
Credit republika.co.id





Mitt Romney
CB, WASHINGTON -- Mantan kandidat presiden dari Partai Republik dan senator Amerika Serikat (AS) dari negara bagian Utah, Mitt Romney mengkritik kepemimpinan Presiden AS Donald Trump baik secara pribadi dan profesional.
Romney menuduh Trump meninggalkan sekutu dan tidak memiliki karakter kuat untuk memimpin negara Amerika yang sedang terkotak-kotak.
Dalam kolom essai di Washington Post seperti dilansir Guardian, Romney mengatakan, kepresidenan Trump mengalami masalah mendalam dan menyalahkan Trump atas pengunduran diri menteri pertahanan AS Jim Mattis dan kepala staf Gedung Putih John Kelly.
Romney juga menuduh Trump sebagai penyebab keresahan di seluruh dunia. "Pengangkatan orang-orang senior yang kurang berpengalaman, pengabaian sekutu dan pernyataan tanpa berpikir presiden diklaim bahwa Amerika telah lama menjadi pengecut dalam urusan dunia yang menunjukkan kepresidenannya menurun," ujar Romney.
"Secara seimbang, perilakunya selama dua tahun terakhir, terutama tindakannya bulan ini, adalah bukti bahwa presiden belum bisa memimpin negara dengan baik," kritiknya.
Dia menambahkan, bahwa kata-kata dan tindakan Trump telah menyebabkan kekacauan di seluruh dunia. Meski demikian, Romney sempat memuji kebijakan pajak Trump, sikap terhadap Cina dan penunjukkan hakim dari konservatif.
"Untuk sebagian besar, presidensial membentuk karakter bangsanya," tulisnya.
Menurutnya, seorang presiden harus menyatukan rakyat dan mengilhami warga untuk mengikuti pemimpin yang lebih baik. Seorang presiden, kata dia, harus menunjukkan sifat-sifat penting dari kejujuran dan integritas, dan mengangkat wacana nasional dengan hormat dan saling menghormati.
"Sebagai bangsa, kita telah diberkati dengan presiden yang telah menyerukan semangat kebesaran Amerika," kata Romney.
Trump pun pada Februari 2018 lalu mendukung pencalonan Romney untuk menduduki kursi Senat di Utah. Selama kampanye kepresidenan pada 2016, Romney mengecam Trump sebagai 'penipu' yang bermain-main dengan publik Amerika.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
https://m.republika.co.id/berita/internasional/amerika/19/01/02/pkparp377-romney-trump-tak-punya-karakter-kuat-untuk-pimpin-as





Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen menanggapi dengan santai ancaman yang disampaikan oleh Presiden China, Xi Jinping. Foto/Istimewa
TAIPEI - Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen menanggapi dengan santai ancaman yang disampaikan oleh Presiden China, Xi Jinping. Sebelumnya, pemimpin China itu mengatakan, Beijing memiliki hak untuk menggunakan kekuatan untuk membawa Taiwan kembali di bawah kendali mereka.
Tsai mengatakan, Taipei tidak akan menerima pengaturan politik satu negara, dua sistem dengan China. Dia lalu mengatakan, jika China benar-benar ingin melakukan pembicaraan, Taiwan selalu siap.
"Semua perundingan lintas selat harus dilakukan berdasarkan pemerintah-ke-pemerintah," kata Tsai dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Rabu (2/1) dan mendesak Cina untuk memahami pemikiran dan kebutuhan rakyat Taiwan.
Sebelumnya diwartakan, berbicara di Aula Besar Rakyat Beijing pada peringatan 40 tahun pernyataan kebijakan utama Taiwan, Jinping mengatakan "penyatuan kembali" harus berada di bawah prinsip satu-China yang menerima Taiwan sebagai bagian dari China. Dia lalu mengutuk para pendukung kemerdekaan Taiwan.
