal Iran
memperpanjang perang dan penderitaan di Timur Tengah, mereka mengancam
keamanan dan kepentingan ekonomi kami serta mereka terutama mengancam
Arab Saudi dan Israel," ujarnya.
Kesepakatan 2015 yang membatasi program nuklir Iran dengan imbalan bantuan sanksi tidak mencakup program rudal.
Trump
menyebutnya sebagai "kesepakatan terburuk" dan mengancam akan
memberlakukan kembali sanksi kecuali Inggris, Prancis dan Jerman setuju
untuk memperbaikinya. Melanjutkan sanksi kemungkinan akan membunuh
kesepakatan.
Rusia, Cina, Jerman, Inggris dan Perancis, yang
semuanya mencapai kesepakatan dengan Iran dan AS, melihat kesepakatan
itu sebagai cara terbaik untuk menghentikan Iran mengembangkan bom
nuklir.
Berbicara setelah pertemuan menteri luar negeri NATO di
Brussels pada hari Jumat, Pompeo mengatakan Trump belum mengambil
keputusan apakah akan membatalkan kesepakatan itu tetapi tidak mungkin
untuk tetap melakukannya tanpa perubahan substansial.
"Belum ada
keputusan, jadi tim itu bekerja dan saya yakin kami akan memiliki banyak
percakapan untuk menyampaikan apa yang telah diperjelas oleh presiden,"
kata Pompeo dalam konferensi pers.
Awal pekan ini, Presiden
Prancis Emmanuel Macron meminta Trump untuk tidak meninggalkan
kesepakatan, meskipun dia kemudian mengakui bahwa Trump kemungkinan akan
mundur dari kesepakatan tersebut.
Pemerintahan Trump juga sedang
mengkaji peran AS dalam memerangi ISIS pada konflik Suriah selama tujuh
tahun. Trump telah meminta negara-negara Teluk untuk menyediakan dana
dan pasukan untuk menstabilkan wilayah yang pernah dikuasai oleh
kelompok di Suriah.
Di Riyadh, Pompeo disambut oleh Menteri Luar Negeri Saudi Adel
al-Jubeir. Dia berharap bisa bertemu dengan Putra Mahkota Saudi,
Mohammed bin Salman dan Raja Salman selama kunjungan itu.
RIYADH
- Arab Saudi menembak jatuh empat rudal yang ditembakkan dari Yaman
selatan yang ditujukan ke kota Jizan, Sabtu (28/4/2018). Rudal-rudal
tersebut ditembakkan beberapa jam setelah serangan di Sanaa menewaskan
puluhan pemberontak Houthi
Meskipun koalisi Arab melaporkan tidak
ada korban, seorang pejabat lokal mengatakan satu orang tewas dalam
serangan itu. Juru bicara pertahanan sipil Jizan, Kolonel Yahya Abdullah
al-Qahtani mengatakan, seorang warga Arab Saudi telah terbunuh oleh
pecahan rudal seperti dikutip dari laman Al Araby, Minggu (29/4/2018).
Televisi
Houthi, al-Masirah, membenarkan serangan tersebut. Dalam laporannya
al-Masirah menyebut mereka telah menembakkan delapan rudal ke Jizan.
Sehari sebelumnya, pasukan pertahanan Saudi mengatakan mereka telah menjatuhkan rudal di wilayah yang sama.
Serangan
itu terjadi ketika pemakaman umum diadakan di Sanaa untuk seorang
pejabat terkemuka Houthi. Saleh al-Sammad adalah salah satu kepala
politik Houthi dan seorang tokoh senior dalam kelompok tersebut.
Dia
telah menyebut tahun 2018 "tahun keunggulan balistik" dan membela
kebijakan Houthis menembakkan rudal ke Sapai Arabia. Dia tewas dalam
serangan udara oleh Arab Saudi dan sekutunya minggu lalu.
Kelompok Houthi menjadi semakin berani dalam serangan mereka terhadap Arab Saudi, termasuk upaya menyerang Ibu Kota Riyadh.
Pada
bulan Maret, seorang buruh Mesir menjadi korban tewas pertama yang
diketahui akibat serangan rudal pemberontak di Ibu Kota Saudi.
Arab Saudi menuduh saingannya Iran menyelundupkan rudal ke Houthi, tuduhan yang dibantah oleh Teheran.
Arab
Saudi sejak Maret 2015 memimpin koalisi negara-negara Arab yang
berjuang untuk menggulingkan kelompok Houthis di Yaman dan mengembalikan
pemerintahan Yaman yang diakui internasional.
Hampir 10.000 orang telah tewas dalam konflik itu, dalam apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
RAMALLAH
- Palestina mengecam keinginan Presiden Donald Trump untuk menghadiri
upacara pembukaan gedung kedutaan AS di Yerusalem bulan depan. Palestina
menganggap hal tersebut sebagai pelanggaran mencolok.
"Trump
telah melakukan kesalahan besar selama masa jabatannya terkait Palestina
dalam masalah Yerusalem, pengungsi, negara Palestina dan hak-hak rakyat
Palestina," ujar Penasehat Menteri Luar Negeri Presiden Palestina
Mahmoud Abbas, Nabil Shaath.
Dia mengatakan kepada stasiun radio
resmi Palestina Voice of Palestine bahwa kesalahan-kesalahan itu telah
didiskualifikasi dan mengakhiri peran AS secara sepihak dalam proses
perdamaian dengan Israel sejak 1991.
Dia menegaskan kembali bahwa
AS harus bertindak sesuai dengan kerangka multilateral internasional
yang berkomitmen terhadap Piagam PBB dan hukum internasional.
"Jika tidak, tidak akan ada peran nyata bagi Amerika Serikat dalam proses perdamaian mendatang," tegasnya seperti dikutip dari Xinhua, Minggu (29/4/2018).
Shaath
juga mengatakan perubahan keseimbangan kekuatan dunia telah menyebabkan
berakhirnya peran AS, karena Washington bukan lagi penguasa dunia dan
bahwa ada kekuatan Eropa, Rusia, Cina, India dan Brasil yang membentuk
kerangka multilateral kerangka.
Sebelumnya, Trump mengatakan
bahwa ia "boleh pergi" ke kedutaan AS di Yerusalem yang dijadwalkan
dibuka 14 Mei, menandai peringatan ulang tahun kemerdekaan Israel yang
ke-70.
