"Kami
menyatakan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Negara Palestina dan
mengundang semua negara untuk mengakui Negara Palestina dan Yerusalem
Timur sebagai ibu kotanya," menurut pernyataan resmi usai pertemuan
puncak luar biasa tersebut, dikutip Turkish Minute, Rabu (13/12).
Presiden
TurkiRecep Tayyip Erdogan yang juga menjadi presiden OKI saat ini,
mengecam keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengakui Yerusalem sebagai
ibu kota Israel dan juga tindakan pemerintah Israel.
"Yerusalem
akan selalu menjadi ibu kota Palestina. Saya menyatakan sekali lagibahwa
Yerusalem adalah garis merah kami. Haram al-Sharif, dengan 144
hektartanahnya, Masjid Al-Aqsa dan Kubbet ul-Sahra, selamanya akan
menjadi milik umat Islam," kata dia.
Setelah
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa dia mengakui Yerusalem
sebagai ibu kota Israel pada 6 Desember, beberapa negara anggota OKI
termasuk Turki mengecam keputusan tersebut. dan juga meminta OKI untuk
mengadakan sebuah pertemuan luarbiasa di Istanbul untuk menyampaikan
sebuah reaksi bersama.
Presiden
PalestinaMahmoud Abbas, Presiden Iran Hassan Rouhani, Emir Qatar Al
Thani, dan RajaYordania Abdullah II adalah salah satu pemimpin paling
menonjol yang hadir di konferensitingkat tinggi tersebut. sedangkan Arab
Saudi hanya diwakili oleh menteri urusan Islam negara tersebut.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
Dunia Muslim Deklarasikan Yerusalem Timur Ibu Kota Palestina
Para pemimpin negara muslim yang tergabung
dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mendeklarasikan pengakuan
Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina, Rabu (13/12) (AFP PHOTO /
YASIN AKGUL)
Deklarasi Istanbul atau "Pembebasan Yerusalem" diumumkan Rabu (13/12) sore seusai konferensi tingkat tinggi luar biasa yang dihadiri para kepala negara OKI, termasuk Presiden RI Joko Widodo di Istanbul, Turki.
"Kami memastikan bahwa kami mengakui negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota, dan kami menyerukan kepada seluruh dunia agar mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina yang terjajah," demikian bunyi Deklarasi Istanbul seperti yang dilansir kantor berita Turki, Anadolu, Rabu (13/12)
Deklarasi itu juga menolak dan mengecam keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump "yang tidak sesuai hukum".
"(Keputusan Trump soal Yerusalem) tidak berlaku dan batal berdasarkan sejarah, hukum dan hati nurani," demikian Deklarasi Istanbul.
"Kami meminta PBB, Uni Eropa dan masyarakat internasional untuk menjaga Resolusi PBB soal status Yerusalem."
Para pemimpin dunia muslim lewat deklarasi tersebut juga mendesak Trump untuk menarik kembali keputusannya.
OKI dibentuk dalam pertemuan puncak para pemimpin negara muslim di Rabat, Maroko pada 1969, pasca pembakaran Mesjid Al Aqssa, Yerusalem.
Pelakunya, warga Australia Michael Denis Rohan, membakar tempat suci dan sebuah mimbar berusia 1.000 tahun di Mesjid Al Aqsha hingga hancur dan sejumlah tempat bersejarah lainnya pada 21 Agustus 1969.
Credit cnnindonesia.com