Polar
Satellite Launch Vehicle (PSLV) diluncurkan dari Satish Dhawan Space
Centre (SDSC) di Sriharikota, India tanggal 30 Juni 2014. Indian Space
Research Organization [ISRO] tengah menyiapkan Sistem Satelit Navigasi
Regional India [IRNSS], untuk membantu memberinya layanan navigasi
dukungan satelit. [AFP]
India semakin dekat untuk memiliki layanan pemosisian dan navigasi
yang didukung satelitnya sendiri untuk warga sipil dan penggunaan
strategis.
Sistem Satelit Navigasi Regional India [IRNSS] akan memiliki
jangkauan regional, meliputi daratan utama dan daerah sekitarnya seluas
1.500km, termasuk laut dan negara di sekelilingnya. Area kepentingan
strategis maritim yang dinyatakan India membentang dari Selat Hormuz di
bagian barat dan ke Selat Malaka di bagian timur.
Indian Space Research Organization [ISRO] tengah menyiapkan fasilitas berbasis antariksa dengan stasiun bumi di seluruh India.
Ini akan menjadi konstelasi tujuh satelit, tiga di antaranya telah
diluncurkan dalam 12 bulan terakhir, sementara yang keempat, bernama
IRNSS-1D, direncanakan akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Setelah satelit keempat ditempatkan di orbit, sistem akan mulai
dijalankan sehingga memungkinkan layanan seperti GPS di atas daratan
India. Tiga satelit lainnya akan diperluas untuk mencakup negara-negara
tetangga dan laut, seperti Teluk Benggala dan bagian utara Samudra
Hindia, termasuk Jalur Komunikasi Laut [SLOC] yang menjalari bagian
selatan Sri Lanka dan Selat Malaka yang secara strategis sangat penting.
“Pada pertengahan tahun 2015, IRNSS akan dapat memberikan layanan GPS kepada warga India sebagai penggunanya,”
New Indian Express mengutip ucapan K. Sivan, direktur Liquid Propulsion Systems Center dari ISRO.
Pusat ini akan menawarkan informasi kepada pengguna untuk beragam
aplikasi, seperti ponsel dan terestrial, navigasi udara dan marinir
serta penanggulangan bencana, kata Sivan.
“Tujuannya adalah menyediakan layanan pemosisian di wilayah India
dengan akurasi posisi mutlak yang lebih baik daripada 10 meter di darat,
20 meter di laut. IRNSS menyediakan dua layanan, yaitu Standard
Positioning Service [SPS] bagi pengguna sipil dan Restricted Service
[RS] untuk pengguna strategis,” menurut Menteri Dalam Negeri untuk
Kementerian Ilmiah dan Teknologi, Jitendra Singh, kepada Parlemen
tanggal 4 Maret.
Singh menyebutkan, peluncuran segera satelit keempat sebagai 'tonggak
prestasi', dan mengatakan bahwa "navigasi dan proses komunikasi akan
melakukan lompatan besar".
Masing-masing satelit memiliki bobot sekitar 1.380kg dan panel
solarnya membangkitkan 1.400W tenaga listrik. Tiap satelit dirancang
untuk masa pakai selama tujuh tahun. Beban muatannya akan terdiri atas
peralatan elektronik untuk membangkitkan sinyal navigasi dan jam atom
terpasang secara akurat. Sinyal navigasi dalam S-band diumpankan ke
antena susun berfase performa tinggi untuk cakupan yang diperlukan.
Terdapat rentang beban muatan yang terdiri atas transponder C-band yang
memfasilitasi penentuan akurat kisaran satelit.
ISRO telah menggunakan Polar Satellite Launch Vehicle [PSLV] untuk
meluncurkan satelit. PSLV dengan perpanjangan kisaran, kendaraan luncur
setinggi 44,4 meter dengan strap-on booster tambahan, digunakan oleh
India untuk misi ke bulan yang sukses pada tahun 2008 dan Misi Pengorbit
Mars [MOM] pada tahun 2014.
Peran kepemimpinan regional
India bertujuan untuk menawarkan layanan navigasinya kepada negara
tetangga SAARC, termasuk Afghanistan, Sri Lanka, Bangladesh, Bhutan,
Nepal dan Myanmar.
“Setelah IRNSS operasional, fasilitas ini akan juga menawarkan
layanannya ke belahan anak benua lainnya dan Asia Tenggara,” kata Singh
kepada Parlemen pada 25 Februari.
Saat ini, India memiliki 27 satelit di ruang angkasa. Dari semuanya,
sebanyak 11 satelit menangani komunikasi untuk beragam operasi, seperti
siaran langsung TV rumah dan telepon serta aplikasi umum yang lebih
luas, seperti tele-pendidikan, tele-pengobatan, dan penanggulangan
bencana.
Upaya Modi untuk mengendalikan ruang angkasa
Pada bulan Oktober, Perdana Menteri Narendra Modi memberi tahu para komandan tinggi militer dari angkatan darat,
laut, dan udara mengenai pentingnya mengendalikan kegiatan di ruang angkasa.
“Pengendalian ruang angkasa bisa menjadi sangat penting, sama seperti
di darat, udara dan laut," katanya. Meskipun perang skala penuh mungkin
menjadi jarang, namun kekuatan akan tetap merupakan alat penangkis
serta mempengaruhi perilaku, dan durasi konflik akan semakin pendek,
kata Modi.
Kata-kata Modi diucapkan setelah
Tiongkokmelaksanakan
uji senjata anti-satelit pada 23 Juli 2014, pengujian ketiga sejak
2007. A.S. dan India telah mengemukakan kekhawatiran bahwa mereka tidak
akan mampu melindungi satelit mata-mata, navigasi dan komunikasi, karena
serangan akan membuat para ahli strategi militer 'tuli dan buta'
sementara nyaris tidak mungkin untuk menembakkan rudal jarak jauh tanpa
satelit komunikasi dan militer.
Pengujian dua anti-satelit pertama Tiongkok, pada tahun 2007 dan
2010, melibatkan SC-19 (varian rudal balistik DF-21) yang dipersenjatai
kendaraan dengan gerakan membunuh. Pada tahun 2007, Teknologi
Anti-Satelit [ASAT] menghancurkan platform berbasis ruang angkasa,
satelit cuaca miliknya sendiri yang tidak berfungsi. Pada pengujian di
tahun 2010 dan 2014, Tiongkok menyerang rudal balistik tiruan di ruang
angkasa. Pada bulan Mei 2014, Beijing juga meluncurkan misi penelitian
yang diduga oleh pengamat internasional untuk menguji motor senjata
anti-satelit baru yang didasarkan pada rudal balistik road-mobile.
Senjata ini bisa menjangkau hingga 36.000km di atas Bumi.
Bagian komersial ISRO
ISRO juga sudah meluncurkan satelit komersial dari negara lain,
mengirimkan 40 ke dalam orbit dari 19 negara asing. “ISRO memperoleh Rs.
4.408 crore [$703 juta] melalui peluncuran satelit negara asing selama
22 tahun terakhir,” demikian yang diinformasikan pemerintah kepada
Parlemen di bulan Juli 2014.
India memang berambisi untuk mendapatkan pangsa bisnis ruang angkasa
dunia yang mencapai $300 miliar per tahun melalui layanan komersial
ISRO, kata Singh.
Credit
APDForum