TEMPO/Budi Setyarso
Penunjukan dua direksi baru PT Pertamina itu diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Pertamina yang dihadiri Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN, Edwin Hidayat, dan komisaris Pertamina, di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis, 20 Oktober 2016.
Komisaris Utama PT Pertamina, Tanri Abeng, mengatakan, dengan penambahan dua pejabat tersebut maka total direksi PT Pertamina menjadi sembilan orang.
Bambang sebelumnya menjabat sebagai direktur pemasaran PT Pertamina, sedangkan Rachmad Hardadi sebelumnya menjabat direktur pengolahan PT Pertamina.
"Pertamina merupakan perusahaan energi dalam skala besar yang mengelola minyak dan gas dari hulu ke hilir. Jadi pengelolaannya harus secara holistik dan fokus pada bidang eksplorasi dan eksploitasi," kata Abeng.
Khusus Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia yang ditempati Rahmad Hardadi, Abeng menjelaskan, direktorat itu akan menangani proyek skala raksasa.
Setidaknya, kata dia, saat ini Pertamina menangani empat proyek besar refinery yang harus dikerjasamakan untuk meningkatkan kapasitas.
Total investasi ke empat proyek tersebut diperkirakan mencapai 30 miliar dolar AS-40 miliar dolar AS dalam 5-6 tahun ke depan.
Salah satu kilang yang dimaksud yaitu pembangunan kilang Tuban yang sedang dirancang membentuk perusahaan patungan dengan perusahaan raksasa migas Rusia, Rosneft.
"Sudah seharusnya Pertamina sebagai BUMN terbesar Indonesia harus fokus menangani proyek-proyek besar," ujar dia.
Untuk itu ia berharap, Bambang dan Hardadi dengan pengalaman yang dimiliki mampu menangani tugas yang diberikan pemegang saham untuk mengembangkan Pertamina menuju perusahaan berskala global.
Credit TEMPO.CO