"Sebagian besar rakyat Taiwan jelas menyadari bahwa kemerdekaan Taiwan akan mengarah pada "bencana besar". China tidak akan menyerang orang-orang China. Kami bersedia menggunakan ketulusan dan kerja keras untuk berjuang demi prospek penyatuan kembali secara damai," kata Jinping.
"Kami tidak berjanji untuk meninggalkan penggunaan kekuatan dan mencadangkan pilihan untuk menggunakan semua tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini dan mencegah kemerdekaan Taiwan," sambungnya
Taiwan adalah masalah paling sensitif di China dan diklaim oleh Beijing sebagai wilayah keramatnya. Jinping sendiri telah meningkatkan tekanan pada wilayah yang bangga akan demokrasinya itu sejak Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan menjadi presiden pada 2016.
Credit Sindonews.com
https://international.sindonews.com/read/1367387/40/taiwan-tanggapi-santai-ancaman-china-1546423968

Presiden Xi Jinping mengancam akan menyerang Taiwan jika daerah pimpinan Tsai Ing Wen itu tetap tak ingin bersatu sepenuhnya dengan China. (Reuters/Jason Lee)
Jakarta, CB -- Presiden Xi Jinping mengancam akan menyerang Taiwan jika daerah pimpinan Tsai Ing Wen itu tetap tak ingin bersatu sepenuhnya dengan China.
Dalam pidatonya, Rabu (2/1), Xi berkata, "Kami tak pernah berjanji akan menghilangkan penggunaan pasukan dan akan tetap mempertimbangkan semua langkah yang mungkin" untuk melawan aktivis separatis Taiwan.
Ancaman itu dilontarkan saat Xi sedang berpidato dalam rangka peringatan 40 tahun pengiriman pesan ajakan reunifikasi kepada Taiwan pada 1979.
"China harus dan akan bersatu, yang sangat penting bagi pemulihan rakyat China di era yang baru," ucap Xi sebagaimana dikutip AFP.
Menurut Xi, unifikasi di bawah pendekatan "satu negara, dua sistem" akan menjamin "keamanan kepentingan dan kesejahteraan rekan sebangsa Taiwan."
Meski belum menyatakan kemerdekaan, Taiwan selalu menganggap diri sebagai negara berdaulat dengan sistem mata uang, politik, dan peradilan independen.
Relasi kedua belah pihak kian panas setelah Presiden Tsai Ing-wen naik takhta. Selama masa kampanye, ia dikenal sangat lantang menyuarakan penolakan terhadap prinsip "satu China."
Di bawah pemerintahannya, pada Oktober lalu, Taiwan menggelar referendum kemerdekaan dari China pada Oktober lalu.
Pada Selasa (1/1), Tsai pun mengingatkan Beijing bahwa rakyat Taiwan tak akan menyerah untuk mencapai kebebasan yang selama ini tak mereka rasakan di bawah China.
"[Beijing] harus menghormati keinginan 23 juta rakyat akan kemerdekaan dan demokrasi. [China] juga harus menggunakan cara damai dan sama untuk mengatasi perbedaan kami," ucapnya.
Meski demikian, kini mulai muncul penolakan dari dalam Taiwan sendiri. Sejumlah pebisnis menganggap pemisahan diri dari China membuat perekonomian stagnan, di mana jumlah gaji tak sesuai dengan peningkatan biaya hidup.
Berbagai kesulitan memang diperkirakan bakal menghantam Taiwan jika melawan China karena selama ini, Beijing saja sudah mengambil tindakan keras bagi negara mana pun yang menjalin hubungan dekat dengan daerah pimpinan Tsai itu.
Partai tempat Tsai bernaung, Partai Progresif Demokratik, pun mengalami kekalahan besar dalam pemilu sela, sementara oposisi yang dekat dengan China, Kuomintang, kembali populer.