Palestina sendiri telah menunjuk tanggal 15 Mei, sehari setelah kemerdekaan Israel, sebagai Hari Nakba atau Hari Malapetaka.
CB, Jakarta - Presiden
Rumania, Kalus Iohannis minta Perdana Menteri Viorica Dancila
mengundurkan diri setelah dia merencanakan memindahkan kantor kedutaan
besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Dancila
tidak bisa mengendalikan kantor Perdana Menteri dan membuat pemerintah
Rumania bermasalah," kata Iohannis dalam sebuah pernyataan yang diterima
Al Jazeera, Jumat, 27 April 2018. "Saya meminta Dancila mengundurkan diri dari kantor Perdana Menteri," lanjutnya.
President Rumania Kalus Iohannis (kanan) dan Perdana Menteri Viorica Dancila (kiri) [File: AP]
Sebelum membuat pernyataan, Iohannis memanggil Dancila untuk sebuah
pertemuan di kediaman resmi kepresidenan di Istana Cotroceni. "Namun,
dia menolak bertemu presiden," tulis Romania Journal.
Pemanggilan
tersebut terkait dengan komplain Iohannis yang menganggap Dancila tidak
berkonsultasi dengan dia untuk membicarakan masalah memorandum rahasia
mengenai kebijakan luar negeri. Hal itu dianggap sebagai sebuah
pelanggaran konstitusi.
"Dalam konstitusi negara disebutkan bahwa
seluruh kepentingan Rumania harus dibicarakan antara Perdana Menteri dan
Presiden," ucapnya melalui pernyataan.
Menurut berbagai laporan,
yang dimaksud memorandum rahasai itu adalah masalah rencana pemindahan
kantor Kedutaan Besar Rumania dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Seorang
pejalan kaki berjalan melewati kedutaan besar Amerika Serikat di Tel
Aviv, Israel, Senin (5/8). Penutupan kantor kedutaan AS di Timur Tengah
dan Afrika diperpanjang seminggu sebagai tindakan pencegahan setelah al
Qaeda mengeluarkan ancaman pada hari Minggu (4/6). REUTERS/ Nir Elias
Kekecewaan
Iohannis lainnya adalah ketika dia minta penjelasan dari Dancila
mengenai kunjungannya ke Israel karena tidak ada mandat dari kantor
kepresidenan, tak mendapatkan respon. "Saya tidak pernah mendengar
Perdana Menteri Rumania berkunjung ke luar negeri, bahkan saya tidak
mengetahui apa yang dia lakukan di sana," ungkapnya.
Rumania melalui salah seorang anggota partai berkuasa, Livieu Dragnea, mengatakan kepada televisi ANTENA 3 bahwa Rumania akan memindahkan kantor Kedutaan Besar ke Yerusalem mengikuti jejak Amerika Serikat, Guatemala dan Honduras.
Keputusan
Rumania ini disambut gembira oleh Israel. Perdana Menteri Benjamin
Netanyahu mengatakan kepada sejumlah diplomat internasional di
kediamanya di Yerusalem,
Kamis, 19 April 2018, banyak negara yang akan memindahkan Kedutaan
Besarnya ke Yerusalem. "Israel akan memberikan hadiah khusus kepada 10
negara pertama yang memindahkan kedutaannya," kata Netanyahu.
CB, Jakarta - Parlemen Jerman, Kamis, 26 April 2018, menyiapkan Rancangan Undang-Undang pengakuan terhadap Israel sebagai Negara Yahudi. Dalam RUU tersebut dinyatakan, solusi dua negara satu-satunya jalan keluar untuk mengakhiri konflik Palestina-Israel.
"Keamanan
dan kedaulatan Israel adalah kunci bagi kebijakan luar negeri serta
keamanan Jerman," bunyi salah satu butir isi RUU sebagaimana dikutip Middle East Monitor, Jumat, 27 April 2018.
Kanselir
Jerman dan pemimpin Partai Demokratis Kristen (CDU) Angela Merkel, saat
memasukan surat suara dalam pemilu di Berlin, Jerman, 24 September
2017. REUTERS/Kai Pfaffenbach
Tiga penguasa parlemen Jerman terdiri dari Partai Kristen dan Uni
Demokratik pimpinan Kanselir Angela Merkel, Partai Sosialis dan Partai
Demokratik Bebas mengajukan RUU tersebut bersamaan dengan ulang tahun
ke-70 berdirinya negara Israel.
RUU tersebut juga menetapkan bahwa
pemerintah Jerman bersama masyarakat internasional harus bekerja sama
mendukung solusi dua negara. "Satu-satunya solusi menyelesaikan konflik
Timur Tengah adalah ditekankan pada msalah Israel, Yahudi, demokrasi dan
kemerdekaan berdirinya Palestina sebagai sebuah negara."
Perdana
Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri pertemuan partai Likud di
Knesset, Parlemen Israel, Jerusalem, Israel, Senin (13/2). REUTERS/Baz
Ratner
Sebelumnya, dalam sebuah sidang kontroversial pada
2014, parlemen Israel menyetujui RUU Negara Yahudi karena dapat
meningkatkan diskiriminasi terhadap warga Arab di daerah pendudukan
Palestina. RUU tersebut sempat ditentang sejumlah menteri.
Times of Israel,
mengambarkan bahwa RUU Negara Yahudi tersebut merupakan sesuatu yang
sangat kontroversial. "Para anggota kabinet berdebat membahas RUU di
ruang tertutup, namun teriakan mereka cukup keras sehingga dapat
didengar wartawan yang berada di lorong masuk."
Berpidato di depan anggota kabinetnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan "Israel
adalah Yahudi, negara nasionalis rakyat Yahudi yang memiliki kesamaan
hak bagi seluruh warga negara. Menurutnya, "Israel adalah rumah bagi
warga Yahudi."
CB, SINGAPURA
-- Negara-negara anggota ASEAN telah meminta Indonesia sebagai negara
koordinator Kemitraan Komprehensif Ekonomi Kawasan (RCEP) dapat segera
menyelesaikan negosiasi dengan enam negara mitra, yakni Australia, Cina,
India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
"Kita sebagai country coordinator,
semua meminta kita bisa menyelesaikan pembahasan RCEP di masa
kepemimpinan Singapura, jadi kita mau mengupayakan semaksimal mungkin
untuk finalize RCEP," kata Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita di Hotel Shangrila, Singapura, Sabtu (28/4).
