(Ilustrasi/Thinkstock)
Al-Harzi memerankan peran kunci dalam logistik ISIS, mengawasi upaya untuk mendapatkan jihadis dan senjata ke Irak dan Suriah yang menjadi bahan bakar perang ISIS.
Departemen Pertahanan AS mengatakan pria yang berasal dari Tunisia itu diyakini menjadi salah satu militan asing pertama yang bergabung dengan ISIS. Ia juga membantu mengatur penggunaan bom mobil di Irak.
"Ini adalah tangkapan besar," kata Mike Rogers, seorang komentator keamanan nasional CNN dan mantan ketua Komite Intelijen AS. "Ini akan sangat mengganggu operasi mereka untuk setidaknya beberapa waktu."
Hadiah Rp39,9 miliar
Menurut Kapten. Jeff Davis, juru bicara Departemen Pertahanan AS, Al-Harzi tewas di Shaddadi, Suriah, pada 16 Juni.
Pemimpin ISIS itu telah telah terdaftar dalam daftar teroris AS sejak tahun lalu dan Departemen Luar Negeri AS telah menawarkan hadiah US$3 juta (Rp39,9 miliar) untuk informasi yang berujung pada penangkapannya.
Bulan lalu, Pentagon mengatakan bahwa saudara al-Harzi, yang juga seorang anggota ISIS, tewas dalam serangan udara AS di Mosul, Irak, pada 15 Juni.
Saudaranya itu, Ali Awni al-Harzi, disebut berperan sebagai perantara antara ISIS dan jihadis di Afrika Utara. Pemerintah AS mengatakan ia terlibat dalam serangan mematikan di konsulat AS di Benghazi, Libya, pada 11 September 2012.
Peran di luar Irak dan Suriah
Namun Tariq al-Harzi adalah seorang tokoh yang lebih menonjol di ISIS.
Dia diyakini juga memimpin operasi kelompok teroris di luar Irak dan Suriah—operasi yang belakangan menjadi jauh lebih signifikan; ISIS membentuk pijakan di Libya dan memperoleh afiliasi dari Nigeria dan Mesir, serta tempat-tempat lain.
Pentagon juga mengatakan ia mengorganisir pengadaan dan pengiriman senjata ke Suriah dari Libya.
Tariq al-Harzi dibebaskan dari penjara Abu Ghraib di Irak selama serangan ISIS pada Juli 2013.
Sementara itu, Amerika Serikat telah menargetkan pemimpin senior ISIS lainnya. Pada Mei, serangan tentara Delta Force di Suriah timur menewaskan Abu Sayyaf, yang dituduh bertanggung jawab atas finansial ISIS dari sektor minyak dan gas, serta operasi lainnya.
Credit CNN Indonesia