Credit CNN Indonesia
https://m.cnnindonesia.com/internasional/20190102123450-113-357905/xi-jinping-ancam-serang-taiwan-jika-ogah-bersatu-dengan-china




Menteri Intelijen Israel, Tamir Hyman menyatakan, Iran dapat menggunakan pengaruhnya di Irak sebagai sesuatu yang akan membantu Teheran menyerang Israel. Foto/Istimewa
TEL AVIV - Menteri Intelijen Israel, Tamir Hyman menyatakan, Iran dapat menggunakan kekuatan dan pengaruhnya yang terus meningkat di Irak sebagai sesuatu yang akan membantu Teheran menyerang Israel.
"Irak saat ini sedang berada di bawah pengaruh Pasukan Quds dan Garda Revolusi Iran (IRGC)," kata Hyman dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Kamis Selasa (1/1).
"Iran dapat melihat Irak sebagai panggung yang nyaman untuk mengakar, seperti apa yang mereka lakukan di Suriah, dan menggunakannya sebagai platform untuk peningkatan kekuatan yang juga dapat mengancam Negara Israel," sambungnya.
Sebelumnya, Israel menuduh Iran menggunakan Suriah sebagai basis untuk menyerang mereka. Atas alasan inilah Israel mulai melakukan serangan udara ke sejumlah titik, yang diduga sebagai basis militer Iran di Suriah.
Iran sendiri sejatinya membantah telah mengirimkan senjata ataupun tentara ke Suriah. Teheran menegaskan, bahwa mereka hanya mengirimkan penasihat militer, yang membantu pasukan Suriah secara teknis dalam upaya melawan ISIS.
Credit Sindonews.com
https://international.sindonews.com/read/1367153/43/israel-duga-iran-jadikan-irak-basis-untuk-serang-tel-aviv-1546340188

Ilustrasi. (Souleymane Ag Anara)
Jakarta, -- Sekelompok orang bersenjata membunuh 37 warga Fulani di Mali tengah, Selasa (1/1). Menurut pemerintah setempat, lokasi yang sama merupakan tempat kekerasan etnis yang sempat menewaskan ratusan orang pada tahun lalu.
Kekerasan yang terjadi antara suku Fulani dan pesaingnya semakin memperparah kondisi situasi keamanan yang sudah mengerikan di daerah semi-kering dan padang pasir tersebut.
Terlebih, kawasan itu kini banyak digunakan sebagai pangkalan oleh kelompok-kelompok separatis yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda dan ISIS.
Pemerintah setempat mengatakan dalam pernyataannya bahwa penyerang yang mengenakan pakaian tradisional pemburu Donzo, tiba-tiba menggerebek Desa Koulogon di wilayah Mopti.
Sejumlah korban disebut berasal dari anak-anak.
Maulage Guindo, walikota Bankass yang terdekat dari lokasi, mengatakan serangan tersebut terjadi sekitar adzan Subuh dan menargetkan suku Fulani di Koulogon.
Guindo mengatakan sebagian lain dari desa tersebut dihuni oleh Dogon, kelompok etnis yang masih terkait dengan Donzo yang berjarak kurang dari 1 kilometer.
Mali telah berada dalam kekacauan sejak Tuareg memberontak, dan tanpa pertahanan, bagian utara negara tersebut dicaplok oleh ekstremis Islam pada 2012.
Kejadian tersebut mendorong Perancis campur tangan dan memaksa mundur kelompok ekstremis di tahun berikutnya.
Akan tetapi, kelompok ekstremis Islam kembali datang terutama di bagian utara dan tengah Mali, memanfaatkan gesekan antar suku untuk merekrut anggota baru.
Credit CNN Indonesia
https://m.cnnindonesia.com/internasional/20190102042822-127-357834/kelompok-bersenjata-serang-desa-di-mali-37-tewas
Peta Afghanistan. (Foto: BBC)
Sari Pul - Kelompok Taliban melakukan serangan secara serentak di Provinsi Sari Pul, Afghanistan. Sebanyak 21 pasukan keamanan Afghanistan yang terdiri dari polisi dan intelijen tewas dalam serangan.