Mendag hadir sebagai ketua delegasi Pertemuan Dewan Komunitas
Ekonomi ASEAN (AEC) ke-16 sekaligus mendampingi Presiden Joko Widodo
dalam berbagai pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-32 ASEAN di
Singapura.
Menanggapi permintaan negara-negara
anggota ASEAN tersebut, Enggar mengatakan Indonesia akan bekerja
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan negosiasi, namun semua anggota
harus sepakat terlebih dulu agar perhimpunan tersebut memiliki nilai
tawar yang bulat dalam negosiasi dengan enam negara mitra.
"Saya push lagi,
sekali kita ASEAN sepakat maka jangan pernah dalam pembicaraan itu kita
kembali lagi bicara di antara ASEAN, jadi kita harus ada ASEAN paper dulu, ada kesepakatan ASEAN, karena ASEAN adalah inisiator dari RCEP itu," tuturnya.
Sebagai
tindak lanjut, ASEAN plus enam negara akan melakukan pertemuan di
Jepang pada Juli 2018 untuk segera membuat finalisasi RCEP. RCEP mulai
diadopsi sepuluh anggota ASEAN secara bertahap sejak KTT Ke-21 ASEAN di
Pnom Penh, Kamboja, pada 2012, dan negosiasinya dimulai pada awal 2013.
Kemitraan
regional tersebut bertujuan mencapai hubungan ekonomi yang saling
menguntungkan di antara negara anggota ASEAN dan mitra dagang ASEAN.
Para pemimpin di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-32 ASEAN di Singapura 2018 (Biro Pers Istana Kepresidenan)
Singapura (CB) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-32
ASEAN menghasilkan tiga dokumen tanpa ada satu pun yang menyebutkan
kesepakatan untuk mengatasi isu kemanusiaan Rohingya.
Ketiga dokumen tersebut disampaikan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien
Loong sebagai ketua ASEAN 2018 di Hotel Shangri-La, Singapura, Sabtu.
Ketiga dokumen hasil tersebut adalah Pernyataan Pemimpin ASEAN tentang
Kerja Sama Keamanan Siber, Nota Konsep Jaringan Kota Pintar ASEAN (ASCN)
dan Visi Pemimpin untuk ASEAN yang Berketahanan dan Inovatif.
Dari ketiga dokumen hasil tersebut hanya pada Visi Pemimpin ASEAN
sedikit disebutkan ada poin ke sepuluh tentang pentingnya penghormatan
Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar.
Poin tersebut menyebutkan "ASEAN menekankan kembali komitmen untuk
memajukan dan melindungi HAM dan kebebasan dasar yang sejalan dengan
Deklarasi HAM ASEAN (AHRD) dan Pernyataan Phnom Penh tentang Adopsi AHRD
dan juga instrumen internasional tentang HAM yag diikuti negara-negara
anggota ASEAN.
Padahal, berbagai pihak, termasuk dari Komisi Antarpemerintahan ASEAN
untuk HAM (AICHR) dan Parlemen ASEAN untuk HAM(APHR), telah menyampaikan
seruan kepada para pemimpin ASEAN agar dapat menghasilkan pernyataan
yang kuat agar ASEAN dapat segera bertindak mengatasi masalah
kemanusiaan Rohingya.
Kepala Pusat Studi ASEAN The Habibie Center Ibrahim Almuttaqi
menyayangkan para pemimpin ASEAN membatasi diri dengan hanya
menghasilkan tiga dokumen hasil, padahal ada isu krisis kemanusiaan
Rohingya yang mendesak untuk diatasi di kawasan Asia Tenggara.
Ibrahim berpendapat bahwa ketidakhadiran Aung San Suu-Kyi di KTT ASEAN
seharusnya dapat dimanfaakan para pemimpin ASEAN lainnya untuk
mengeluarkan pernyataan yang lebih kuat terkait penyelesaian krisis
kemanusiaan Rohingya.
"Sayangnya, di bawah keketuaan Singapura keinginan kita untuk
mendapatkan penyampaian yang jelas tentang perlindungan hak asasi
manusia terlalu terpecah-pecah dan pada akhirnya terlewatkan," kata dia.
Sementara itu, dua dokumen lainnya, yakni Pernyataan Pemimpin ASEAN
tentang Kerja Sama Kemananan Siber dan ASCN bersifat lebih praktis
sebagai panduan bagi kerja sama internal negara-negara anggota di bidang
keamanan siber dan pembangunan jaringan kota pintar melalui berbagai
program.
Warga etnik Kachin mengantre untuk memberikan suaranya dalam pemilu Myanmar di Kota Kachin, utara Myanmar beberapa waktu lalu.
Foto: EPA/Seng Mai
PBB melaporkan sejak awal April, ada sekitar 4.000 warga etnis Kachin yang mengungsi
CB, YANGON
-- Ribuan warga etnis Kachin di Myanmar utara terpaksa meninggalkan
kampungnya dan mengungsi. Ini merupakan dampak dari pertempuran terbaru
antara Kachin Independent Army (KIA) dengan militer Myanmar.
Pertempuran
antara gerilyawan KIA dengan militer Myanmar kembali memanas. Militer
Myanmar dilaporkan membombardir basis-basis para gerilyawan dengan
serangan udara dan artileri. Hal ini menyebabkan warga sipil di negara
bagian Kachin mengungsi.
PBB melaporkan sejak awal April hingga saat ini, terdapat
sekitar 4.000 warga etnis Kachin yang telah meninggalkan rumahnya dan
mengungsi. Selain itu, muncul pula kekhawatiran tentang terperangkapnya
warga sipil di daerah-daerah yang berkecamuk dekat perbatasan Cina. Hal
ini menjadi perhatian PBB.
"Perhatian terbesar kami
adalah keselamatan warga sipil, termasuk wanita hamil, orang tua,
anak-anak, dan orang-orang difabel. Kami harus memastikan orang-orang
ini dilindungi," ujar Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan
Kemanusiaan (OCHA), dikutip laman BBC, Sabtu (28/4).
