Rabu, 21 November 2018

Pidato Publik, Raja Salman Kutuk Iran, Tak Singgung Khashoggi


Pidato Publik, Raja Salman Kutuk Iran, Tak Singgung Khashoggi
Raja Salman (REUTERS/Tomohiro Ohsumi/Pool)

Jakarta, CB -- Raja Salman mendorong komunitas internasional untuk menghentikan program misil dan balistik Iran, Senin (19/11). Ia juga menekankan bahwa negaranya mendukung langkah PBB untuk menghentikan perang di Yaman.

Ini adalah komentar publik pertama Raja Salman sejak kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Namun, dalam laporannya kepada badan penasihat kerajaan, Dewan Sura, Raja Salman tidak memberikan komentar apapun terkait pembunuhan Khashoggi yang telah meresahkan dunia internasional.

Ia malah mengutuk aksi Iran di Suriah, Irak, dan Yaman. Iran adalah saingan Saudi untuk berebut pengaruh di Timur Tengah. 


"Rezim Iran selalu mengintervensi masalah dalam negeri negara lain, menjadi sponsor terorisme, menciptakan kekacauan, dan kehancuran di banyak negara di wilayah ini," jelas raja berusia 82 tahun itu.

"Komunitas internasional mesti melakukan sesuatu untuk mengakhiri program nuklir IRan dan menghentikan aktivitasnya yang mengancam keamanan dan stabilitas."

Raja Salman mendukung usaha PBB untu mengakhiri konflik di Yaman. Saudi ikut campur juga dengan urusan dalam negeri Yaman dengan berkoalisi memberikan dukungan kepada pemerintah Yaman. Sementara Iran mendukung pemberontak Houthi dalam perang selama hampir empat tahun.

"Keberpihakan kami kepada Yaman bukan pilihan tapi kewajiban untuk mendukung warga Yaman melawan agresi militan yang didukung Iran," jelasnya.

Pemberontak Houthi menyebut bahwa mereka telah menghentikan serangan drone dan misil kepada Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan sekutu Yaman lainnya. Hal ini menandakan kesiapan mereka untuk melakukan gencatan senjata jika koalisi yang dipimpin Saudi itu menginginkan perdamaian.

Arab Saudi tengah berada di bawah kritikan internasional lantaran ikut campur dalam perang Yaman. Perang ini telah menyebabkan kelaparan dan menewaskan banyak warga sipil akibat serangan udara.




Credit  cnnindonesia.com