Dilansir dari AFP, Rabu (2/1/2019), Taliban saat ini tengah meningkatkan intensitas serangan dengan membantai polisi dan tentara. Taliban disebut masih mengumpulkan pasukan di luar kota.
"Musuh masih mengumpulkan pasukan di luar kota," ujar Gubernur Sari Pul, Zabihullah Amani, kepada AFP.
Pemerintah sudah mengerahkan pasukan yang tersedia di kota. Warga juga disebut khawatir akan serangan Taliban.
"Kami telah mengerahkan semua pasukan yang tersedia di kota, tetapi tidak ada bala bantuan yang datang dari luar sejauh ini," kata Amani.
"Orang-orang di dalam kota sangat khawatir," imbuhnya.
Serangan ini juga mengakibatkan 23 orang lainnya cidera. "Mereka telah menyerang kota berkali-kali di masa lalu, tetapi kali ini ancamannya lebih serius," ujar Amani.
Credit detikNews
https://m.detik.com/news/internasional/d-4367406/21-pasukan-keamanan-afghanistan-tewas-akibat-serangan-taliban

Saddam Hussein (REUTERS)
CB, Jakarta - Putri mantan presiden Irak Saddam Hussein mengungkap pesan terakhir mendiang ayahnya untuk rakyat Irak sebelum dia dieksekusi pada 30 Desember 2006.
Melalui Twitternya, Raghad Hussein, yang kini tinggal di Yordania sejak invasi AS ke Irak, mengunggah pesan ayahnya empat hari menjelang eksekusi gantung pada peringatan 12 tahun kematian ayahnya pada 30 Desember kemarin, menurut laporan Aljazeera, yang dikutip pada 1 Januari 2019.
"Rakyat kita yang terhormat, Saya percayakan Anda dan jiwa saya kepada Tuhan yang Mahapengasih, yang tidak pernah mengecewakan para penganut yang jujur, Allahuakbar," tulis pesan Saddam Hussein.
Foto Raghad Saddam Hussein pada 2007.[Khaled Abdullah / Reuters]
Pesan tersebut disertai tanda tangan langsung "Saddam Hussein, Presiden Republik dan Panglima Angkatan Bersenjata (Irak)".
Saddam Hussien divonis mati dengan hukum gantung pada hari pertama Idul Adha, selama pemerintahan PM Nouri Al-Maliki, yang mendesak eksekusi harus dilangsungkan pada hari itu.
Pada pekan ini, Raghad Hussein juga menyebarkan rekaman suara yang meminta rakyat Irak agar mampu menghilangkan trauma psikologis setelah invasi AS ke Irak pada 2003.
"Saya berharap, rakyat Irak yang terhormat, cita-cita kita adalah agar Irak lebih aman dan stabil," kata Raghad dalam pesannya.
Saddam Hussein. REUTERS
"Semua nilai kemanusiaan dan moral telah hilang, dan ide-ide aneh telah menyebar di sana-sini. Ekstremisme telah mencapai tingkat mengeksploitasi agama sebagai kedok untuk mencapai tujuan sakit bagi banyak pihak," tambahnya, dikutip dari Alarabiya.
Raghad juga mengutuk kelompok teroris, yang menyatakan bahwa mereka telah melakukan praktik tidak manusiawi dan tidak beragama di Irak, dan merusak identitas Irak, menghancurkan peradaban dan menodai seluruh pencapaian.
Dia menambahkan bahwa masa depan akan lebih baik, dan bahwa orang-orang akan bekerja untuk membangun Irak yang bebas dan bersatu.
Raghad juga menyampaikan ayahnya, Saddam Hussein, telah menjadi pelindung dunia Arab dari ambisi ekspansionis Iran selama memimpin Irak.
Credit TEMPO.CO
https://dunia.tempo.co/read/1160647/putri-saddam-hussein-ungkap-pesan-ayahnya-sebelum-dieksekusi-mati