Etnis
Kachin, yang mayoritas beragama Kristen, telah berjuang untuk
mendapatkan otonomi yang lebih besar di Myanmar sejak 1961. Militer
Myanmar sendiri sempat menyepakati gencatan senjata dengan KIO. Namun
kesepakatan tersebut hancur pada 2011. Pertempuran yang sempat mereda
selama 17 tahun akhirnya meletup kembali.
Pada Rabu
(25/4), sebanyak 32 kelompok masyarakat sipil Kachin di Myanmar dan luar
negeri membuat sebuah surat bersama dan dikirim ke Dewan Keamanan PBB.
Mereka mendesak Dewan Keamanan agar mengambil tindakan terhadap militer
Myanmar yang dianggap berupaya melenyapkan identitas mereka.
Di
surat tersebut dijelaskan bahwa masyarakat Kachin telah mengalami
berbagai pelanggaran hak asasi manusia, mencakup pemindahan paksa,
pemerkosaan, penangkapan serta penahanan sewenang-wenang, dan eksekusi.
Hal ini telah berlangsung selama konflik bersenjata berlangsung di
Kachin.
"Jenis-jenis pelanggaran hak asasi manusia
ini bukan hal baru bagi masyarakat Kachin atau kelompok etnis lain di
Myanmar," kata kelompok masyarakat Kachin dalam suratnya.
"Militer
Myanmar telah menggunakan taktik ini untuk menanamkan rasa takut dan
kontrol dalam upayanya menghancurkan identitas etnis kita, menghancurkan
agama kita, menjajah tanah kita, dan mencuri sumber daya alam kita,"
kata kelompok tersebut menambahkan.
Kelompok
masyarakat sipil Kachin mendesak PBB agar segera menyeret Myanmar ke
Pengadilan Pidana Internasional. Sebab mereka menilai Pemerintah Myanmar
telah gagal melindungi komunitas etnis minoritas dari ancaman dan
serangan militernya.
AS menilai tidak ada perbaikan substansial pada Kesepakatan Nuklir Iran.
CB,
BRUSSELS -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo
menyatakan, Presiden Donald Trump belum membuat keputusan terkait apakah
AS akan keluar dari Kesepakatan Nuklir Iran. Namun, Trump tidak akan
mempertahankan kesepakatan tersebut kecuali bila ada perubahan yang
signifikan di dalamnya.
"Tidak ada perbaikan yang
substansial. Tidak ada yang mengatasi kekurangan dari kesepakatan itu,
dia (Trump) sepertinya tidak akan tetap berada dalam kesepakatan itu
setelah bulan Mei nanti," kata dia seperti dilansir Anadolu Agency, Sabtu (28/4).
Trump menganggap kesepakatan nuklir Iran 2015 itu "gila" dan
menjadi kesepakatan terburuk yang pernah dibuat. Dia juga memberikan
ancaman bahwa AS akan menarik diri dari kesepakatan tersebut.
Trump
menuturkan akan tetap dalam kesepakatan itu bila Washington dan sekutu
Eropanya menyinggung sisi kesepakatan yang tidak terkait dengan
perjanjian aslinya meliputi kegiatan regional Iran dan program rudal
balistiknya.
Trump memiliki tenggat waktu sampai 12
Mei nanti untuk memutuskan apakah dia akan terus memperpanjang sanksi
terhadap Iran. Beberapa negara, seperti Inggris, Prancis, Jerman, Uni
Eropa, Cina, dan Rusia melihat kesepakatan itu sebagai cara terbaik
untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Iran pun dengan tegas
membantah programnya dimaksudkan untuk mengembangkan senjata nuklir.
Trump
mengkritik kesepakatan nuklir 2015 yang secara efektif mencabut
beberapa sanksi Barat terhadap Iran sebagai imbalan atas pembatasan
program nuklirnya. Meski begitu, Inggris dan sekutu Eropanya, Perancis
dan Jerman berpendapat bahwa apa yang disebut Rencana Aksi Bersama
Komprehensif sedang berlangsung dan mencari cara untuk mengatasi
kekhawatiran Trump tentang aktivitas Iran yang lebih luas tanpa keluar
dari kesepakatan nuklir.
Berdasarkan usulan Presiden
Prancis, Emmanuel Macron, AS dan Eropa akan setuju memblokir kegiatan
nuklir Iran hingga 2025 dan seterusnya, untuk mengatasi program peluru
kendali balistik Iran dan menghasilkan persyaratan untuk penyelesaian
politik demi mengekang Iran di Yaman, Suriah, Irak dan Lebanon.
GAZA
- Kelompok Hamas yang berkuasa di Gaza menyalahkan pejabat Otoritas
Palestina atas percobaan pembunuhan Perdana Menteri Palestina Rami
Hamdallah pada 13 Maret lalu.
Melempar tuduhan atas serangan bom
pinggir jalan yang dilewati konvoi Hamdallah tampaknya akan memperdalam
perpecahan politik antara kelompok Hamas dan Presiden Palestina Mahmoud
Abbas yang didukung Barat.
Abbas menyalahkan serangan itu kepada
Hamas sesaat setelah insiden di Gaza, di mana Hamdallah, yang telah
memelopori upaya Otoritas untuk berdamai dengan Hamas, tidak terluka.
Namun
Eyad al-Bozom, juru bicara kementerian dalam negeri Hamas di Gaza,
mengatakan pada konferensi pers hari Sabtu bahwa tiga perwira senior
Otoritas Palestina yang bermarkas di Tepi Barat telah mendalangi ledakan
itu.
Al-Bozom mengatakan bahwa para pejabat Otoritas Palestina
yang dicurigai juga berada di belakang upaya untuk membunuh kepala
keamanan Hamas Tawfeeq Abu Naeem pada bulan Oktober di Gaza.
Tiga
orang yang diidentifikasi oleh Hamas sebagai tersangka yang terlibat
dalam pemboman itu tewas dalam baku tembak dengan pasukannya di Gaza
pada 22 Maret.
Kementerian Dalam Negeri Gaza mempresentasikan
video pengakuan oleh empat orang yang ditahan, yang dikatakan merupakan
bagian dari sel yang diarahkan oleh petugas Otoritas Palestina, yang
berbasis di Tepi Barat. Namun Hamas tidak memberikan bukti lebih lanjut.
