Arloji Omega Seamaster ini sama dengan yang digunakan aktor Pierce
Brosnan saat memerankan agen mata-mata James Bond di film Goldeneye.
Sejak 1995, jam ini telah jadi bagian dari karakter James Bond.
Dailymail.co.uk
CB, London - Afrika muncul
sebagai teater abad ke-21 dalam dunia spionase, dengan Afrika Selatan
sebagai pintu masuknya, kata tumpukan dokumen intelijen dan kabel
rahasia yang berhasil dipelajari dan dilihat oleh media asal Inggris,
Guardian.
"Afrika sekarang menjadi El Dorado dunia spionase," kata salah satu
perwira intelijen yang pernah bertugas di luar negeri. El Dorado adalah
sebutan untuk tempat yang menyediakan peluang sangat lebar untuk banyak
hal.
Benua itu semakin menjadi fokus mata-mata dunia
internasional di tengah perebutan sumber daya yang kian meningkat, peran
ekonomi Cina yang tumbuh secara dramatis, serta Amerika Serikat dan
negara-negara barat lainnya yang dengan cepat memperluas kehadirannya
dan operasi militer mereka di sana.
Dengan Afrika Selatan menjadi
pembangkit dan komunikasi utama di kawasan ini, Pretoria menjadi pusat
'Great Game' baru di benua itu dan target spionase global, kata seorang
pejabat intelijen. Great Game adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perseteruan dan konflik antara kekaisaran Inggris dan
Rusia di Asia Tengah di masa lalu.
Dari dokumen yang bocor dan diperoleh
Al-Jazeera dan dibagi dengan media
Guardian,
berisi nama 78 mata-mata asing yang bekerja di Pretoria, dengan
foto-foto mereka, alamat, dan nomor telepon seluler-serta 65 agen
intelijen asing yang diidentifikasi oleh Afrika Selatan, termasuk dengan
pekerjaan samarannya. Di antara negara pengirim mata-mata adalah
Amerika Serikat, India, Inggris, dan Senegal.
Amerika Serikat,
bersama dengan sekutu Prancis dan Inggris, adalah kekuatan militer dan
diplomatik utama di benua itu. Afrika Selatan menghabiskan banyak energi
dan perhatiannya pada kelompok jihad dan Iran, meskipun dokumen rahasia
itu menunjukkan bahwa badan intelijen negara itu tidak menganggap
keduanya sebagai ancaman besar bagi Afrika Selatan. "Orang Amerika
mendapatkan apa yang mereka inginkan," kata seorang sumber dari kalangan
intelijen.
Sasaran para agen intelijen asing banyak sekali,
mulai dari kelompok-kelompok jihad hingga pencurian ekonomi atau
teknologi. Cina telah muncul sebagai salah satu pelaku ekonomi terbesar
di benua itu, karena melakukan investasi besar-besaran di bidang
infrastruktur.
Intelijen Cina diidentifikasi dalam satu kabel rahasia sebagai tersangka dalam penerobosan fasilitas nuklir negara itu. Sebuah
file
tertanggal Desember 2009, yang berisi laporan kontra-intelijen Afrika
Selatan, mengatakan bahwa badan mata-mata asing telah "bekerja ekstra
untuk mempengaruhi" program perluasan energi nuklir negara itu,
mengidentifikasi AS dan intelijen Prancis sebagai pemain utama. Namun
karena "kecanggihan operasi rahasia mereka", intelijen Afrika Selatan
tidak mungkin untuk menghentikan kegiatan mereka.
Namun, penerobosan di pusat penelitian nuklir Pelindaba tahun 2007--tempat pemerintahan
apartheid
Afrika Selatan mengembangkan senjata nuklir pada 1970-an--oleh empat
penjahat bersenjata dan memakai teknologi canggih, disebut oleh
intelijen Afrika Selatan sebagai tindakan spionase negara. Pada saat itu
pejabat publik mengabaikannya dan menyebutnya hanya sebagai perampokan.
Beberapa
lembaga spionase dilaporkan telah menunjukkan minatnya atas kemajuan
Pebble Bed Modular Reactor (PBMR) Afrika Selatan. Menurut
file
laporan badan intelijen itu, pencurian dan pembobolan di lokasi PBMR
diduga dilakukan untuk "memajukan proyek saingan milik Cina". Laporan
itu menambahkan bahwa Cina "sekarang satu tahun di depan ... meskipun
mereka baru mulai beberapa tahun setelah peluncuran PBMR".
Dalam
laporan intelijen oleh Afrika Selatan tertanggal Oktober 2009, Badan
Intelijen Nasional, dalam soal operasinya di Afrika, mengatakan bahwa
Israel "bekerja tekun untuk mengepung dan mengisolasi Sudan dari luar,
dan meminyaki pemberontakan di Sudan". Israel "telah lama tertarik untuk
memanfaatkan kekayaan mineral Afrika" dan "berencana untuk menyesuaikan
berlian Afrika dan memproses mereka di Israel, yang sudah menjadi
pemroses berlian terbesar kedua di dunia."
Dokumen itu juga
melaporkan bahwa anggota delegasi yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri
Israel Avigdor Lieberman telah "memfasilitasi kontrak bagi warga Israel
untuk melatih berbagai milisi" di Afrika. Hubungan Badan Intelijen
Afrika Selatan dengan intelijen Israel, Mossad, mengalami pasang-surut.
Keduanya dekat selama era
apartheid, tapi menjauh di
tahun-tahun awal pemerintahan Kongres Nasional Afrika yang
pro-Palestina, dan terlihat lebih ambigu dalam beberapa tahun terakhir.
Salah
satu faktor dalam daya tarik Afrika Selatan bagi agen mata-mata saingan
adalah poros di dalam badan intelijen negara itu. Dokumen rahasia dari
intelijen Afrika Selatan, yang berjudul
Security Vulnerabilities in Government, tertanggal Oktober 2009, menawarkan pandangan tanpa kompromi dalam aspek kelemahan di sektor keamanan negara itu.
Menurut
salah satu petugas intelijen yang memiliki pengalaman luas di Afrika
Selatan, Badan Intelijen Negara terpecah-pecah dan "benar-benar disusupi
oleh lembaga-lembaga asing". "Setiap orang bekerja untuk orang lain,"
kata laporan itu. Mantan kepala dinas rahasia Afrika Selatan, Mo Shaik,
sekutu dekat Presiden Jacob Zuma, digambarkan sebagai orang kepercayaan
AS dan sumber utama informasi tentang "the Zuma Camp",
yang laporannya ada dalam kabel diplomatik yang dibocorkan oleh
Wikileaks tahun 2008 dari kedutaan Amerika Serikat di Pretoria.
Credit
TEMPO.CO