Moskow mengatakan Rusia terpaksa mengambil keputusan itu setelah
pemerintah AS pada Selasa menambah 38 perorangan dan organisasi Rusia ke
dalam daftar sanksi terkait pergerakan Rusia di Ukraina.
Langkah itu membuat marah Kremlin, yang sebelumnya telah mengatakan ingin memperbaiki hubungan dengan Washington setelah hubungan jatuh ke titik rendah pasca Perang Dingin.
Sanksi-sanksi baru AS itu merupakan "lanjutan arah yang ditentukan oleh pemerintahan Obama dan bertujuan merusak hubungan antara kedua negara," kata Ryabkov dalam pernyataan yang dimuat di laman Kementerian Luar Negeri Rusia.
Langkah AS itu sangat merendahkan pernyataan Washington menyangkut keinginannya berdialog dengan Moskow, menurut pernyataan. Pernyataan itu menyebut sanksi-sanksi baru sebagai "hadiah politis" bagi Presiden Ukraina Petro Poroshenko, yang berkunjung ke AS pada Selasa (20/6).
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan pihaknya menyayangkan pembatalan yang dilakukan oleh Rusia namun menyatakan tetap terbuka untuk melakukan pembicaraan di masa depan dalam upaya menjembatani berbagai perbedaan di antara kedua negara.
"Mari kita ingat bahwa sanksi-sanksi ini tidak muncul secara tiba-tiba. Sanksi yang kami arahkan tersebut diterapkan sebagai reaksi terhadap kekerasan yang sedang berlanjut oleh Rusia terhadap kedaulatan dan kesatuan wilayah (negara) tetangganya, Ukraina," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert dalam pernyataan.
Kremlin sebelumnya pada Rabu mengatakan bahwa pasukan Rusia tidak berada di Ukraina timur, yaitu wilayah yang dikuasai oleh para separatis pro-Rusia. AS dan Uni Eropa telah menjatuhkan beberapa putaran sanksi terhadap berbagai perusahaan dan perorangan Rusia sebagai tindakan atas peranan Rusia dalam konflik Ukraina.
Ryabkov sebelumnya dijadwalkan bertemu Shannon di St Petersburg pada Jumat untuk membahas "masalah-masalah dalam hubungan bilateral".
Langkah itu membuat marah Kremlin, yang sebelumnya telah mengatakan ingin memperbaiki hubungan dengan Washington setelah hubungan jatuh ke titik rendah pasca Perang Dingin.
Sanksi-sanksi baru AS itu merupakan "lanjutan arah yang ditentukan oleh pemerintahan Obama dan bertujuan merusak hubungan antara kedua negara," kata Ryabkov dalam pernyataan yang dimuat di laman Kementerian Luar Negeri Rusia.
Langkah AS itu sangat merendahkan pernyataan Washington menyangkut keinginannya berdialog dengan Moskow, menurut pernyataan. Pernyataan itu menyebut sanksi-sanksi baru sebagai "hadiah politis" bagi Presiden Ukraina Petro Poroshenko, yang berkunjung ke AS pada Selasa (20/6).
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan pihaknya menyayangkan pembatalan yang dilakukan oleh Rusia namun menyatakan tetap terbuka untuk melakukan pembicaraan di masa depan dalam upaya menjembatani berbagai perbedaan di antara kedua negara.
"Mari kita ingat bahwa sanksi-sanksi ini tidak muncul secara tiba-tiba. Sanksi yang kami arahkan tersebut diterapkan sebagai reaksi terhadap kekerasan yang sedang berlanjut oleh Rusia terhadap kedaulatan dan kesatuan wilayah (negara) tetangganya, Ukraina," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert dalam pernyataan.
Kremlin sebelumnya pada Rabu mengatakan bahwa pasukan Rusia tidak berada di Ukraina timur, yaitu wilayah yang dikuasai oleh para separatis pro-Rusia. AS dan Uni Eropa telah menjatuhkan beberapa putaran sanksi terhadap berbagai perusahaan dan perorangan Rusia sebagai tindakan atas peranan Rusia dalam konflik Ukraina.
Ryabkov sebelumnya dijadwalkan bertemu Shannon di St Petersburg pada Jumat untuk membahas "masalah-masalah dalam hubungan bilateral".
Credit REPUBLIKA.CO.ID