Khalil
al-Hayya, wakil kepala Hamas di Gaza, mengatakan pada konferensi pers
terpisah bahwa para tersangka ingin membunuh rekonsiliasi.
Tudingan
Hamas itu pun di bantah oleh Otoritas Palestina. Seorang juru bicara
untuk layanan keamanan Otoritas menyalahkan Hamas atas ledakan 13 Maret.
"Semakin banyak Hamas mencoba untuk menghindari tanggung jawab, semakin tenggelam," kata Adnan al-Dmairi seperti dikutip dari Reuters, Minggu (29/4/2018).
Upaya
pembunuhan itu telah menggagalkan upaya untuk mengakhiri perbedaan yang
mendalam antara dua faksi utama Palestina; Hamas, yang mendominasi
Gaza, dan Fatah yang dipimpin oleh Abbas, kekuatan utama dalam Otoritas
Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel.
WASHINGTON
- Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Avigdor Lieberman mengatakan bahwa
Israel tidak ingin bertempur di Gaza atau Lebanon lagi, juga tidak akan
terlibat dalam perang Suriah. Ia menekankan bahwa ini adalah pendekatan
Israel pada saat ini.
Namun, Lieberman memperingatkan bahwa
negaranya tidak akan mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir atau
membangun pangkalan militer di Suriah yang akan mengancam stabilitas
Israel.
Berbicara selama seminar politik tentang situasi regional
di Timur Tengah yang diselenggarakan oleh Institut Washington untuk
Kebijakan Timur Dekat, Lieberman mengatakan bahwa Israel mencari solusi
komprehensif dengan dunia Arab untuk menyelesaikan masalah Palestina.
Dia
menekankan, di sisi lain, bahwa tidak ada perdamaian, dan tidak ada
proses perdamaian. Lieberman ingin menunjukkan bahwa konflik
sesungguhnya bukan antara Israel dan Palestina, tetapi antara Israel dan
dunia Arab.
“Orang-orang Palestina tidak memiliki kemampuan
untuk menandatangani perjanjian saja. Tidak ada Otoritas Palestina saat
ini, tetapi faksi yang berbeda di lapangan di tempat yang berbeda,”
katanya seperti dikutip dari Asharq Al-Awsat, Minggu (29/4/2018).
Lieberman
melanjutkan dengan mengatakan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak
realistis, tetapi ilusi. "Masalah terbesar di Timur Tengah bukan Israel,
tetapi masyarakat Arabnya," cetusnya.
Lieberman menekankan bahwa
negaranya tidak ingin berperang di Gaza atau Lebanon, atau terlibat
dalam perang Suriah, tetapi ingin hidup dalam damai. Ia menambahkan
bahwa tujuan Israel pada saat ini adalah untuk mengembangkan keamanan,
ekonomi dan masyarakat.
Mengenai masalah Iran, Lieberman
mengatakan bahwa Israel tidak akan mengizinkan Teheran dan rezim Iran
untuk memiliki senjata nuklir. Israel juga tidak mengizinkan Iran
membangun pangkalan militer atau pesawat tempur di Suriah yang mengancam
keamanan Israel.
Ia berharap bahwa Iran memiliki intelijen yang diperlukan untuk tidak memprovokasi Israel dan menciptakan konflik baru.
"Kami tidak punya ambisi untuk menyakiti Iran," tukasnya.
Israel tidak ingin terlibat dalam persoalan krisis Suriah.
CB,
WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman menegaskan
kembali pihaknya tidak akan mengizinkan Iran mendirikan pos militer di
Suriah karena akan mengancam negaranya. Ia juga mengatakan Israel tidak
ingin terlibat dalam persoalan krisis Suriah.
"Apa
masalah kita, dan apa yang kami tidak izinkan bagi Iran aalah mendirikan
pos militer di Suriah untuk melawan Israel," kata dia seperti dilansir Anadolu Agency, Ahad (29/4).
Markas militer yang dimaksud seperti pusat angkatan laut, atau
beberapa pangkalan untuk melakukan operasi darat. Semua jenis pangkalan
militer, tidak diizinkan oleh Israel untuk didirikan di Suriah.
"Saya
kira ini menjadi posisi kami yang sudah dijelaskan kepada semua orang
di dunia, kami punya kemauan politik dan tekad untuk melindungi diri
kami sendiri," ucap dia.
Bila pangkalan militer Iran
di Suriah menjadi ancaman bagi Israel, kata Lieberman, pihaknya tidak
akan segan-segan menghancurkannya. Ia juga menegaskan bahwa Israel sama
sekali tidak ingin berperang dengan Iran.
"Namun
jika Iran menyerang Tel Aviv, Israel juga akan menghantam Teheran,"
ujarnya. Menurut Lieberman, tentu Iran sudah cukup pintar untuk tidak
memprovokasi Israel dan memincu konflik baru.
Lieberman
mengungkapkan, sejauh ini Iran telah menghabiskan dana sebesar 13
miliar dolar AS untuk kepentingan pengaruhnya di Suriah. "Iran
menyalurkan dana sebesar 2 miliar dolar AS kepada Hizbullah Lebanon,
Hamas, Gerakan Jihad Islam, dan kelompok teror lainnya setiap tahun,"
papar dia.
Sebelumnya, Lieberman juga mengancam akan
menyerang sistem pertahanan anti-pesawat Rusia di Suriah. "Yang
terpenting, sistem pertahanan yang dipasok Rusia ke Suriah tidak
digunakan untuk melawan kami. Satu hal yang harus jelas, jika seseorang
menembak ke pesawat kami, kami akan menghancurkannya," ungkap Lieberman.
[ilustrasi] Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).
Foto: AP Photo/Adel Hana
Serangan Israel terjadi pada Sabtu (28/4) waktu setempat.
CB,
GAZA -- Kelompok Hamas Palestina menyalahkan Israel atas serangan
pesawat tempur dari pasukan militer Israel terhadap beberapa target
militer Hamas dan dua kapal milik polisi maritim di Gaza. Serangan
Israel ini terjadi pada Sabtu (28/4) waktu setempat.
Juru
Bicara Hamas, Fawzi Barhoum mengatakan, serangan Israel tersebut
terjadi mulai dari Jumat (27/4) malam. Menurutnya, itu juga mencerminkan
militer Israel sedang kalut dalam menghadapi aksi demonstrasi yang
terjadi saat ini.
