Foto: Dana Aditiasari
Jakarta -Sampai saat ini, Indonesia belum
memiliki pabrik ban pesawat sendiri. Untuk kebutuhan ban pesawat,
Indonesia masih mengimpor dari beberapa negara produsen seperti Amerika
Serikat, Inggris, Perancis, dan Jepang. Bahkan untuk memperbaiki ban
pesawat atau vulkanisir juga belum mampu dilakukan di dalam negeri.
Untuk
mengejar ketertinggalan tersebut, Indonesia berencana membangun bengkel
vulkanisir ban pesawat terlebih dahulu. Untuk membangun bengkel
vulkanisir dibutuhkan
roadmap atau kerangka tujuan bersama dengan beberapa kementerian dan lembaga.
"
Roadmap, jadi rencana bersama untuk membuat langkah-langkah dengan
milestone-milestone
yang ada di dalamnya. Dengan pencapaian sampai ke tujuan akhir," kata
Program Manager Transportasi Airlines Kementerian Perhubungan, Alphada
kepada
detikFinance di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (25/5/2016).
Pembentukan
roadmap
membutuhkan andil dari beberapa kementerian dan lembaga terkait seperti
Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, dan juga Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Kalau ban pesawat dari Direktorat Kelaikan Udara Kementerian Perhubungan. Untuk pembinaan industrinya Kemenperin, untuk
research dan teknologinya sama BPPT," jelas Alphada.
Umur ban pesawat yang pada umumnya selama 3 bulan dan perlu divulkanisir atau
retrade
agar kembali normal. Batas sebuah ban pesawat melakukan vulkanisir
adalah sebanyak 3 kali dan kemudian setelahnya harus dilakukan
pergantian dengan ban yang baru.
Dengan adanya bengkel vulkanisir
ban pesawat di Indonesia, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan
vulkanisir dan impor ban pesawat dari luar negeri.
BPPT akan menjadi motor penggerak bagi terlaksananya pembangunan bengkel vulkanisir ban di dalam negeri.
"Mungkin kecenderungannya nanti BPPT akan jadi leader untuk mengkordinasikan semuanya," kata Alphada.
Pembangunan
bengkel vulkanisir ban pesawat dilakukan karena biaya yang cenderung
lebih murah. Ke depannya juga diharapkan akan dibangun industri ban
pesawat untuk memenuhi kebutuhan maskapai di Indonesia. BPPT juga sejak
tahun 2013 lalu telah melakukan penelitian untuk mengetahui struktur ban
pesawat terbang.
"Ini lebih mudah aja lebih murah aja. BPPT sudah mulai merintis sejak 3 tahun lalu," tutup Alphada.
Credit
detikfinance
Bengkel Pesawat RI Harus ke Thailand untuk Vulkanisir Ban
Foto: Bengkel Pesawat Garuda Indonesia (Dana Aditiasari/Detik)
Jakarta -Selama ini bengkel pesawat di dalam negeri belum mampu melayani permintaan vulkanisir atau
retrade ban pesawat. Akibatnya, proses vulkanisir harus dilakukan di luar negeri seperti di Thailand.
Untuk
mengurangi ketergantungan tersebut, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) tengah melakukan serangkaian proses sertifikasi
industri vulkanisir ban dan diperkirakan rampung 2017 mendatang.
Sedangkan pembangunan industri vulkanisir ban pesawat dalam negeri
diperkirakan dapat dibangun tahun 2019.
"Kita mungkin proses bikin sertifikasi
retrade ban
pesawat setahun jadi 2017. 2019 mungkin sudah bisa bangun," jelas
Kepala Pusat Teknologi Material BPPT, Lies A. Wisojodharmo saat Forum
Group Discussion Prospek Industri Ban Pesawat Terbang di Indonesia di
Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (25/5/2016).
Sedangkan
untuk membangun industri ban pesawat dibutuhkan waktu yang lebih lama
lagi lantaran perlu kajian lebih lanjut mengenai struktur dan detail
dari ban pesawat.
Penelitian yang dilakukan oleh BPPT ialah
meneliti struktur ban pesawat. Proses ini terbilang cukup panjang. BPPT
melalui Pusat Teknologi Material memulai penelitiannya sejak tahun 2013
lalu dengan membeli ban pesawat dari luar negeri.
Pada tahun 2014, BPPT mulai merumuskan struktur lapisan dari ban pesawat untuk mengetahui lapisan terluarnya.
"Awalnya kita memulai tahun 2013 melakukan
reverse.
Jadi kita beli ban baru dibelah terus kita lihat dalamnya. 2014 kita
coba memformulasikan dulu. Jadi kita memutuskan untuk membuat formula
retrade-nya dulu yang paling luar," jelas Lies.
Selama proses
reverse, BPPT mengukur tekanan ban dan mencoba meniru standar ban pesawat tersebut.
"Waktu
reverse kita mengukur tekanannya berapa jadi kita bikin formula
retrade untuk mencapai standarnya," tutur Lies.
Di
tahun ini, BPPT akan melakukan uji coba vulkanisir ban pesawat Garuda
Indonesia di Bandung dengan standar yang sudah diketahui BPPT
berdasarkan penelitiannya sejak 3 tahun lalu.
"Tahun ini kita udah dapat ban bekas dari Garuda, nanti mau kita
retrade.
Retrade-nya itu di Bandung," tutup Lies.
Credit
detikfinance