CB, KOPENHAGEN -- Ilmuwan telah menemukan 500
titik di dasar laut yang melepas gas rumah kaca, metana, ke Samudera
Pasifik dari Amerika Serikat. Hal itu diungkap dalam sebuah kajian, Rabu
(20/10).
Jumlah gas itu dua kali lipat dari emisi yang dihasilkan sumber gas metana AS. Metana biasanya dilepas secara alamiah dari dasar laut di banyak tempat seluruh dunia. Gas itu dapat memicu pemanasan global jika mencapai atmosfer.
Peneliti tengah mengamati hubungan antara tingginya suhu permukaan samudera di seluruh dunia dengan intensitas pemasanan global. "Tampaknya, seluruh pesisir Washington, Oregon, California memiliki sumber metana cukup besar," kata Robert Ballard, ilmuwan yang dikenal karena menemukan puing kapal Titanic dan 500 sumber gas metana di dasar laut.
"Jumlahnya berlipat ganda hingga mencapai 1.000 sumber metana yang kini diketahui tersebar di sekitar AS," ujarnya.
Direktur Operasional Ilmu Pengetahuan Nicole Raineauly bekerja sama dengan organisasi yang menaungi Ballard, Ocean Exploration Trust mengatakan sumber gas itu cukup lama tak diketahui, dan saat ini belum jelas pemicunya. Jika sumber itu aktif, belum diketahui seberapa banyak gas yang bocor hingga mencapai atmosfer.
Ahli Pusat Riset Iklim dan Lingkungan Internasional di Oslo Gunnar Myhre mengatakan, penelitian di Samudera Arktik sekitar kepulauan Svalbard, Norwegia mengindikasikan, sumber gas metana tersebar di perairan tersebut. Saat titik gas metana ditemukan, "kemungkinan besar mereka telah aktif cukup lama," ujarnya. Pasalnya belum ada teknologi yang mampu memetakan sumber gas itu hingga beberapa dasawarsa terakhir.
Sekitar 100 ahli akan bertemu pada 20 sampai 21 Oktober dalam Forum Eksplorasi Lautan Nasional di New York, diselenggarakan oleh Universitas Monmouth. Peneliti berharap dapat menunjukkan hasil risetnya mengenai ilmu kelautan, termasuk penemuan spesies baru, teripang ungu, dan "Monster Lumpur" kecil di perairan dalam Samudera Pasifik oleh Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS.
"Satu juta spesies di lautan dan satu juta bangkai kapal telah menanti untuk ditemukan," kata Jesse Ausubel dari Universitas Rockefeller.
Jumlah gas itu dua kali lipat dari emisi yang dihasilkan sumber gas metana AS. Metana biasanya dilepas secara alamiah dari dasar laut di banyak tempat seluruh dunia. Gas itu dapat memicu pemanasan global jika mencapai atmosfer.
Peneliti tengah mengamati hubungan antara tingginya suhu permukaan samudera di seluruh dunia dengan intensitas pemasanan global. "Tampaknya, seluruh pesisir Washington, Oregon, California memiliki sumber metana cukup besar," kata Robert Ballard, ilmuwan yang dikenal karena menemukan puing kapal Titanic dan 500 sumber gas metana di dasar laut.
"Jumlahnya berlipat ganda hingga mencapai 1.000 sumber metana yang kini diketahui tersebar di sekitar AS," ujarnya.
Direktur Operasional Ilmu Pengetahuan Nicole Raineauly bekerja sama dengan organisasi yang menaungi Ballard, Ocean Exploration Trust mengatakan sumber gas itu cukup lama tak diketahui, dan saat ini belum jelas pemicunya. Jika sumber itu aktif, belum diketahui seberapa banyak gas yang bocor hingga mencapai atmosfer.
Ahli Pusat Riset Iklim dan Lingkungan Internasional di Oslo Gunnar Myhre mengatakan, penelitian di Samudera Arktik sekitar kepulauan Svalbard, Norwegia mengindikasikan, sumber gas metana tersebar di perairan tersebut. Saat titik gas metana ditemukan, "kemungkinan besar mereka telah aktif cukup lama," ujarnya. Pasalnya belum ada teknologi yang mampu memetakan sumber gas itu hingga beberapa dasawarsa terakhir.
Sekitar 100 ahli akan bertemu pada 20 sampai 21 Oktober dalam Forum Eksplorasi Lautan Nasional di New York, diselenggarakan oleh Universitas Monmouth. Peneliti berharap dapat menunjukkan hasil risetnya mengenai ilmu kelautan, termasuk penemuan spesies baru, teripang ungu, dan "Monster Lumpur" kecil di perairan dalam Samudera Pasifik oleh Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS.
"Satu juta spesies di lautan dan satu juta bangkai kapal telah menanti untuk ditemukan," kata Jesse Ausubel dari Universitas Rockefeller.
Credit REPUBLIKA.CO.ID