"Pemboman Israel mencerminkan kebingungan di pihak Israel atas
kegagalannya menghadapi aksi-aksi demonstrasi yang menentang pendudukan
Israel di Palestina," kata dia seperti dilansir Anadolu Agency, Sabtu (28/4).
Barhoum
melanjutkan, Hamas akan terus melancarkan berbagai upaya untuk mencapai
tujuannya. Adanya serangan Israel, tidak akan melunturkan semangat para
demonstran.
"Orang-orang kami akan terus berlanjut
sampai tujuannya tercapai. Eskalasi musuh tidak akan membuat apa pun
selain membuat demonstran lebih kuat," katanya.
Di
sisi lain, militer Israel dalam sebuah keterangannya menyatakan
serangan dengan pesawat tempur itu merupakan respons dari adanya upaya
penyusupan dari pihak Palestina. Ketegangan di sepanjang perbatasan Gaza
makin meningkat seiring adanya aksi-aksi demonstrasi yang menentang
pendudukan Israel.
Aksi-aksi tersebut juga menuntut
kembalinya para pengungsi ke rumah-rumah mereka di Palestina. Sedikitnya
46 orang Palestina telah tewas dan ratusan lainnya terluka oleh
tembakan Israel sejak aksi unjuk rasa dimulai pada akhir Maret lalu.
Unjuk
rasa itu merupakan bagian dari protes selama enam pekan yang akan
mencapai puncaknya pada 15 Mei mendatang. Hari itu akan menandai ulang
tahun ke-70 pendirian Israel, sebuah acara yang oleh orang Palestina
disebut sebagai "Nakba" atau "Malapetaka".
Seorang warga Suriah melintas di sebuah mobil yang
hancur usai pertempuran antara oposisi dan militer Suriah di kawasan
kamp pengungsian Palestina di Yarmuk, Suriah.
Foto: Abbas Kecam Serangan Suriah ke Kamp Pengungsi Palestina, Yarmouk
Pengungsi Palestina melarikan diri setelah operasi militer meningkat di Suriah.
CB, DAMASKUS -- Sebanyak 3.500 warga Palestina diperkirakan telah melarikan diri dari camp
pengungsian Yarmouk di Suriah. Menurut UNRWA, mereka melarikan diri
setelah Pemerintah Suriah meningkatkan operasi militernya di wilayah
Damaskus selatan.
Yarmouk telah dikepung oleh
Pemerintah Suriah dan kelompok oposisi sejak 2013. Kamp itu pernah
menjadi rumah bagi hampir 200 ribu orang pengungsi, di antaranya
pengungsi dari Palestina, Suriah, dan negara lain.
"Tokoh-tokoh kejam itu menceritakan kisah tragis mereka
sendiri, tentang penghancuran pengungsi yang dulu berkembang, sekarang
menderita," kata Chris Gunness, juru bicara UNRWA, badan PBB yang
bertanggung jawab atas pengungsi Palestina, kepada Aljazirah.
"Banyak
yang tidur di jalanan dan memohon untuk mendapatkan obat. Hampir tidak
ada air atau listrik. Penderitaan mereka tidak terbayangkan," kata
Gunness.
Pada 19 April lalu, Pemerintah Suriah dan
kelompok-kelompok bersenjata yang menjadi sekutunya, termasuk beberapa
faksi Palestina, meluncurkan serangan militer yang menargetkan Yarmouk
dan daerah-daerah sekitarnya untuk menghancurkan militan. Para militan
yang ada di Yarmouk adalah ISIS dan Hay'et Tahrir al-Sham (HTS), yang
sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra.
Pemerintah
Suriah dituduh melakukan serangan udara yang intens dengan menggunakan
bom barel, rudal, dan granat. Hingga Jumat (27/4), sedikitnya 31 orang
telah tewas selama satu pekan, menurut Action Group for Palestinians of
Syria yang berbasis di Inggris.
Di dalam kamp Yarmouk saat
ini tidak ada rumah sakit atau fasilitas medis yang beroperasi.
Dilaporkan 60 persen dari Yarmouk telah dihancurkan. "Kami menyerukan
pada semua pihak dalam konflik ini untuk mengambil langkah-langkah guna
menyelamatkan warga sipil dan infrastruktur sipil," kata Gunness.
"Dan
kami meminta warga sipil yang terluka dan sakit untuk pergi ke tempat
yang aman. Kami juga sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk
didistribusikan," ujarnya.
Gunness mengatakan,
kelompok-kelompok bersenjata dan pasukan pemerintah harus menghormati
hukum internasional setiap saat. Sebelum perang di Suriah pecah pada
Maret 2011, sekitar 560 ribu pengungsi Palestina telah tinggal di
kamp-kamp di seluruh Suriah. "Dengan adanya pertempuran babak terbaru,
jumlah pengungsi Palestina yang tersisa di kamp Yarmouk bisa jadi hanya
tinggal beberapa ratus," ujar Gunness.
Dalam laporan
bersama yang diterbitkan pekan lalu, Action Group for Palestinians of
Syria mengatakan kamp Yarmouk telah ditargetkan dengan dua serangan
udara setiap 90 detik selama pertempuran berlangsung. Pada Jumat (27/4),
media pemerintah Suriah SANA mengatakan operasi itu bertujuan
untuk menghancurkan teroris di Yarmouk dan daerah sekitarnya, termasuk
al-Hajar al-Aswad dan Yelda.
Yarmouk bukan satu-satunya
kamp pengungsi Palestina yang menderita kekerasan selama perang. Awal
bulan ini, bentrokan antara pasukan Pemerintah Suriah dan
kelompok-kelompok oposisi bersenjata juga menyebabkan banyak korban
jatuh di kamp Deraa.
Penduduk kamp tersebut selain menjadi
korban bentrokan, juga menderita kekurangan layanan kemanusiaan dasar
dan mendapatkan pemotongan pasokan air secara berkala hingga 1.475 hari.
MOSKOW
- Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev mendukung gagasan
mengkriminalisasi warga atau entitas Rusia yang mematuhi sanksi yang
dijatuhkan Amerika Serikat (AS). Hal itu dikatakan Medvedev dalam sebuah
wawancara dengan stasiun televisi Rusia.
Washington
memberlakukan sanksi terhadap beberapa perusahaan dan pengusaha terbesar
Rusia pada tanggal 6 April. Sanksi yang menyerang sekutu Presiden
Vladimir Putin itu untuk menghukum Moskow karena dugaan ikut campur
dalam pemilihan presiden AS 2016 dan kegiatan lain yang disebut jahat.
Ditanya
tentang proposal yang disusun oleh majelis rendah parlemen Rusia untuk
mengkriminalisasi mereka yang mematuhi sanksi AS, Medvedev mengatakan
sanksi itu ditujukan untuk menghancurkan sistem sosio-politik Rusia dan
merugikan ekonomi dan individu.
“Jika memang demikian, maka
penerapan sanksi ini oleh warga negara kita harus menjadi suatu
pelanggaran. Tidak ada yang mempunyai hak untuk menaati sanksi Amerika
ini karena takut harus mengambil tanggung jawab administratif atau
pidana,” katanya seperti dilansir dari Reuters, Minggu (29/4/2018).
Medvedev
juga mengatakan bahwa pemerintah harus mendukung perusahaan-perusahaan
Rusia yang dijatuhi sanksi untuk memastikan bahwa pekerjaan mereka tidak
hilang.
Berbicara tentang masalah lain, dia mengatakan bahwa Rusia berada di ambang pembuatan keputusan untuk menaikkan usia pensiun.
Mengomentari
rencananya sendiri untuk masa depan, ia mengatakan ingin terus bekerja
dalam peran yang membawa manfaat maksimal bagi negaranya.
MOSKOW
- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, Amerika Serikat
(AS) berusaha untuk membagi Suriah. Ia juga menyebut serangan rudal AS
dan sekutunya baru-baru ini memperburuk situasi.
"Pernyataan AS
tentang mendukung integritas teritorial Suriah hanyalah kata-kata yang,
tampaknya, mencakup rencana untuk memformat Timur Tengah dan rencana
untuk membagi Suriah menjadi beberapa bagian," ujar Lavrov seperti
dikutip dari ABC News, Sabtu (28/4/2018).
Hal itu
diungkapkan Lavrov selama pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran
Mohammad Javad Zarif dan Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu.
Rusia, Iran, dan Turki adalah negara penjamin dalam apa yang disebut
"proses Astana" yang bertujuan mengakhiri perang di Suriah.
Ketiganya sepakat untuk mengintensifkan upaya untuk menyediakan bantuan kemanusiaan di Suriah.
"Kami
akan memastikan bahwa bantuan ini diberikan dengan cara yang paling
efektif. Kami akan bekerja sama dengan pemerintah, oposisi dan tentu
saja dengan rekan-rekan kami di PBB, Palang Merah Internasional, Bulan
Sabit Merah Suriah dan organisasi internasional lainnya," tutur Lavrov.
Kelompok
bantuan internasional berulang kali menuduh pemerintah Suriah, yang
bersekutu dengan Rusia dan Iran, mencegah pengiriman bantuan ke
daerah-daerah yang dikepung dan dikuasai pemberontak.
Lavrov juga
mengulangi pernyataan Rusia bahwa dugaan serangan senjata kimia di kota
Douma awal bulan ini adalah "dalih yang dibuat-buat" untuk serangan
rudal oleh AS, Inggris dan Prancis.
Para menteri ketiga negara
mengeluarkan pernyataan bersama yang mengutuk serangan kimia dan
mengatakan setiap laporan tentang penggunaannya harus diselidiki secara
cepat dan profesional oleh Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia. Tim
OPCW sendiri berulang kali tertunda dalam upaya untuk mencapai Douma
guna menyelidiki dugaan serangan yang dilaporkan.
Sementara itu,
Cavusoglu mengkritik AS karena mendukung milisi utama Kurdi Suriah, yang
memainkan peran kunci dalam menggulingkan kelompok ISIS dan sekarang
menguasai sebagian besar Suriah utara dan timur. Turki memandang pejuang
Kurdi sebagai perpanjangan tangan dari pemberontak Kurdi yang mengamuk
di tenggara negara itu.
"Hari ini, AS mendukung organisasi teroris, dan ini harus dihentikan," kata Cavusoglu.
Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un saat melakukan lawatan ke China. (KCNA/via Reuters)
Jakarta, CB -- Pemimpin tertinggi Korea
Utara Kim Jong-un berjanji mengundang pejabat terkait dan wartawan di
Amerika Serikat untuk melihat lebih dekat tempat ujicoba nuklir di
negaranya, seperti yang dikatakan oleh juru bicara pemerintahan Korea
Selatan pada Minggu (29/4)
"Kim mengatakan bahwa ia akan segera
menutup tempat ujicoba nuklir pada Mei, sehingga ia mengundang pihak
terkait dari Korea Selatan dan AS untuk menjadi saksi mata terkait
transparasi yang akan dilakukan," kata Yoon Young-chan.
Hal tersebut, lanjut dikatakan Yoon, disebut Kim dalam pertemuannya dengan Presiden Korsel Moon Jae-in pada Jumat (27/4).
Mengenai
pertemuan bersejarah tersebut, pejabat intelijen Korsel Suh-hoon tak
kuasa menahan air matanya setelah Kim dan Presiden Korsel, Moon Jae-in
mengumumkan kesepakatan bersejarah yang bakal mengakhiri Perang Korea,
Deklarasi Panmunjom, Jumat (27/4).
Hasil kerja kerasnya selama dua dekade telah berbuah nyata. Setidaknya untuk langkah pertama.
Hampir 18 tahun lalu Suh Hoon melakukan perjalanan ke Pyongyang untuk pertama kalinya.
Kala itu, misinya adalah membujuk Kim Jong-il pemimpin Korut kala itu agar mau bertemu Presiden Kim Dae-jung.
Ayah
Kim Jong-un itu akhirnya setuju, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Inter-Korea untuk pertama kalinya sejak Perang Korea itu pun digelar di
Pyongyang, 13 Juni 15 Juni 2000.
Kini, dia menyaksikan putra Kim
Jong-il, menjanjikan perdamaian di Semenanjung Korea. Pertemuan Kim dan
Moon di Desa Gencatan Senjata atau Desa Perdamaian, Pamunjom
menggoreskan sejarah lainnya.
Untuk pertama kalinya, pemimpin
Korea Utara menginjakkan kaki di Korsel, sejak Perang Korea yang
membelah wilayah itu dan membiarkannya dalam kondisi konflik selama
lebih dari 70 tahun terakhir.
Bahkan, Kim pun berkomentar,
"ternyata mudah ya, mengapa perlu waktu 11 tahun untuk melakukannya.'
lalu mengajak Moon melakukan hal yang sama, menjejakkan kaki pertama
kali di tanah Korea Utara.
Presiden Korea Selatan dan pemimpin
Korea Utara Kim Jong Un berjalan bersama di desa gencatan senjata
Panmunjom di dalam zona demiliterisasi yang memisahkan dua Korea, Korea
Selatan, Jumat (27/4/2018). (Korea Summit Press Pool/Pool via Reuters)
Seoul (CB) - Air mata menetas dari seorang pria ketika
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un
mengumumkan perjanjian bersejarah Jumat ini. Pria ini adalah orang
selama dua puluh tahun tanpa lelah mengupayakan dialog antara dua negara
bersaudara tapi bermusuhan itu.
Hampir 18 tahun setelah Suh Hoon, seorang pejabat intelijen Korea
Selatan, mengunjungi Pyongyang untuk membujuk pemimpin Korea Utara saat
itu Kim Jong Il untuk menghadairi KTT pertama yang tak pernah terjadi
sebelumnya di ibu kota Korea Utara pada 2000, dia menyaksikan putra Kim
mengikrarkan janji perdamaian di Semenanjung Korea, Jumat, yang kali ini
disampaikan di sebelah selatan daerah perbatasan yang dijaga ketat
militer.
Jumat itu adalah pertama kalinya seorang pemimpin Korea Utara
menginjakkan kaki di bumi Korea Selatan sejak Perang Korea 1950-1953
yang telah membagi Korea menjadi dua negara yang secara teknis masih
berstatus perang.
Tonggak bersejarah itu terjadi sejak kurang dari satu tahun setelah
Presiden Korea Selatan Moon yang liberal mulai berkuasa dan langsung
memilih Suh sebagai kepala Dinas Intelijen Nasional dengan alasan orang
ini adalah orang yang tepat untuk menghidupkan lagi hubungan dua Korea
yang menegang akibat ambisi peluru kendali nuklir Korea Utara.
"Adalah terlalu prematur membahas pertemuan antar Korea berikutnya,"
kata Suh kepada wartawan tahun lalu setelah ditunjuk sebagai kepala
intelijen negaranya. Dia sudah mundur dari badan intelijen itu pada 2008
ketika pemerintahan konservatif yang berkuasa di Korsela. "Tapi kita
membutuhkan pertemuan itu."
Suh, yang secara pribadi membantu pertemuan dua pemimpin Korea
sebelumnya pada 2000 dan 2007, dianggap sebagai pakar utama Korea
Utara. Dia dikenal sebagai orang Korea Selatan yang paling seri bertemu
dengan mendiang pemimpin Korea Utara Kim Jong Il.
Lee Jong-seok, mantan menteri unfikasi yang mengunjungi Pyongyang
bersama Suh pada 2003 sebagai utusan khusus presiden Korsel saat itu Roh
Moo-hyun, menyebut Suh the "Negosiator Nomor Satu dengan Korea Utara"
dalam memoarnya pada 2014.
Suh (64) yang pernah tinggal di Korea Utara selama dua tahun pada akhir
1990-an, terlibat dalam rencana membangun reaktor nuklir sebagai bagian
dari kesepakatan internasional 1994 guna membekukan program nuklir
Pyongyang. Kesepakatan itu akhirnya ambruk.
"Dia datang dengan sudah terlebih dahulu tahu bagaimana negosiasi
bekerja dan apa yang harus dilakukan, dan Moon memberi dia tuntunan
politik yang tegas," kata John Delury, pakar Korea Utara pada
Universitas Yonsei di Seoul.
Istana Kepresidenan Korsel menolak mengomentari peran Suh ini, sedangkan
dinas intelijen tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar soal Suh.
Pada Maret, dia menjadi bagian dari delegasi beranggotan 10 orang yang
mengunjungi Kim Jong Un di Pyongyang, sehingga menjadi salah seorang
dari para pejabat Korea Selaran yang bertemu Kim sejak berkuasa akhir
2011 menyusul kematian ayahandanya.
Pada pertemuan itu, Kim tidak hanya setuju bertemu dengan Moon namun
juga mengagetkan Suh dan anggota delegasi Korea Selatan lainnya bahwa
dia bersedia membahas denuklirisasi dengan Presiden AS Donald Trump.
Pernyataan ini menjadi pengawal untuk rencana mempertemukan kedua
pemimpin dua negara yang tidak pernah terjadi sebelumnya yang
kemungkinan diadakan pada akhir Mei atau awal Juni nanti.
Suh kemudian yang mengatur lawatan bos intelijen Amerika Serikat Mike
Pompeo ke Pyongyang guna bertemu dengan Kim Jong Un dari 31 Maret sampai
2 April, dan membentangkan kerangka kerja untuk rencana KTT AS dan
Korea Utara, kata pejabat AS.
Pompeo, yang kini menteri luar negeri AS, telah menciptakan hubungan
yang baik dengan Koim dan pertemuan mereka berjalan sangat lembut, kata
Trump.
"Saya kira jejaring kemanusiaan terlibat sangat dalam dalam
menyelenggarakan pertemuan-pertemuan ini," kata Moon Hong-sik, peneliti
pada Institut Strategi Keamanan Nasional di Seoul.
Moon menegaskan bahwa Suh tidak hanya berbungan dengan Pompeo, namun
juga dengan Kim Yong Chol yang mantan kepala dinas intelijen Korea
Utara dan sekarang mengetua hubungan antar-Korea.
Suh adalah salah satu dari dua pejabat yang dipilih Moon untuk ikut
berdialog dengan Kim Jong Un yang saat itu ditemani adiknya Kim Yo Jong
dan Kim Yong Chol.
Seo Yu-suk, peneliti pada Institut Studi Korea Utara di Seoul punya
kalimat penting untuk Suh bahwa tokoh utama intelijen Korea Utara
menjadi tergambar sangat jelas dalam pertemuan itu sebagai aktor yang
ounya peran sangat penting dalam pertemuan dua Korea, demikian Reuters.